Vian selesai menjalani semua pemeriksaan. Darahnya cocok dan tidak ada penyakit berbahaya. Perawat segera mempersiapkan proses transfusi. Sebenarnya Vian tergolong lelaki yang takut jarum suntik. Tapi demi istrinya ia rela melawan rasa takutnya. Proses pengambilan darah telah selesai. Vian berbaring lemas di atas pembaringan rumah sakit. Menunggu tubuhnya benar-benar pulih barulah kembali menunggui istrinya. Pak Bram datang dan menghampiri Vian. “Bagaimana keadaan kamu?” Tanyanya saat melihat Vian yang berbaring sambil menutup matanya. “Aku baik-baik saja Pi”. Jawabnya masih terus menutup matanya. “Selama beberapa hari ini kamu ke mana?” “Maksud papi?” Vian membuka matanya saat mendengar pertanyaan itu dari ayahnya. “Kenapa tiga hari ini kamu tidak ke kantor. Dan kamu juga b