Perih

1262 Kata

“Sayang”. Sebuah panggilan yang membuat Vian berhenti di depan pintu. Seorang gadis berlari ke arahnya dan mengecup bibir Vian. Tubuh Vian menegang. Bukan karena ciumannya. Tapi karena kejadian itu berlangsung di depan mata istri dan orang tuanya. Mereka pun sama-sama melotot menyaksikan kejadian itu. ‘Mati aku’. Batin Vian. “Apa-apaan ini?” Tegur pak Bram. Dia langsung berdiri dari duduknya. Sementara Bu Audy sendiri merasa tak enak hati dengan Kintan. “Eh. Eh Om”. Deby yang tidak mengetahui jika ternyata ada keluarga Vian di dalam private room merasa malu. Tapi di dalam hatinya ia sedikit bersorak, berharap keluarga Vian merestui hubungan mereka dan membuat Kintan cemburu. Seakan batinnya mengatakan ‘Suamimu milikku’. Kintan yang juga kaget melihat kejadian itu, ia hanya bi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN