Semenjak bangun tidur pagi ini, mereka lebih banyak diam. Saat mata mereka saling pandang, hanya salah tingkah yang mereka rasakan. Vian sering menggaruk tengkuknya yang tak gatal untuk menetralisir rasa gugup di hatinya. Ia juga merasa heran. Kenapa bisa sensasi saat bersama Kintan terasa berbeda. Setelah sarapan pagi ini, Kintan dan Vian berpamitan. Mereka harus kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Vian langsung mengantar Kintan ke pondok pesantren tanpa pulang dulu ke rumah. Sepanjang perjalanan hanya diam yang menemani mereka. Seribu rasa bercampur di dalam d**a. Hingga rasanya bingung harus memulai obrolan dari mana. Tak terasa diamnya mereka telah mengantarkan Kintan sampai di depan gerbang pesantren. “A aku turun dulu mas. Makasih udah nganterin”. Ucap Kintan. “I