10. Tawaran Menarik

1672 Kata
“Gue langsung balik ke kampus lagi ya Yu.” Kata Bella setelah mengantar Ayu sampai di depan pagar tembok rumahnya. “Ngga mau minum dulu? Tuh beli dagangan emak gue.” Kata Ayu seenaknya. “Idih, pelit amat.” Kata Bella sewot, disambut dengan tawa Ayu. “Ati-ati ya Bell… makasih lho udah dianterin pulang.” Kata Ayu sambil melambaikan tangannya. “Sipp” jawab Bella sambil mengacungkan ibu jarinya. Lalu membalikkan arah motor Scoopynya dan segera melaju. “Assalamualaikum… Ayu pulang Bu.” Kata Ayu sambil membuka pintu rumah yang tidak dikunci. “Waalaikumsalam…” jawab Rizal yang sedang menonton televisi dengan kaki yang berbalut gips putih diletakkan di atas meja. “Ibu mana De’?” tanya Ayu sambil meletakkan sepatunya di rak sepatu yang terletak di belakang pintu. “Di warung kali.” Jawab Rizal sekenanya sambil matanya tetap fokus ke layar televisi. “Yaelah, udah gede masih juga nontonnya spongebob.” Protes Ayu setelah melihat ke layar televisi. “Kamu ngapain aja di rumah seharian? Pasti nonton tv terus nih. Hmmm… bukannya belajar.” Kata Ayu sedikit galak. “Kan Rizal lagi sakit mba, masa disuruh belajar.” Jawab Rizal membela diri. “Yee… yang sakit kan kakinya. Mata sama otak kan masih bisa dipake buat belajar.” Kata Ayu sewot. Sejujurnya Ayu ingin Rizal jadi anak yang pintar, jadi anak yang sukses agar ia juga bisa membanggakan Ibu dan Almarhum ayahnya. Paling tidak nantinya Ia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Apalagi Rizal adalah anak laki-laki yang kelak akan berkeluarga dan memiliki kewajiban menafkahi anak dan istrinya. Ayu meletakkan tas Ranselnya di kamar dan berganti pakaian, kemudian mencari ibunya di warung. “Bu….” Panggil Ayu sedikit keras. “Iyaa… Ibu disini Yu.” Jawab Diana yang ternyata memang sedang berada di warung. “Lagi ngapain bu?” “Ini lagi beresin barang dagangan, baru dianter tadi.” Kata Diana sambil membongkar kardus mi instan untuk disusunnya di rak bagian atas. Ayu mendekati Diana dan ikut membantu membereskan barang dagangan. “Tumben nih jam segini udah di rumah.” “Iya emang hari ini Ayu sengaja pulang cepet, biar Ibu ada yang bantu-bantu di rumah.” Jawab Ayu. “O ya bu, tadi temen Ayu di kampus nawarin Ayu buat jadi guru les adiknya, kelas 3 SMP kalau ngga salah. Lumayan kan Bu kalau jadi ngelesin kan bisa buat nambahin biaya operasi lepas pen-nya Rizal.” “Alhamdulillah… memangnya teman yang mana? Jauh rumahnya?” tanya Diana ingin memastikan. Ia khawatir jika Ayu pergi terlalu jauh, apalagi ke rumah orang yang belum dia kenal. “Ada Bu, temen satu kelas Ayu, namanya Bagus, rumahnya ngga jauh kok, naik angkutan sekali juga sampe. Ayu belum tau persis sih rumahnya, tapi di dalam komplek perumahan Bougenville.” Kata Ayu menjelaskan. “Komplek perumahannya orang kaya Bu.” Bisik Ayu sambil memiringkan telapak tangan di samping mulutnya. “Hustt… mau orang kaya mau orang miskin, ngga boleh dibanding-bandingin begitu. Kalau bisa bantu ya kenapa engga.” Diana menasehati. “Iya Buu… ya kali aja kan bayarannya lumayan.” Kata Ayu sambil cengengesan. Diana hanya geleng-geleng kepala. “Ya udah terserah Ayu aja deh, yang penting mah halal.” Kata Diana. “Yang penting sekarang Ayu ngga usah mikirin biaya untuk operasi Rizal, biar itu tanggung jawab Ibu. Uang yang kamu dapet kan bisa kamu pake buat tebus motor di pegadaian. Ibu kasian liat kamu naik angkutan, harus bolak balik. Belum lagi kalau berangkat kerja. Lagian juga bakal repot