Bosku dan Masa Laluku

Bosku dan Masa Laluku

book_age18+
288
IKUTI
1.0K
BACA
possessive
love after marriage
independent
CEO
drama
school
teacher
wife
husband
like
intro-logo
Uraian

Nadia dan Aldo memutuskan menikah tanpa memikirkan cinta. Mereka percaya cinta akan datang setelahnya. Menjalani hidup sederhana nan bahagia. Saat Nadia memutuskan bekerja sebagai sekretaris dari Arda bos yang sangat dikenalnya sekaligus sahabat lama Aldo, hidupnya menjadi rumit. Bagaimana perjalanan rumah tangga Nadia? Haruskah mengejar cinta atau kembali pada rasa cinta yang masih tersimpan di sudut ruang hatinya?

chap-preview
Pratinjau gratis
BDM 1
Prolog Sepasang laki-laki dan Perempuan sedang menatap indahnya pemandangan di puncak dataran tinggi Dieng. Dinginnya udara tidak menyurutkan keduanya menikmati alam ciptaanNya. "Sebenarnya ada masalah apa, Ar?" Nadia menanti jawaban Arda namun tak ada balasan. Justru laki-laki itu mendekat dan sepasang lengan kekar melingkar di pinggang Nadia. Bahkan dagunya iya sandarkan di pundak perempuan itu. "Lepasin, Ar. Tolong jangan bikin ini makin rumit!" "Sebentar saja, Nad. Aku butuh kekuatan." "Kalau butuh kekuatan bukan padaku kamu meminta. Tapi pada Tuhan, Ar." Arda tidak bergeming. Dia semakin mengeratkan pelukannya. Seketika Nadia merasa bersalah pada Aldo suaminya. Dia seakan menghianati suaminya itu. Suami yang selalu sabar mendampinginya. Apalagi Arda juga sudah punya istri, dia tidak mau jadi pelakor. Nadia menghela nafas berharap pusing di kepalanya berkurang. "Sungguh ini benar-benar gila." Aarghhh, ----   BDM 1   Nadia masih merasa canggung mengawali hidup bersama Aldo. Mereka memutuskan menikah setelah tak lama bertemu dalam reuni SMA. Karena niat yang baik lebih bagus disegerakan menurut saran orang tua mereka. Aldo yang berprofesi sebagai guru olahraga honorer sekolah yayasan mendapat gaji cukup untuk hidup berdua. Mereka mencoba hidup dalam kesederhanaan. Menikah dengan tidak dilandasi rasa cinta membutuhkan perjuangan. Seiring waktu mereka berharap dapat tumbuh benih-benih cinta diantara keduanya. Drrtt... Dering ponsel Aldo terdengar langsung diangkatnya. "Halo, Bu. Apa...? Iya Bu, Aldo usahakan. Sekarang ibu tenang saja ya. Jangan kawatir." "Ada apa, Mas? "Bapak jatuh dari sepeda Nad. Beliau harus operasi supaya kakinya bisa berjalan." Tersirat kesedihan di wajah Mas Aldo dan Nadia tak tega melihatnya. "Astaghfirullah, jadi kondisi Bapak gimana sekarang?" "Harus operasi, butuh biaya lumayan besar." "Hmm, pakai tabungan kita dulu gimana, Mas?" "Tapi, itu satu-satunya simpanan kita. Aku cari pinjaman di kantor aja ya. Ini kan untuk biaya bapakku" "Jangan, Mas. Bapak Mas Aldo kan bapakku juga. Hmm, kalau aku cari kerja diijinkan nggak?" Nadia mengatakan dengan sedikit takut jika suaminya nggak berkenan. Nadia lulusan sarjana jurusan sekretaris. Dia bisa melamar di sebuah perusahaan untuk membantu memulihkan keuangan keluarga kecilnya. Akhirnya pembicaraan dari hati ke hati membawa kesimpulan Nadia boleh bekerja asal bisa menjaga diri dan juga tak lupa perannya sebagai seorang istri. Aldo tidak menuntut istrinya wajib bekerja tetapi lebih kearah biar istrinya tidak bosan di rumah karena mereka masih tergolong pengantin baru dan belum ada momongan.   Hari ini, Nadia sudah bersiap memasukkan lamaran ke sebuah perusahaan tekstil di wilayah kota Semarang. Dia mendapat info dari temannya semalam saat bingung mencari lowongan kerja. Dengan menghubungi beberapa teman akhirnya sampailah dia di perusahaan ini. Nadia telah menghubungi CP dan diminta membawa berkas lamaran sekaligus mengikuti tes wawancara. Dia menunggu di lobby karena janjian setengah jam lagi dengan pihak HRD untuk menyerahkan berkas sekaligus tes wawancara. Nadia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan lobby perusahaan yang membuatnya terpukau. Perusahaan besar yang terkenal memberikan gaji besar bagi karyawannya. Konsekuensi itu sebanding dengan tingkat kedisiplinan karyawan yang dituntut oleh perusahaan. Saat melihat ke arah resepsionis tak sengaja Nadia melihat sosok laki-laki yang tak asing baginya. "Astaga, kenapa dari sekian banyak laki-laki harus ada dia di sini." Meski sudah lama tak bertemu, Nadia bingung kenapa jantungnya bergetar hanya dengan melihat wajah itu. Nadia panik tak terkira. Dia lari ketakutan ingin bersembunyi karena laki-laki itu berjalan mengarah ke tempatnya. Nadia yang panik justru asal masuk sebuah ruangan. Tak disangka laki-laki itu ternyata ada perlu ke ruangan yang dimasuki Nadia. "Hei, siapa kamu. Jangan sembarangan masuk ruangan. Nggak lihat tulisan yang di pintu ya?" Apa tadi ada tulisan staff only? pikir Nadia. "Oh Tuhan, rasanya aku ingin menghilang dari sini. Gimana kalau dia lihat aku." "Ma..af, saya salah masuk. Saya mencari ruang HRD." Beruntung alasan itu spontan keluar dari mulut Nadia yang memang mau ketemu pihak HRD. "Oh, ruang HRD di seberang ruangan ini." ucap laki-laki itu yang tak melihat wajah Nadia karena posisinya saling membelakangi. "Terima kasih." Nadia segera kabur dari ruangan itu dengan wajah memerah dan nafas ngos-ngosan. Jantungnya pun tak kalah masih berdesir. Hanya melihat wajahnya sekilas apalagi mendengar suaranya membuat pikiran Nadia terbang ke masa lalu. 'Apa dia juga karyawan di sini?'gumannya. Terbesit keraguan untuk melamar kerja di perusahaan ini. 'Jadi, enggak, jadi, enggak, ...' Nadia justru menghitung kancing blazernya seperti anak sekolah menerka jawaban. 'Duh kenapa harus ada masa lalu yang menghantui, pikirkan nasib bapak, Nad.' Gumannya menyemangati diri. ----- Laki-laki itu adalah Arda masa lalu Nadia saat masih duduk di SMA. Bukan mantan ya, karena jadian aja belum hehe. Nadia memang menyukai Arda pun sebaliknya Arda sepertinya juga punya perasaan yang sama pikir Nadia. Saat itu Arda adalah ketua OSIS, dan Aldo wakilnya. Sementara Nadia adalah sekretaris. Nadia dan Arda kemana-kemana sering bareng, bahkan banyak yang mengira mereka jadian. Semakin jauh kedekatannya tak menunjukkan Arda mengatakan sesuatu yang diharapkan Nadia. Artinya Nadia salah mengira kalau kebaikan dan perhatian Arda karena rasa suka terhadapnya. Tidak ada kata yang terucap, justru tiba-tiba Arda menjauhi Nadia. Belakangan Arda memang sudah dekat dengan siswi lainnya membuat Nadia patah hati. Lima tahun kemudian, saat reuni SMA Arda tidak datang, Nadia justru bertemu Aldo yang saat itu mengutarakan perasaannya. Nadia mendapat info kalau Arda sudah menikah, akhirnya hilanglah kesempatannya untuk mengejar cintanya. Nadia pun memutuskan menerima Aldo dengan alasan cinta bisa tumbuh setelah menikah jika memang diniatkan karena ibadah pikirnya. Tok..tok "Masuk." Suara tegas CEO perusahaan membuat kegugupan Nadia semakin meningkat. Dia mengira bosnya ini pasti orang yang galak, tak ramah, berumur kepala 5. Issh menyeramkan pokoknya. "Maaf, Pak. Saya diminta menghadap Bapak untuk wawancara." Sang CEO pun memutar kursinya menghadap Nadia yang berdiri kaku di depan meja kerjanya." Sontak Nadia pucat mendapati bosnya adalah laki-laki masa lalunya yang ditemui di lobby tadi. 'Arda bos di sini? Ya Tuhan bolehkah aku menghilang saja dari sini. Kenapa harus dia bosnya. Ganteng sih iya, muda dan energik pastinya dilihat dari penampilannya. Tapi aku sudah menikah. Astaghfirullah, cobaan berat nih.' Nadia hanya mampu bermonolog dalam hatinya. "Kenapa kamu ketakutan seperti melihat hantu?" 'Eh, sebentar. Tapi sepertinya dia tak mengenaliku.' Aku dulu yang lugu dan polos memang berbeda dengan sekarang. Karena kuliah di jurusan sekretaris mau tak mau aku mengubah penampilanku supaya menarik di depan umum. Berpakaian rapi dengan blazer dan celana panjang, bersepatu pantofel, rambut disanggul rapi, make up natural tak mencolok dan tentunya pakai kaca mata karena penglihatanku agak berkurang. Mas Aldo saja pangling melihat penampilanku tadi pagi. "Silakan duduk!" titahnya. Nadia tak berani melihat wajah bosnya. Hanya sesekali curi pandang lalu menunduk takut matanya bersirobak dengan mata Arda. Bisa-bisa hatinya meleleh dibuatnya. Nadia menyodorkan berkas lamarannya, lalu Arda membacanya sekilas di bagian pengalaman kerja. "Namamu siapa?" "Nadia Pak. Kenapa Bapak cuma melihat bagian daftar pengalaman kerja di CV saya?" "Justru itu yang penting buat saya. Kenapa harus lihat lainnya. Ini bawa kembali ke HRD nanti!" Nadia pun mengangguk patuh. "Karena belum ada pengalaman sama sekali, kamu bekerja kontrak satu tahun dulu, setelah itu akan dipertimbangkan lagi." 'Dia benar-benar tidak mengenalku kan. Atau hanya pura-pura tak mengenal?' "Kenapa kamu gusar gitu?" serunya. "Eh, Alhamdulillah. Terima kasih Pak. Saya akan bekerja dengan maksimal," jawabku mantap namun dalam hati berkata lain. Gimana ini godaan berat kalau Mas Aldo tahu pasti aku disuruh resign. "Baguslah. Ini berkasnya silakan dipelajari. Hari ini kamu mulai kerja!" "Apa? Hari ini Pak?" Nadia hanya bisa melongo kaget ditodong hari ini juga mulai kerja. "Ba..baik, Pak." ucap Nadia sedikit gugup. Di tengah mengerjakan tugas pertamanya, Nadia menyemangati diri dengan kalimat sakti bahwa tidak akan tergoda dengan bosnya. Dia selalu ingat pesan suaminya untuk menjaga diri dan kehormatan terutama di tempat kerja. Arda yang tidak menyadari kalau sekretarisnya adalah teman lamanya, tetap bersikap santai dan sengaja memberi tugas awal pada nadia dengan merekap setumpuk berkas. Dia ingin menguji pertahanan Nadia bekerja sebagai sekretarisnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
289.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
210.8K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
162.2K
bc

TERNODA

read
192.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
224.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook