Malam ini Nafa terlihat sangat bahagia, Dia sudah sampai di restoran pelangi, Penampilan nya sudah sangat sempurna, Dia memakai dress berwarna hitam tanpa lengan diatas lutut dan memakai satu set perhiasan yang tentu saja sangat mahal, Membuat penampilannya begitu cantik, Elegan dan terkesan berkelas, Malam ini dia harus tampil maksimal apalagi ini adalah pertama kalinya Malvin sang salon suami mengajaknya makan romantis, Setidaknya itulah yang ada dibenaknya.
Dirinya pun mulai memasuki area restoran dan mencari keberadaan Malvin, Namun ketika dia menemukan sosok Malvin dia juga melihat sosok seorang wanita berada disamping Malvin, Menggunakan dress pink berlengan pendek, Wanita itu mengikat seluruh rambutnya terlihat cukup cantik meskipun sangat sederhana.
Meskipun begitu Nafa tetap berjalan menuju meja dimana keduanya berada.
"Selamat malam? Apa aku membuat mu menunggu lama," Nafa tampak sedikit berbasa basi dan sedikit melirik kearah wanita yang berada di samping Malvin, Begitu juga wanita itu yang terlihat tersenyum dan berdiri mengikuti malvin.
"Malam Fa, Kami belum terlalu lama menunggu, kami juga baru sampai." ucap malvin yang menggeser bangku tepat disampingnya, Kini Nafa dan wanita itu sudah duduk berhadapan.
Mereka pun duduk dan memulai pembicaraan.
" Kenalkan Fa ini Tania, Dia adalah kekasihku,!" Malvin pun mengenalkan Tania dengan Nafa tanpa ada rasa ragu.
Deg...
jantung Nafa berpacu dengan kencang.
"APA? KEKASIH?"
Nafa tampak bingung dengan apa yang terjadi dihadapannya sekarang. Sedangkan wanita yang berada di hadapan Nafa hanya tertunduk tanpa satu kata pun.
" Maafkan aku Fa, Tapi aku benar benar sudah memiliki kekasih. Aku terpaksa menerima perjodohan kita."
"Terpaksa? Kenapa harus menerima perjodohan ini kalau kau sudah punya kekasih!! kau ingin mempermainkan aku dan keluarga ku Ahh! s**t!!"
Malvin terkejut melihat reaksi Nafa yang mengumpat, Dia tidak percaya Nafa akan semarah ini.
"Aku terpaksa Fa, Perusahaan kami sedang berada di masa kritis, perusahaan kami akan bangkrut aku mohon dengarkan dulu penjelasan ku,"
"Tidak ada yang perlu kau jelaskan, Aku bingung apa hubungan antara perusahaan mu yang bangkrut dengan perjodohan kita!!!"
"Apa kau tidak mengetahui nya Fa? Papi mu memberikan saham yang besar di perusahaan kami asalkan kita menikah." Ujar Malvin.
"Apa maksudnya aku tidak mengerti, Mami dan Papi tidak pernah mengatakan ini padaku Vin!"
Kini Nafa tampak terlihat sangat kacau bahkan air mata nya sudah berada di pelupuk matanya, Baru kali ini dia merasakan harga dirinya tercabik cabik.
Kini Tania pun mulai berbicara dengan sedikit terbata bata sambil memegang tangan Nafa.
"Maafkan kami! Tapi kami saling mencintai, Hubungan kami sudah sepuluh tahun tetapi kedua orang tua Malvin tidak pernah merestui karena aku berasal dari keluarga biasa."
Tania pun meneteskan air matanya. sedangkan malvin hanya membuang wajahnya kesamping tidak melihat kearah kedua wanita itu, Malvin tidak sanggup melihat Tania yang menangis.
Melihat ini semua Nafa merasa terharu, Ternyata kisah cinta ini cukup menyedihkan terhalang restu orang tua karena kasta yang berbeda.
Nafa pun menarik tangannya lalu membuang nafasnya dengan gusar.
"Lalu apa mau mu Vin?"
kini Nafa tampak berterus terang.
"Aku ingin perjodohan kita tetap berlangsung sampai papamu menanam sahamnya, Ketika perusahaan ku sudah bangkit aku berjanji akan mengembalikan semua hutang keluarga kami aku yakin tiga bulan waktu yg cukup untuk membuat perusahaan kami bangkit kembali, Bukankah semalam kedua orang tua kita sudah sepakat akan menikahkan kita setelah tiga bulan bertunangan?"
"Lalu??" Nafa tampak berpikir.
"Aku ingin setelah tiga bulan, Kau yang memutuskan hubungan perjodohan ini, Aku tidak ingin keluarga kita terpecah belah, Apalagi kalau aku yg memutuskan hubungan, Papa dan Mamaku pasti akan shock!"
"Wow ide yang sangat briliant Vin, sayang nya PENGECUT!!!"
Nafa mengeraskan suaranya.
"Aku tau Fa, Aku pria pengecut, Aku tidak berdaya bahkan pada wanita yang sangat kucintai, Aku bahkan tidak bisa menikahi Tania padahal aku sangat mencintainya, Aku memang b*****h aku tidak pantas untuk siapapun."
Kini malvin mulai merutuki dirinya sedangkan Tania dia hanya mampu menenangkan malvin, Dia tahu dan mengerti kenapa Nafa mengatakan hal itu, Sebagai wanita tentu saja Nafa merasa dirugikan.
Melihat adegan didepan matanya Nafa pun tidak tega, Nafa yang memiliki hati yang lembut tentu tidak tega melihat semua ini terjadi, Dia mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Malvin dan Tania, Rasa sayangnya kepada Malvin membuat nya melembut dan mengalah, Rasanya dia terlalu kejam untuk menghakimi cinta mereka.
"Baiklah, Aku akan menerima tawaran mu Vin! Kita akan menjalani sandiwara ini, Tapi ada persyaratan nya,"
Kini Malvin dan Tania tampak mulai tersenyum.
"Apa Fa?" Malvin bertanya dan ada sinar kebahagiaan diwajahnya membuat Nafa menelan salivanya.
"Minggu depan pertunangan kita akan dilaksanakan bukan? setelah pertunangan itu aku ingin kita menjalani nya bersungguh sungguh aku ingin menjadi sosok tunangan yang nyata untukmu."
"Maksudnya bagaimana?"
Kini Tania yang tampak cemas bertanya kepada Nafa.
"Tenang aku tidak akan merebut Malvin darimu, Aku hanya ingin punya kesempatan untuk dekat dengan Malvin, Aku ingin Malvin belajar membuka hatinya untukku, Apabila Malvin tetap dengan pendiriannya untuk bersamamu aku akan mundur dengan terhormat, Lagipula dibanding sepuluh tahun hubungan kalian dengan tiga bulan hubungan yang kami jalani kurasa itu bukan hal yg menakutkan bila kalian memang saling mencintai! Bukankah itu setimpal dengan apa yang akan diberikan papiku padamu Vin?"
Nafa sedikit melirik Malvin.
"Baiklah aku setuju." Malvin menimpali, Dia tidak masalah kalau harus menjalani hubungan tiga bulan ini, Dirinya yakin bahwa hatinya tidak akan goyah karena cintanya sangat besar pada Tania.
Sedangkan Tania hanya diam, Dia tidak bisa berkata apa apa lagi.
"Ok deal kalau begitu, Aku juga tidak keberatan kalian tetap berhubungan asal kalian pandai jangan sampai mami dan papi ku tau hubungan kalian, Baiklah aku akan pergi nikmati saja malam ini berdua, have fun."
Nafa pun bangkit dengan wajah tersenyum dan berjalan ke arah luar begitu saja seperti tidak ada kejadian apapun.
Sedangkan Malvin dan Tania tinggal mereka berdua dan masih tidak menyangka Nafa bisa setenang itu.
"Vin, Aku merasa takut dengan semua ini," Kini Tania mulai merengek dihadapan Malvin.
"Apalagi Tan, Bukankah Nafa bisa menerima semuanya, Aku saja tidak menyangka hatinya sangat besar menerima ini semua, Dia bahkan tidak tau kedua orang tua menjodohkan nya denganku karena uang?"
"Aku takut kamu akan jatuh cinta padanya Vin, Dia wanita yang sempurna, Cantik, Pintar dan hatinya sangat baik meski terlihat tegar, Aku takut waktu tiga bulan adalah hal yang mudah untuk membuatmu mencintainya, Melihat dirinya dengan diriku, Aku merasa seperti Permata dan kerikil Vin."
Kini tania menundukkan wajahnya di meja dengan tubuh yang bergetar karena menangis, untung saja tamu di restoran ini sedikit, Karena Malvin memang memboking beberapa meja agar mereka bisa leluasa berbicara.
"Tenanglah sayang, Aku sangat mencintaimu, Aku tidak akan pernah bisa berpaling kepada siapapun, Jangan pernah membandingkan dirimu dengan siapapun, Bagiku kau adalah permata langka yang ada di dunia ini, Hanya kau seorang pemilik hatiku."
Kini Malvin menarik tangan Tania, Lalu memeluknya, Tubuh tania masih saja bergetar meskipun sudah berada dipelukan Malvin.