“Sialan, apa orang-orang itu tidak akan pergi? Bagaimana aku mau melangkah kalau begini?” Ruth melihat di balik jendela rumah, ada dua orang suruhan Sean yang mengawasi rumahnya setiap hari. Dari pagi sampai petang mereka selalu saja ada di sekitar rumahnya dan membuat tidak nyaman.
Pengacara yang dipakai Ruth untuk mendampinginya menggugat Sean mendadak mengundurkan diri. Itu juga pasti karena ulah Sean sendiri. Lelaki itu benar-benar ingin memberi hukuman untuk Ruth dengan cara tidak memberi kebebasan. Uang tabungan Ruth juga semakin menipis untuk biaya sehari-hari. Dia bahkan hanya keluar sesekali untuk membeli makan.
“Apa aku harus menghubungi daddy dan meminta bantuannya?” Ruth menggigit kecil bibir bawahnya, sebab agak ragu dengan keputusan itu. Apa Carlton akan menerima dia lagi? Sementara dia tahu ayahnya sangat keras sekali.
Namun, ketika berpikir. Kepala Ruth mendadak pening disertai mual luar biasa hingga dia harus berjalan cepat menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di sana.
“Ooeekk!”
Ruth terus-menerus muntah, perutnya sampai keram dan yang keluar pun hanya tersisa air. Dia pun bergegas membasuh mulut setelah sedikit membaik, kemudian duduk meringkuk di lantai kamar mandi.
Ruth begitu sadar, sekarang dia tengah hamil. Garis dua berwarna biru di testpack 3 hari lalu menunjukkan semuanya. Harusnya ini menjadi sebuah kabar bagus, bukan? Ruth telah menginginkan anak selama 2 tahun. Sekarang anak itu hadir dalam rahimnya sesuai keinginan Ruth. Namun, sialnya keadaan mereka malah seperti ini. Ruth tidak mungkin memberitahu Sean. Bisa-bisa dia dituduh hamil oleh orang lain.
“Aku tidak tahan lagi. Bagaimana aku bisa bertahan dengan anak ini kalau uangku semakin menipis? Aku tidak mau kehilangannya.” Ruth menangis seraya memegang perutnya yang mulai menunjukkan bulatan kecil khas ibu hamil. Ruth mengira kehamilannya pasti sudah menginjak dua bulan lebih sebab dia telah tidak haid tiga bulan belakangan. Ruth awalnya hanya mau memastikan itu setelah 4 bulan, sebab dia memang memiliki kebiasaan haid yang tidak lancar.
Ruth pun beranjak dari lantai, dia tidak boleh begini terus. Sean akan semakin mengintimidasinya jika tahu Ruth hamil.
Ruth mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
“Gabriel ... hiks. Tolong aku!”
“Ya, ampun. Tenanglah, kau mengagetkanku. Bicara pelan-pelan, ada apa, Ruth?” Suara seorang lelaki bernama Gabriel Collin Williams—kakak Ruth yang tinggal di California AS terdengar tenang.
“Tolong, aku dalam masalah besar, Gab. Sean menuduhku berselingkuh, dia juga mengusirku dari rumah. Sekarang aku bingung harus apa, aku tidak punya pekerjaan dan kelaparan. Apalagi aku sedang hamil ....” Dengan sedikit sandiwara dan air mata palsu, Ruth tampak berhasil menghasut Gabriel. Raut wajah lelaki dewasa itu langsung tegang di layar ponsel.
“Dia melakukan semua itu?”
Ruth mengangguk pelan. “Aku tidak bisa menghubungi momy atau daddy. Kau tahu, aku dalam masalah besar kalau mereka tahu aku yang sekarang. Cuma kamu satu-satunya yang bisa menolongku, Gabriel. Setidaknya keluarkan aku dari sini, Sean tidak mau melepasku meski dia sudah mengusirku dari rumahnya.”
Gabriel tampak beranjak dari kursi kerjanya. “Beritahu aku di mana alamat rumahmu. Sekarang juga aku akan mengirim orang untuk mengeluarkanmu dari sana.”
Ruth tersenyum. Dia tidak memiliki pilihan lain, sungguh! Jika Sean mau sekali saja mendengar penjelasannya, mungkin Ruth akan datang dengan membawa kejujuran ini. Mereka berdua memang menanti kehadiran seorang anak. Namun, lelaki itu sungguh mengecewakannya.
***
Beberapa hari kemudian.
Sementara itu jauh di luar kota, Sean tengah duduk di sebuah kelab malam dengan memperhatikan layar ponsel. Di sana tengah menampakkan suasana rumah Ruth yang kecil dan pengap juga hening. Sudah hampir satu jam Sean hanya memperhatikan saja, sebuah kamera CCTV yang diam-diam ditempatkannya di rumah itu bekerja dengan baik. Ruth tampak hanya terdiam meringkuk di sofa ruang tengah sambil menangis, tidak ada yang dilakukannya selain dari itu.
“Apa dia tidak mau makan? Dasar bodoh, harusnya dia panggil saja selingkuhannya itu. Mungkin perutnya sekarang sudah terisi penuh. Bahkan mungkin lebih dari sekedar makanan masuk dalam perutnya,” gumam Sean ketika dikirimi video baru oleh orang suruhannya. Dia masih menganggap Ruth berselingkuh hingga melakukan semua ini demi melihat dengan mata kepalanya langsung. Sebab, kamera CCTV di rumahnya dalam keadaan mati sewaktu kejadian. Jika Ruth tertangkap basah melakukan perselingkuhan, Sean akan lebih mudah menjatuhi Ruth dengan hukuman yang setimpal.
“Apa ini? Siapa dia?” Sean mendadak membenarkan posisi duduk setelah menerima sebuah video lanjutan dari orang suruhannya. Sebuah rekaman selanjutnya menampakkan sesosok lelaki bertubuh jangkung dengan jas hitam mendekati sofa yang ditiduri Ruth. Sean sama sekali tidak mengenal orang itu.
Ruth yang terkulai lemas tampak sudah berpindah di kedua lengan lelaki itu, lalu mereka pergi dari sana.
Beberapa detik kemudian, Sean menerima sebuah panggilan.
“Maaf, Tuan. Nona Ruth berhasil melarikan diri.”
“Apa? Lalu apa kerjanya orang yang berjaga di sana?! Apa kalian tidak bisa menangani satu orang wanita?!” Sean langsung mengamuk.
“Di—dia dibantu oleh seseorang tidak dikenal. Lelaki itu membawa bodyguard yang melindungi mereka, kami tidak bisa mempertahankan Nona yang hendak dibawa ke bandara.”
“Bandara?” Sean mulai mendapat firasat buruk.
“Ya, Nona Ruth telah terdaftar di sebuah penerbangan menuju California. Kami tidak tahu karena ini mendadak sekali. Maafkan kami, Tuan.”
Sean spontan bangkit dari duduk dengan napas tidak teratur. “California? Cepat cari tahu siapa orang yang membawanya! Kalau sampai kau kehilangan jejak, aku sendiri yang akan membunuhmu!”
“Ba—baik, Tuan.”
Panggilan berakhir, Sean berlalu dari tempat itu dengan membawa kekesalan. Apa yang ada di pikiran Ruth sekarang? Apa itu adalah orang suruhan ayahnya? Tidak ... Carlton Williams tidak mungkin menyuruh orang dengan berpenampilan serapi itu untuk Ruth. Apalagi, orang itu berani menyentuh tubuh Ruth tanpa ragu. Lalu siapa yang datang?
Sean kesal sekali.
Satu sisi dia dibakar api cemburu, sisi lainnya dia tidak rela Ruth pergi sangat jauh. Sean hanya ingin mempermainkan penderitaan Ruth dan menikmati tangis wanita yang selalu garang itu sampai dia puas sendiri.
***
“Apa saja kerjamu, hah?! Cepat temukan wanita itu!”
Brak!
Sean melempar sebuah botol Wine kosong ke arah seorang lelaki hingga hancur berantakkan di lantai. Emosinya memuncak, itu dipicu oleh tidak becusnya mereka yang dia perintahkan untuk mencari keberadaan Ruth padahal ini sudah memakan waktu satu bulan.
California sepertinya menjadi tempat persembunyian terbaik untuk Ruth sebab di sana adalah daerah kampung halamannya. Namun, yang Sean tahu Ruth tidak bersama kedua orang tuanya.
Seseorang menyembunyikan Ruth. Siapa orang yang melakukan pekerjaan sebersih ini? Bahkan Sean sekalipun tidak bisa mencarinya.
“Baik, Tuan.” Lelaki itu pun pergi.
Sean mengerang kesal. Ini adalah orang ke lima yang dia suruh dan pekerjaannya sangat buruk! Orang sebelumnya telah disingkirkan, Sean bukan tipe pemaaf apalagi memberi kesempatan kedua bagi sebuah kegagalan.
“Sean, apa yang terjadi? Ruanganmu kotor sekali.”
Seorang wanita mendadak muncul di ruang kerja Sean. Itu adalah Shine—rekan bisnis yang sekarang tengah dekat dengannya. Shine melangkah mendekat, sesudah itu menaruh tas kecilnya di atas kursi sedangkan dia sendiri duduk di tepian meja kerja Sean.
“Lalu wajahmu? Kau sedang marah? Karena apa?” tanya Shine lagi karena Sean tidak membalas pertanyaannya yang tadi.
Sean tidak menjawab. Sudah cukup dia kesal hari ini, sekarang Shine mengganggunya? Namun, Sean tidak berniat mengusir wanita ini karena urusan pekerjaan. Mereka sedang bekerja sama dalam bisnis dan itu sangat menguntungkan untuk Sean, meski faktanya wanita ini menganggap lebih atas kedekatan mereka.
“Apa karena Ruth?” tanya Shine. Dia pun turun dari meja, lalu memutari Sean sejenak sebelum berakhir duduk di pangkuannya. “Lupakan dia, Sean. Dia Cuma wanita yang gemar berselingkuh. Sudah waktunya kau mengakuiku sebagai penggantinya, aku pastikan akan membuatmu tidak menyesal telah memilihku.”
Sean masih diam ketika jemari lentik Shine mulai bergerak nakal di area rahangnya, menyentuh lembut rambut-rambut tipis yang tubuh di sana dan mencoba menggodanya. Shine juga seperti sengaja tidak mengancingkan pakaiannya dua baris, hingga belahan gundukan padat itu sedikit muncul.
“Apa kau yakin mau menjadi pengganti Ruth, hmh?” tanya Sean mulai memancing.
“Kau mau?”
“Dia adalah wanita yang sangat pintar dan agresif, aku tidak yakin kau bisa mengimbanginya. Apalagi, aku tidak suka wanita lemah.”
“Mana kau tahu kalau belum mencobanya? Aku tunggu malam ini di apartemenku, hmh. Aku jamin akan memuaskanmu melebihi Ruth.”
Sean tersenyum miring.