Terjadi jeda di antara mereka berdua. Aku lalu mememelankan langkahku karena ikut merasakan atmosfer ketegangan di antara mereka berdua. Tanganku masih setia menggenggam ponsel di telinga, fokus menanti lanjutan pembicaraan Hellen dan Jason. Dalam hati aku merasa yakin bahwa Jason tidak akan menyerah semudah itu. Dan benar saja. Ucapan pria itu selanjutnya telah membuktikan semua tebakanku.
“Kau pikir aku hanya akan berhenti di sini Hellen?” Terdengar suara Jason lagi. Aku semakin penasaran dan menanti jawaban pria itu. Aku tahu aku seperti penguntit saat ini, diam-diam mendengarkan pembicaraan orang lain. Tapi aku sendiri tidak bisa menghentikan rasa penasaranku ini, terlebih ketika semua itu menyangkut Hellen teman baikku, dan Jason musuh bebuyutanku yang tidak tahu diri mendekati Hellen.
“Bagiku, hubungan kita tidak pernah berakhir! Kau milikku Hellen, dan aku tahu kau juga mencintaiku! Aku tidak akan kalah dengan pria nerd seperti Danny, apa kau mengerti itu?!”
Langkah pelanku akhirnya kembali terhenti di tempat. Untuk ke sekian kali aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa ketika mendengar ucapan itu. Bukan tentang Jason yang menyebutku pria Nerd, tapi aku cukup terkejut ketika mendengar Jason yang mengatakan bahwa Hellen juga mencintainya. Benarkah itu?
Benakku seketika dipenuhi dengan pertanyaan itu. Aku merasa tidak ingin mendengar kelanjutan dari pembicaraan ini. Aku merasa tidak siap untuk mendengar jawaban Hellen selanjutnya. Jangan katakan padaku bahwa itu benar. Di mataku, hubungan mereka hanya sekedar sebuah mainan belaka. Hellen hanya tertarik dengan kepopuleran Jason, karena itu dia mau berkencan dengannya.
Di mataku, Hellen hanya ingin mencoba sesuatu yang dirasanya berkualitas bagus saja seperti Jason, dan aku lega mendengar hubungan mereka telah berakhir. Aku yakin Hellen hanya ingin mencoba sesuatu yang baru dengan menerima Jason, lalu setelah dia merasa cukup, Hellen akhirnya pergi meninggalkan pria itu. Hanya itu yang ingin kupikirkan. Tidak ada perasaan apa pun di antara mereka berdua, karena aku tahu bahwa Jason hanya senang bermain-main dengan banyak gadis. Tolong katakan tidak ada perasaan apa pun di hati Hellen. Aku sungguh berharap untuk itu.
“Pada akhirnya kau hanya memikirkan persaingan di antara kalian para pria, Jason. Kau tidak ingin melepasku karena kau ingin menjauhkan aku dengan Danny yang tidak memiliki teman lain bukan?! Kau hanya ingin menunjukkan siapa yang lebih berkuasa di antara kalian, dan kau hanya ingin mengolok Danny karena kau berhasil mengencaniku, iya kan?! Sudah cukup Jason. Jangan menggangguku lagi!” jawab Hellen pada akhirnya. Setelah itu terdengar Jason yang sibuk memanggil nama Hellen dengan cukup kencang.
Aku tahu bahwa Hellen melangkah pergi setelah mengatakan hal itu. Kini tersisa aku sendiri yang terdiam di tempat setelah mendengar hal itu. Tanganku terasa lemas, menjauhkan ponsel dari telingaku. Aku merasa sudah cukup mendengar itu. Tanpa ragu aku memutuskan sambungan ponsel di antara kami berdua. Wajahku menunduk dalam diam tanpa ekspresi yang berarti. Entah kenapa aku merasa hampa.
Hellen memang tidak mengatakan bahwa dia mencintai Jason tadi, tapi dia juga tidak membantah pernyataan itu. Bukankah itu berarti ucapan Jason memang benar adanya? Hellen mencintai Jason? Aku merasa kesal. Aku merasa geram. Bukan ini yang ingin kudengar. Aku merasa tidak terima dengan kenyataan itu.
Kenapa harus Jason dari semua pria? Kenapa Hellen harus mencintai pria sialan itu?! Aku benar-benar tidak setuju dengan pilihan Hellen. Siapa pun baik-baik saja asal bukan Jason! Hellen adalah teman baikku, tentu aku ingin dia mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Jason. Hanya itu yang kupikirkan saat ini.
Tanpa sadar aku mengepalkan kedua tangan dengan kuat untuk menyalurkan rasa kesalku saat ini. Aku meremas dengan kuat ponsel yang masih berada dalam genggaman tanganku. Banyak langkah orang berlalu lalang di sekitarku dan aku tidak perduli meski aku telah berdiri di tengah lorong, mengganggu jalan mereka.
Perlu beberapa saat untukku berhasil mengatur emosi dalam hati. Aku akhirnya membuang napas dengan keras. Saking kerasnya sampai membuat beberapa orang yang melewatiku langsung menoleh dengan wajah terganggu ke arahku. Aku juga ikut terkejut dengan aksiku sendiri. Buru-buru aku melempar ucapan minta maaf kepadanya tanpa suara. Aku merasa tidak enak sendiri.
Setelah mereka pergi, barulah aku menghela napas dengan lega. Waktu istirahat hampir habis, dan aku perlu menemukan di mana Hellen berada saat ini. Tidak ada cara lain selain menghubungi gadis itu lagi untuk menanyakan keberadaannya. Aku kembali mengangkat ponselku lagi dan melihat ponsel itu sudah berubah bentuk. Tunggu, berubah bentuk?! Kedua mataku seketika melotot lebar melihat itu.
“HEEKKH!” teriakku secara dramatis. Seketika banyak mata yang kembali menoleh ke arahku, namun aku tidak memedulikan mereka kali ini. Aku kini menjadi panik. Mataku sibuk memerhatikan dengan lekat ponselku sendiri yang sudah hancur dengan beberapa lekukan tajam di tiap sisinya, membentuk sebuah lekukan jemari yang menekan tiap sisinya.
Jangan tanyakan layar ponsel yang pasti sudah hancur. Aku menatap ngeri sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Tidak mungkin ini terjadi karena cengkraman tanganku tadi bukan? Aku tidak memiliki tenaga sebesar itu. Dan yang lebih penting, apa yang harus kulakukan dengan ponsel hancur ini sekarang?! Aku jadi bingung sendiri.
Mataku bergulir ke arah tanganku yang telah memegang ponsel itu tadi. Memerhatikan dengan lekat sembari bertanya-tanya apa yang salah dengan tanganku ini. Tidak ada yang berubah. Penampilannya masih tetap sama seperti sebelumnya, kurus dan lemah seperti biasa.
Aku yang masih tidak percaya dengan tenagaku sendiri akhirnya beralih kembali pada ponsel hancurku. Secara bergantian aku menoleh ke arah ponsel itu dan telapak tanganku sendiri. Tidak lama kemudian aku mulai menggerakkan tangan itu untuk menggenggamnya lagi. Aku mencoba meremasnya dengan sekuat mungkin, hingga membuat tanganku memutih dan bergetar.
Krakk! Terdengar suara retakan dari benda itu. Tapi tidak ada hal besar yang terjadi. Ponsel itu tidak berubah semakin remuk. Mungkin terdengar suara retakan dengan lirih, namun itu karena bekas dari retakan sebelumnya. Aku tidak yakin itu bisa membuat perbedaan. Tanganku tidak memiliki tenaga sekuat itu. Lalu bagaimana benda pipihku bisa berubah bentuk seperti itu? Aku semakin tidak mengerti dibuatnya.
RIIINGG! Aku tersentak kaget ketika mendengar suara bel berbunyi, menandakan kelas selanjutnya akan berlangsung. Aku tidak tahu apa yang terjadi saat ini, yang jelas aku perlu menuju kelasku secepatnya. Aku segera melangkah pergi dari tempat itu.
Dari kejauhan aku melihat Hellen juga berlari dari arah yang berlawanan ketika kami mendekati ruang kelas. Hingga akhirnya kami berdua benar-benar berhenti di depan ruang. Hellen nampak lega melihatku.
“Danny, di mana saja kau?! Aku mencarimu,” tanya Hellen seketika. Aku dan dia tetap melangkah masuk ke dalam meski dengan cara yang lebih santai, karena kami melihat guru selanjutnya sudah melangkah ke arah kelas.
“Tentu saja aku menemui professor,” jawabku sedikit berbisik ke arahnya. Aku berhenti di depan meja belajarku, begitu juga dengan Hellen yang ikut berhenti di sana.
“Kenapa kau tidak menjawab telponku?” Hellen menatapku dengan pandangan menyelidik. Aku meringis mengingat kembali nasib ponselku saat ini. Aku merogoh kembali saku celanaku dan mengambil ponsel itu.
“Coba lihat,” balasku. Aku menunjukkan bentuk ponsel itu pada Hellen yang tentu langsung membuat gadis itu melongo tidak percaya melihatnya.
“What?!” pekik Hellen dengan wajah heran menatap kondisi ponselku saat ini. Hellen terlihat ingin mengucapkan sesuatu kepadaku, ketika guru akhirnya tiba di tempat. Aku langsung memberinya kode untuk segera duduk di tempatnya, dan Hellen akhirnya mengambil tempat duduk.
Semua siswa bersiap memulai pelajaran dengan tenang, dan aku seperti biasa menyadari lebih dulu bagaimana tajamnya pandangan mata Jason yang mengarah kepadaku. Melihat dia membuatku teringat kembali percakapan yang terjadi di antara Jason dan Hellen, dan hal itu kembali membuatku merasa kesal. Aku mendengus kasar setelah mengalihkan pandangan mataku ke arah depan lagi.