"Astaga!!! salah gue ya??"
Becca yang kaget melihat sikap Malvin yang sangat kasar pada Nafa merasa ketakutan.
"Kamu juga bec! ngapain sih bikin tantangan seperti itu!! " Bimo terlihat kesal.
"Ya kan ciuman doang bim? mereka kan uda tunangan apa salah?? "
"Ini Indonesia bec, loe gak bisa anggap semuanya wajar, ini bukan diluar negeri yang bebas ngelakuin apa aja!!"
Bimo semakin kesal dengan Becca.
Becca yang merasa bersalah pun kini hanya diam melihat Malvin menarik kasar Nafa ke suatu tempat.
Sedangkan Malvin yang sudah merasa dilecehkan oleh Nafa berdiri dan menarik tangan Nafa dengan kasar, dia membawa Nafa kearah toilet ditempat yang cukup sepi.
Malvin mendorong Nafa hingga mentok dengan dinding lalu merentangkan kedua tangannya tepat didepan Nafa, dia mengurung Nafa dengan kedua tangannya, lengan kemeja yang memang sudah digulung nya hingga siku memperlihatkan urat urat tangannya yang semakin menonjol.
"Apa yang sudah kamu lakukan Fa? "
Malvin menggertakkan giginya.
"Kenapa vin? Apa harus semarah ini?? "
Nafa yang sebenarnya sudah ketakutan melihat wajah malvin yang sudah memerah berusaha untuk tetap tampak tenang.
"Kamu tahu ini keterlaluan, jangan bawa bawa sikap bebas mu selama diluar negeri."
" WHAT??? sikap bebas apa maksudmu ?? " Nafa mulai menaikkan suaranya, dia merasa malvin mulai merendahkan harga dirinya.
"Aku tahu selama di London mungkin berciuman bahkan seks bebas adalah hal biasa bagi kalian! tapi tidak untuk kami yang berada di negara yang menjunjung tinggi ETIKA!!"
"b******k!!! singkirkan tangan mu ini," Nafa menghentakkan tangan Malvin.
Kini mereka sudah berada di jarak yang cukup dekat meskipun tidak sedekat tadi, wajah yang sama sama memerah dengan nafas yang terengah engah, bahkan mereka dapat merasakan nafas keduanya yang saling memburu.
"Lalu kenapa kau melakukan hal menjijikan tadi, kau tau kan aku sudah memiliki kekasih dan aku sangat mencintainya, aku tidak ingin tubuhku disentuh oleh wanita lain!! " Kini malvin juga membesarkan nada suaranya.
"Bukankah tubuh yang kau banggakan ini memang sudah dibeli oleh papiku!! ingat vin kesepakatan kita kalau selama tiga bulan ini kau adalah milikku!!! " Kini Nafa mulai mengeluarkan air mata yang sejak tadi ditahannya.
"s**t!!!" Malvin semakin tidak dapat menahan amarahnya mendengar ucapan Nafa, namun melihat air mata Nafa hatinya mulai merasa kasian.
"Ingat vin, Meskipun aku sudah lama diluar negeri, Aku tetap bisa menjaga etika ku, bukan berarti aku mengikuti tradisi yang ada di sana apalagi seks bebas seperti yang kau katakan." Nafa pun mulai berjalan meninggalkan Malvin, dia mengangkat dress nya yang cukup sulit membuatnya berjalan cepat.
Beberapa langkah nya dia kembali membalikkan badan menghadap Malvin yang masih mematung.
"Bahkan Ciuman tadi adalah First Kiss milikku!!! "
Nafa kembali berjalan tergesa gesa dengan air mata yang sudah membasahi pipinya yang mulus.
Sedang kan malvin yang mendengar pernyataan Nafa sempat merasa bersalah karena berkata sangat kasar pada Nafa, dia menelan saliva nya lalu memukul mukul dinding dihadapannya hingga membuat tangannya memar.
Nafa yang berjalan tergesa gesa dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya menuju meja dimana becca dan Bimo berada.
"Bec! temani gue," hiks hiks hiks
Nafa semakin menguatkan tangisannya.