nanti kalau Rizal udah mulai masuk sekolah. Naik angkutan kan juga nambah biaya.” “Iya si Bu… Ya udah kalau ada uang nanti Ayu tebus motornya. Kalau uang Ibu kurang atau Ibu butuh uang Ibu janji ya bilang sama Ayu, Ibu ngga boleh mikirin sendirian” “Iya anak cantiiikkk… Lagipula kan operasi pengambilan pen juga sepertinya ngga semahal waktu operasi yang pertama.” “Ya semoga aja Bu…” “O ya kalau kamu ngelesin adek temen kamu, kerjaan di cafe gimana?” “Nanti bisa diatur lah Bu… lagian kan Ayu juga ambil kuliah cuma satu, jadi bisa lah bagi-bagi waktu.” “Ya udah, kalau gitu sana makan dulu, Ibu tadi masak sayur kangkung sama telor dadar.” “Ya udah… Ayu makan dulu ya Bu, Ayu juga udah laper banget.” Kata Ayu masuk kembali ke dalam rumah setelah pekerjaannya selesai. *** Malam itu Diana tak bisa tidur, Ia masih memikirkan kedatangan kakak Siska yang tiba-tiba dan meminta hak atas rumah yang saat ini Ia tempati bersama anak-anaknya. Ia bingung jika harus tetap mempertahankan rumah ini. Jika Ia tetap ingin mempertahankan rumah ini, maka Ia harus bisa menyediakan sejumlah uang sebagai ganti atas hak Putri yaitu sepertiga dari harga jual rumah ini. Tapi uang darimana, pikir Diana. Untuk kesehariannya saja Ia harus hidup pas-pasan. Sedangkan jika Ia harus menjual rumah ini, rasanya terlalu berat karena sudah begitu banyak kenangan yang sudah mereka lalui, termasuk kenangan bersama Hari, suaminya. Belum lagi jika Ia harus menutup warungnya. Mau tidak mau Diana harus menceritakan kedatangan Ratna dan Putri kepada Ayu dan Rizal. Tidak mungkin jika nanti mereka harus tiba-tiba pindah karena Diana tidak bisa menyediakan uang ganti, dengan alasan apa Ia harus menjelaskan. Diana tidak punya pilihan lain, Ia harus mengungkap masa lalu Ayah dan Ibunya kepada Ayu dan Rizal. Sebenarnya Ia tidak mau menyembunyikan apapun dari kedua buah hatinya, tapi Ia tidak ingin membebani pikiran mereka. Ia tidak mau mereka merasa memiliki keluarga yang tidak sempurna dengan adanya orang ketiga dalam hubungan rumah tangga kedua orangtuanya. Diana tidak ingin merusak pandangan Ayu dan Rizal terhadap Ayahnya yang sudah tiada. Ya Allah… bagaimana aku mengatakannya pada Ayu dan Rizal, batin Diana. Diana benar-benar bingung, sedangkan minggu depan kakak Siska akan kembali ke rumahnya lagi. Apa yang harus ia katakan padanya nanti. Ia memandangi setiap sudut rumahnya. Rumah yang begitu banyak kenangan. Memang sebelum menikah dengan Hari rumah ini sudah ada, namun tetap saja Diana merasa rumah ini sudah begitu lekat dengan dirinya, sudah banyak memori indah yang terekam di rumah ini. Rumah yang Ia tinggali setelah Ia menikah dengan Hari, tempat dimana Ia mengandung Ayu dan Rizal dan membesarkannya sampai saat ini. Disini pula tempat Hari suaminya menghembuskan nafas terakhirmya. Diana memandang jam dinding di ruang keluarga, sudah menunjukkan pukul 01.15, namun belum satu menit pun Ia bisa memejamkan matanya. Ia pun memutuskan untuk sholat Tajahud. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ia ingin mencurahkan kegundahan hatinya kepada sang pencipta di sepertiga malam. Biasanya setelah melakukan sholat tahajud hati Diana sedikit lebih tenang dan bisa tertidur setelah itu. *** Tak seperti biasanya malam itu Ayu terbangun dari tidurnya. Ia ingin buang air kecil. Dilihatnya jam menunjukkan pukul 14.30, Ia bangun dan duduk di tepi ranjang hingga kesadarannya kembali. Ia melihat lampu ruang keluarga yang masih menyala. Ibu ngapain bangun pagi banget, atau ada pesanan kue banyak? batin Ayu. Ia mengucek kedua matanya yang masih mengantuk. Ia bangun dan langsung menuju ke dapur, tapi tidak dilihatnya ibunya disana. Ia menuju kamar ibunya, dilihatnya Diana sedang bersimpuh di atas sajadahnya dan memegang tasbih warna coklat sambil sesekali mengusap pipinya. Ibu menangis? Tanya Ayu dalam hati. Ayu kembali menutup gorden kamar. Ia tidak ingin ibunya tau. Ia pun langsung menuju kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya dengan hati-hati. Ayu kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang kecil miliknya dengan dua bantal Ia tumpuk untuk mengganjal kepalanya. Ia peluk boneka jerapah kesayangannya itu, boneka yang Ia punya sejak ia masih berusia empat tahun. Sebuah boneka jerapah warna kuning dengan corak warna coklat muda di badannya. Ia mendapatkan boneka itu dari Almarhum ayahnya ketika ia berulang tahun yang keempat. Saat itu Ayu ingin sekali diajak ke kebun binatang untuk melihat jerapah, namun belum sempat Ayahnya mengajaknya kesana, beliau sudah dipanggil oleh sang Khalik. Ketika terbangun tadi dan melihat ibunya menangis di kamar, Ayu jadi tak bisa tidur lagi. Apa memang setiap hari ibunya seperti ini? Atau ada masalah yang sedang beliau pikirkan? Ayu menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Ayu menjadi ikut sedih jika Ibunya seperti ini. Harusnya dia bisa menjaga ibunya. Tak terasa air matanya menetes. Ayu menghembuskan napasnya pelan dan mencoba untuk tidur kembali. Ia memiringkan badannya ke arah kanan, lalu ke kiri, begitu terus hingga Ia akhirnya membuka matanya. Ia benar benar tidak bisa tidur lagi. Ayu bangun dari tempat tidurnya dan meraih handphonenya yang tergeletak di meja belajar. Ternyata ada WA masuk, dari Bagus. Ia mengirim pesan pukul 21.30. Ayu sudah tertidur saat itu karena Ia sangat lelah sepulang dari bekerja di kedai kopi. Malem Yu…udah tidur belum jam segini? Aku Cuma mau kasih tau, Bokap Nyokap aku udah setuju waktu aku bilang kamu yang mau jadi guru lesnya Dara, adek aku. Kata nyokap sih bisa mulai besok ngelesinnya. Kebetulan kan udh mau PAS 1 (Penilaian Akhir Semester 1). Gimana? Maaf Gus baru bales. Semalem udah tidur, cape banget soalnya. Alhamdulillah. Nanti jadwal lesnya kasih tau aku ya, mau kapan aja dan jam berapa. Kalau bisa sih sebelum jam empat sore, soalnya kan aku kerja juga di cafe. Alhamdulillah, ucap Ayu dalam hati. Baru saja ia meletakkan telepon genggamnya di tempat tidur, telepon genggaamnya bergetar. Dari Bagus. Iya ngga papa. Oke, besok kita bahas lagi ya kalau ketemu. Kok balaesnya jam segini? Kebangun atau ngapain? Kebangun. Kamu sendiri ngapain jam segini bales pesan. Begadang? Kebangun, gara-gara suara telepon. Sorry. Jawab Ayu singkat. Ngga papa kok, udah terlanjur bangun. Kamu musti tanggung jawab. Hah??? Tanggung jawab gimana??? Ya temenin sampe pagi (emoticon tertawa). Sholat tahajud kek, baca quran kek, yang lebih bermanfaat. Ya udah, sholat tahajud aja trus berdoa biar cepet dipertemukan dengan jodoh. Gimana? Pikiran Ayu langsung tertuju pada Bella. Maksud Bagus menyebut jodoh itu maksudnya berjodoh dengan Bella? Iihh…bener-bener nih orang, ngga ngerti isi pikirannya, umpat Ayu dalam hati. Ayu kesal, Ia tak membalas lagi pesan dari Bagus. Ia letakkan kembali telepon genggamnya di tempat tidur dan mencoba untuk tidur kembali sampai adzan subuh nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN