Sebelum menuju ke tempat The Bottom Door berada, terlebih dulu Jim Dye membunuh monster-monster yang bisa membantunya meningkatkan performa pedang katana miliknya. Jim Dye membutuhkan kekuatan Trash untuk bisa menghadapi penunggu The Bottom Door. Namun Jim Dye sadar, kekuatan tiga ksatria saja tidak cukup mengumpulkan kekuatan secepatnya. Butuh waktu berhari-hari dan juga akan sangat melelahkan.
“Apakah aku boleh mengajak Davon dalam perjalanan kita ini, Jim?” tanya Bergo.
Jim Dye berpikir sejenak. Davon tergolong kuat dan gigih. Dia juga memiliki kecepatan yang mumpuni. Sayangnya dia mata keranjang. Beberapa kali Davon kehilangan kekuatannya karena berhubungan bukan dengan manusia murni. Jim Dye mengkhawatirkan soal itu. Dia lalu menyampaikannya pada Bergo.
“Kau tenang saja. Aku sekarang punya penangkalnya kalau penyakit mata keranjang Davon sedang kambuh.”
“Kau yakin soal itu, Bergo?”
“Kita lihat saja seberapa ampuh kesaktian yang baru saja aku dapatkan dari pertapaan selama tujuh hari itu.”
“Lalu kenapa Davon sekarang bersama perempuan yang… ya seperti itulah yang kau gambarkan tadi.”
“Aku sengaja karena aku lihat meski Brenda penampilannya seperti itu, dia adalah gadis baik-baik.”
“Kau menilainya dari mana? Kau tidak pernah terlibat dengan urusan wanita,” cemooh Jim Dye.
“Kau menghinaku, Jim? Memangnya kau sendiri pernah terlibat dengan urusan wanita?”
Jim Dye tertawa. Bergo merangkulnya dengan akrab ketika mereka berjalan beriringan menuju rumah perempuan yang sedari tadi namanya disebut-sebut.
Setelah berjalan sejauh dua kilometer, sampailah Jim Dye, Reymon dan Bergo di depan sebuah rumah sederhana tapi dipenuhi berbagai macam tumbuh–tumbuhan.
“Brenda berprofesi sebagai penjual ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman obat liar. Dia mendapatkan tanaman obat itu dari Black Secret Forest. Kau pernah dengar tentang hutan terlarang?”
Jim Dye dan Reymon mengangguk bersamaan. “Tentu saja. Siapa yang tidak tahu soal hutan terlarang di wilayah Kingdom of Sholleora itu,” komentar Reymon.
“Brenda memiliki akses untuk bisa masuk ke hutan itu.”
“Caranya?” tanya Reymon antusias.
“Kau harus menghadapi Davon dulu kalau mau menanyakan soal itu pada Brenda,” cibir Bergo.
Jim Dye tidak memedulikan lagi obrolan antara Bergo dan Reymon. Dia memasuki rumah Brenda kemudian mengetuk pintu secara perlahan. Ketukan pertama tidak ada sahutan. Jim Dye mencoba mengetuk sekali lagi. Masih tetap sama. Hanya terdengar suara gesekan dedaunan terkena terpaan angin yang menjawab ketukan Jim Dye.
“Kau yakin Davon dan perempuan bernama Brenda itu ada di dalam rumah?” tanya Jim Dye pada Bergo.
“Tentu saja.”
Jim Dye meminta pada Bergo dan Reymon untuk berjaga di beranda depan sementara dirinya akan memeriksa bagian belakang rumah ini. Awalnya yang didengar oleh Jim Dye masih sama seperti saat di beranda depan. Namun ketika langkah kakinya berhenti di samping jendela tertutup tidak terlalu rapat karena meninggalkan sedikit celah antara kusen jendela dengan daun jendelanya. Jim Dye merapatkan telinga ke depan daun jendela yang tengah tertutup. Dia mendengar suara-suara yang aneh menurutnya. Seperti orang tersengal karena kehabisan napas. Bukan napas satu orang karena kedengarannya saling mengejar satu sama lain. Sebuah pekikan perempuan membuat Jim Dye berjengit. Kalau dia memaksa mencari tahu itu tidak benar.
Pada akhirnya jiwa remaja 16 tahun Jim Dye lebih mendominasi dalam situasi seperti ini. Jiwa remaja yang mudah penasaran dan memiliki rasa ingin tahu begitu menggebu. Jadilah Jim Dye menarik pedangnya dan secara perlahan membuka daun jendela yang tidak tertutup rapat tadi dengan ujung pedangnya. Jim Dye yang tengah berjongkok perlahan berdiri sambil melongok ke arah daun jendela yang sudah dibukanya.
Yang terjadi berikutnya, kedua matanya melotot saat melihat pemandangan yang tersaji di depan matanya. Laki-laki yang dikenalnya bernama Devon sedang berada di atas tubuh perempuan yang dia tebak bernama Brenda. Devon bergerak naik turun di atas tubuh Brenda. Tubuh kedua anak manusia itu dalam kondisi polos tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh mereka dan napas keduanya saling memburu seperti ingin meraih sesuatu. Jim Dye tidak bisa berkata-kata. Bahkan untuk menelan salivanya sendiri dia merasa kesulitan.
Merasa syok dan malu pada dirinya sendiri, Jim Dye tidak melanjutkan aksi mengintipnya. Dia merunduk kembali sambil menutup daun jendela yang dibukanya tadi secara perlahan. Sebelum kembali ke beranda depan, Jim Dye mengatur napas dan menenangkan debar jantungnya yang berpacu dengan cepat setelah menyaksikan pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya.
“Bagaimana, Jim? Apa yang kau temukan di belakang?” tanya Reymon penuh selidik.
Jim Dye tidak lantas menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan oleh Reymon. Sementara itu Bergo melihat keanehan pada diri Jim Dye. Gelagatnya berbeda dari sebelum memeriksa bagian belakang rumah. Jim Dye lebih banyak menundukkan kepalanya seolah sedang menyembunyikan sesuatu pada dirinya.
“Hei! Wajahmu kenapa merah, Jim? Apa kau sakit?” tegur Reymon yang ikut melihat perubahan pada diri Jim Dye.
“Aku tidak apa-apa,” jawab Jim Dye kikuk.
“Tapi kenapa wajahmu memerah?”
“Oh… itu… mungkin aku terlalu banyak minum. Efek samping minuman keras di kedai tadi baru terasa sekarang,” jawab Jim Dye tak jujur.
Reymon dan Bergo saling pandang. Kedua orang ini sama-sama merasakan keanehan pada diri Jim Dye. “Seingatku kau tidak meneguk minuman keras setetes pun. Justru aku dan Bergo yang banyak minum minuman keras,” ujar Reymon penuh selidik.
Ketika dua orang itu tengah memperdebatkan keanehan pada diri Jim Dye, salah satu daun pintu rumah tiba-tiba terhempas dari dalam keluar. “Ka… kalian? Apa yang sedang kalian lakukan di sini?” tanya Davon agak bingung.
“Kalian bertiga sudah dari tadi di sini?” tanya Davon lagi karena tidak satupun dari ketiganya menjawab pertanyaan sederhana dari Davon.
“Oh… tidak! Kami bertiga baru sampai,” bohong Bergo.
Davon mendekati Jim Dye. Mata elang milik Davon menatap tajam dan penuh selidik pada Jim Dye. “Benarkah kau Jim Dye?” tanya laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi kurus itu.
“Ya, benar. Aku Jim Dye.”
“Puji syukur kau masih hidup anak muda. Marcus dan Dogma berpesan. Jika bertemu kau suatu hari nanti, aku diminta untuk mengirim pesan pada mereka.”
“Jadi kau tahu dimana keberadaan Marcus dan Dogma?”
“Aku terakhir bertemu dengannya di perkemahan Jostone. Perkemahan militer milik High Bride. Salah satu kota tua yang ada di wilayah Chazie Empire. Letak kotanya ada di seberang danau. Marcus diminta melatih beladiri, cara memegang pedang dan latihan perang lainnya. Kalau Dogma diminta untuk membantu soal mengatur strategi perang.
“Apakah akan ada penyerangan lagi?”
“Menurut Marcus seperti itu. Bahkan perang yang sebenarnya belum terjadi. Dia tahu betul tipekal raja Kingdom of Sholleora. Tidak akan berhenti sebelum dia sendiri yang ingin berhenti. Red Nevo hanyalah pion yang keberadaannya tidak begitu penting dalam rencana inti Lord Ivejorn.”
“Benarkah begitu?”
Davon mengangguk sekali tetapi menunjukkan keyakinan pada jawaban yang dia berikan. Davon lalu meminta sahabat-sahabat seperjuangannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Baru saja Jim Dye mendaratkan tubuhnya di atas bangku, Brenda datang menghampiri mereka. Jim Dye menundukkan kepala seketika itu juga. Dia sama sekali tidak berani beradu tatap dengan Brenda.
“Hei! Apakah kau menyukai tipe perempuan seperti itu?” bisik Reymon.
“Maksudnya?”
“Kau menundukkan kepala dalam-dalam ketika perempuan itu datang. Aku yakin sikapmu kali ini ada hubungannya dengan keanehan pada diri kamu sejak dari belakang tadi.”
“Sialan!” maki Jim Dye kesal.
Reymon hanya mampu menahan senyum dan tidak melanjutkan menggoda temannya itu lagi. Mereka mengobrol dalam suasana santai. Membicarakan seputar perjalanan masing-masing setelah penyerangan pasukan Red Nevo malam itu.
Jim Dye memutuskan untuk menemui Marcus dan Dogma sebelum menemukan keberadaan The Bottom Door. Mungkin dengan batuan pendapat atau tenaga dari dua orang yang lebih ahli dalam hal mengatur strategi, tujuannya akan lebih mudah tercapai.
Keesokannya saat matahari terbit mereka sepakat akan menyeberang danau Keto dengan menggunakan kapal cepat yang ada hanya di waktu-waktu tertentu saja. Jim Dye, Reymon, Bergo, dan Davon berangkat pagi sekali ke pelabuhan Keto. Sebenarnya Brenda ingin ikut dengan rombongan Jim Dye. Keberadaan Brenda dan ramuan obatnya akan sangat membantu bila dalam perjalanan ada anggota rombongan yang mengalami luka berat. Namun karena Brenda sudah terlanjur ada janji dengan seseorang untuk melakukan terapi pengobatan dengannya, maka Brenda tidak bisa ikut dalam petualangan Jim Dye dan kawan-kawan kali ini.
Tidak jauh dari pintu masuk utama Pelabuhan Keto tampak pasukan Red Nevo berjaga di sepanjang pintu masuk pelabuhan. Beruntung Jim Dye dan kawan-kawan diizinkan masuk ke dalam pelabuhan karena dianggap sebagai warga biasa oleh prajurit yang berjaga. Cara mereka mengasingkan diri setelah penyerangan Chacine Oasis cukup membantu mengalihkan pasukan Red Nevo dalam menandai ksatria-ksatria yang ikut andil dalam menahan penyerangan malam itu.
Saat berkeliling di sekitar pelabuhan Keto, Bergo melihat sebuah kedai. Jim Dye dan yang lainnya setuju dengan ide Bergo untuk memasuki kedai tersebut. Minum sambil mencari informasi soal pelabuhan dan kapal-kapal yang bisa mereka gunakan menuju High Bride.
Jim Dye melihat keberadaan orang-orang yang tidak asing baginya. Orang-orang yang dulu pernah membantunya melewati Hutan Perbatasan Utara. Jim Dye melirik sekali lagi. Ya, benar itu Kimi, Lea dan Demon. Seru Jim Dye dalam hatinya. Setelah yakin pada penglihatannya, dia bangkit dari kursi lalu beranjak menuju meja tempat ketiga orang yang pernah membantunya itu berada.
“Apakah kalian masih ingat padaku?” ujar Jim Dye dari belakang tubuh Demon.
Kimi dan Lea yang sedang asyik membicarakan soal cita rasa makanan yang ada di kedai ini sontak menoleh ke sumber suara. Demon juga ikut menoleh mengikuti arah tatapan kedua temannya.
“Jim Dye!” seru Kimi. “Apa yang kau lakukan di tempat ini? Aku pikir kau sudah kembali ke kampung halamanmu,” ujar Kimi dengan senang hati.
Jim Dye lalu memperkenalkan rombongannya pada Kimi, Lea dan Demon. Setelah mengobrol singkat sekali lagi Kimi dan kawanannya memberi pertolongan pada Jim Dye. Mereka membantu Jim Dye menyeberangi Dana Keto dengan menggunakan perahu ilegal milik teman-teman Lea yang kenal di pelabuhan ini.
~~~
^vee^