"Ya ampun Fa? loe kenapa!" Bimo yang kaget melihat kondisi Nafa langsung berdiri.
"Aku gapapa bim, cepetan bec?? "
Becca yang masih speechless melihat kondisi Nafa hanya berdiri lalu mengikuti langkah Nafa berjalan menuju kamar hotel yang memang sudah di boking oleh keluarga mereka.
Tidak lama kemudian Bimo menuju kearah dimana Malvin berada, dia melihat Malvin yang sedang berjongkok sambil melipat kaki dengan tangan yang memeluk kakinya, untung saja tempat ini sangat sepi sehingga tidak ada yang melihat Malvin.
"Elo kenapa bro?Apa yang terjadi? Kenapa Nafa menangis?" Bimo melemparkan beberapa pertanyaan kepada Malvin.
Malvin pun mulai berdiri dengan wajah yang sangat kusut.
" Gue pengen sendiri Bim!"
Malvin berjalan menuju kamar nya yang ada di hotel, tidak sabar dirinya membersihkan diri dan ingin segera menelepon Tania pujaan hatinya.
Bimo yang melihat perilaku Nafa dan Malvin hanya bisa menghembus kan nafasnya dengan gusar, hari ini menjadi hari yang cukup membuat dirinya pun tidak nyaman, Bimo pun memutuskan untuk pulang ke apartemen nya sendiri.
***
"Fa gue minta maaf ya?"
Becca yang melihat Nafa yang terduduk lemas di ranjang sambil menekuk wajahnya kebawah merasa sangat bersalah.
"Bukan salah loe bec, dengan begini gue tau sifat asli Malvin, gue makin yakin akan bikin dia jatuh cinta sama gue." Nafa meremas dress nya.
"Memangnya tadi Malvin lakuin apa sama loe? "
"Dia hina gue katanya gue gak punya etika, gue sering seks bebas karena uda lama diluar negeri."
"Astaga! Maafin gue Fa, gue gak nyangka cuma karena hal tadi Malvin sampe bilang kek gitu sama elo."
Becca menyodorkan tisu kepada Nafa.
"Udalah bec, gue pengen mandi lelah banget tubuh gue, gak nyangka gue hidup gue yang selalu damai berubah jadi begini," Nafa berjalan menuju kamar mandi.
Sedangkan Becca masih merasa bersalah dan hanya mematung ditempatnya.
Kini Malvin sudah menyelesaikan rutinitas mandinya, pikirannya yang sempat kalut akhirnya bisa sedikit tenang, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, dia berusaha menghubungi Tania, Syukurnya setelah beberapa kali menghubungi Tania akhirnya teleponnya pun di angkat.
"halo vin? kamu belum tidur? "
"Sayang, kenapa dari tadi kamu gak balas pesan dariku,"
"Aku minta maaf vin, sebenarnya aku tadi datang ke hotel tempat kalian melaksanakan pertunangan."
"Apa?? Kenapa kamu harus datang, aku minta maaf Tania, A-ku memang pria yang tidak berguna. "
"Sudahlah Vin, kita harus kuat, aku yakin kita bisa melewati semua ini, Tuhan pasti akan membalas kesabaran kita suatu saat nanti."
"Sekali lagi aku minta maaf sayang, aku janji ini semua akan berakhir, setelah perusahaan kami kembali normal, kita akan segera menikah, aku tidak peduli dengan orang tuaku lagi."
"Please Vin, jangan pernah kamu bilang begitu, restu orang tua segalanya bagiku, aku akan sabar vin,"
"Yasudah kamu tidur gih,"
"Iya sayang."
"love you."
"love you too."
Malvin semakin merasa bersalah dengan Tania, mengingat ciuman nya dengan Nafa tadi seketika hatinya merasa panas, dan yang membuat nya merasa kesal kenapa dia membiarkan Nafa melakukan itu kepadanya, padahal bila dia mau dia bisa menghentikan Nafa melakukan hal gila tadi. Tanpa sadar dia memegang bibirnya yang tadi sempat dilumat dengan kasar oleh Nafa.
"Sial!!!" Malvin mengacak acak rambutnya yang masih basah itu.