“Jadi apa yang ingin kau tanyakan, Danny?” Professor Robert memulai pembicaraan di antara kami setelah memastikan keadaan di sekitar kami berdua telah aman. Aku menatap professor Robert dengan lurus. Di dalam d**a, jantungku telah berdetak dengan kencang. Kedua tanganku merasa gugup dengan sesekali bergerak meremas di tempat, dan satu di antaranya meraih ponselku yang berada di dalam saku.
Aku memeriksa layar ponsel untuk memastikan bahwa sambungan telponku dengan Hellen masih tersambung. Setelahnya aku mengembalikan lagi ponsel itu ke dalam saku. Barulah aku kembali menatap dengan berani pada professor Robert.
“Professor, aku ke sini hanya ingin melaporkan keadaanku,” ucapku dengan tegas. Kulihat mata professor Robert kini semakin fokus melihatku setelah beberapa kali melirik ke arah luar ruangan dengan raut wajah terlihat gelisah.
“Ada apa Danny? Apa terjadi sesuatu yang salah?” tanyanya.
“Ah itu, kemaren luka jahitku sempat terasa panas. Panas itu menjalar ke seluruh tubuh seperti rasanya terbakar dari dalam, dan luka ini sempat terbuka sedikit. Aku tidak tahu kenapa lukanya bisa terbuka tapi aku sudah mengatasinya, Professor,” jelasku.
“Kau tidak pergi ke rumah sakit kan?” Professor Robert langsung menatapku dengan pandangan mata yang menyelidik. Aku segera menjawabnya dengan sedikit panik.
“Apa? Oh tidak, tidak. Aku tidak pergi ke rumah sakit sama sekali. Aku sendiri yang mencoba membenarkan jahitannya.”
“Baguslah. Coba kulihat Danny,” pinta professor Robert kemudian. Aku segera melangkah mendekat dan menunjukkan luka jahit itu. Professor Robert memeriksa luka itu dengan wajah yang serius.
“Kau yakin kau melakukannya sendiri?” tanya professor Robert lagi. Aku menelan air ludah dengan susah payah. Sepertinya professor Robert masih belum percaya akan ceritaku.
“Se—sebenarnya temanku juga membantuku,” jawabku dengan ragu. aku cukup malu menatap Professor setelah mencoba menipunya. “Tapi dia tidak tahu apa pun masalah ini Professor!” lanjutku dengan cepat. Aku masih mencoba menutupi sebagian cerita yang sebenarnya. Aku tidak ingin karena hal ini Hellen menjadi ikut terseret lebih dalam lagi ke dalam urusanku dengan professor Robert.
Kulihat professor mengalihkan pandangan ke arahku dengan tajam. Aku tahu professor tengah menyelidikiku, berpikir apakah aku tengah berbohong atau tidak. Karena itu aku melempar tatapan seyakin mungkin pada Professor agar dia mau percaya ucapanku. Tanpa diduga professor melempar senyum tipis kemudian ke arahku.
“Baiklah. Aku percaya padamu, Danny,” ucapnya. Aku diam-diam langsung bernapas dengan lebih lega.
“Luka ini sudah terlihat baik-baik saja. Aku akan mengganti jahitannya. Coba kemarilah, ikut aku Danny.” Professor bangkit berdiri dan melangkah memasuki ruangan inti yang ada di sana. Aku mengikutinya dengan patuh.
Ruangan itu memiliki banyak benda sains yang tidak jarang dipakai untuk praktek. Aku duduk di salah satu kursi. Mataku melihat pergerakan professor Robert yang kini tengah membuka almari penyimpanan, dan membawa salah satu kotak dari sana menuju ke arahku. Professor meletakkan kotak itu di atas meja lalu membukanya.
Aku cukup terkejut ketika melihat isi di dalamnya yang ternyata merupakan alat-alat medis, salah satunya jarum yang dibutuhkan professor saat ini untuk menjahit lukaku. Wow, aku tidak menyangka laboratorium kimia seperti ini bisa menjadi klinik sementara milik professor Robert.
Aku dalam diam melihat apa saja yang tengah dipersiapkan professor Robert, hingga akhirnya dia datang ke arahku dan mulai memperbaiki luka jahitnya. Selama melakukan perbaikan, professor Robert nampak begitu serius memerhatikan luka itu. Lalu professor melirik ke arahku yang kebetulan tengah memerhatikan dirinya.
“Kau tidak sakit?” tanya professor kemudian. Aku menggelengkan kepala untuk menjawabnya. “Tidak.”
Jujur aku sendiri benar tidak merasakan sakit sama sekali ketika jarum itu mulai menembus kulitku. Aku juga cukup yakin bahwa professor Robert tidak memakai cairan penghilang rasa sakit sebelum melakukan pengobatan ini, karena professor tidak menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhku sebelum melakukannya.
“Ah, aku belum mengatakannya kepadamu professor. Aku tidak merasakan sakit sama sekali walau luka jahitnya terbuka hingga mengeluarkan banyak darah seperti kemaren. Hanya saja aku terkadang merasa panas dalam tubuhku. Dan jika kau melihat dengan benar, sebenarnya aku terbangun pagi ini dengan penampilan yang super mengerikan. Aku seperti mayat hidup berjalan, walau sebenarnya aku tidak merasa sakit sama sekali. Apa menurutmu Professor?” jelasku panjang lebar. Professor nampak mendengarkan dengan seksama penjelasanku itu. Meski begitu kedua tangannya tidak henti untuk melakukan pengobatan pada luka jahitku itu.
“Aku tahu. Itu bukan masalah yang perlu dikhawatirkan Danny. Aku sudah mengatakannya padamu sebelumnya mengenai efek samping yang akan terjadi pada tubuhmu bukan? Itu hanya efek samping kecil yang akan terjadi, salah satunya adalah rasa panas dan tidak peka akan rasa sakit. Tapi kau tenang saja. Aku sudah memprediksi efek sampingnya akan menjadi seperti itu. Kemungkinan setelah ini akan ada indera perasamu yang lain yang akan mengalami perubahan, tapi aku yakin kau akan baik-baik saja. Kau lihat lembaran berkas yang ada di sana?”
Professor Robert menunjuk pada lembaran berkas yang tadi tengah dikerjakannya dan kini tengah diletakkan di salah satu loker terbuka pada almari penyimpanan. Aku menoleh sesuai yang ditunjuknya.
“Itu adalah berkas berisi kondisi medismu yang tengah kuteliti lebih dalam. Aku tidak akan tinggal diam jika terjadi sesuatu padamu Danny. Jadi percayalah padaku. Kau akan baik-baik saja, oke?” jelas professor Robert dengan penuh keyakinan.
Aku menganggukkan kepala mendengar penjelasan itu. Aku yakin aku akan baik-baik saja di bawah tangan professor Robert. Terlebih ketika melihat betapa kerja kerasnya professor Robert dalam melakukan penelitian ini membuatku semakin yakin bahwa aku akan baik-baik saja.
“Yang perlu kau lakukan adalah mengatakan semuanya, perkembangan yang terjadi dalam tubuhmu padaku Danny, agar aku bisa melihat dan memeriksa lebih lanjut perkembangannya. Setelah mendapatkan catatan lebih, aku akan memulai membuat penawarnya. Jangan lupa, datanglah sabtu nanti ke tempatku untuk mendapatkan suntikan keduamu. Kita juga perlu menenangkan cairan itu dan memperlambat proses perkembangannya,” lanjut professor Robert lagi.
Kedua tangannya kini bekerja mengikat benang jahit pada lukaku dan memotongnya kemudian. Setelahnya professor Robert membersihkan luka itu dan menutupnya dengan perban. Semua terlihat rapi kembali seperti sebelumnya. Professor Robert menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sampai aku merasa yakin bahwa professor Robert sebenarnya juga merangkap sebagai seorang dokter.
“Baik Professor.” Aku mengangguk dengan pasti.
“Bagus. Baiklah kalau begitu. Apa ada lagi yang kau butuhkan Danny?”
“Tidak Prof,” jawabku dengan singkat.
“Kalau begitu kau bisa pergi sekarang. Sebentar lagi jam istirahat akan selesai, dan aku perlu melanjutkan tugasku di sini.”
“Ya, terima kasih Professor Robert.”
Aku melangkah keluar dari ruang lab dengan lebih santai. Melewati lorong-lorng sebelumnya dan mencari keberadaan Hellen. Sedikitnya aku cukup merasa lega mendengar penjelasan professor Robert, dan aku yakin Hellen pasti juga akan bisa menjadi lebih tenang nanti.
Memikirkan Hellen kembali membuatku berpikir di mana keberadaan gadis itu. Aku merogoh saku bajuku untuk mengambil ponsel itu dan memeriksanya. Untunglah sambungan telpon kami masih tersambung. Aku tersenyum tipis melihatnya. Segera kuletakkan layar ponsel pada depan telingaku untuk menyapa gadis itu.
“Hellen,”
“Sudah kubilang aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia, Jason! Danny adalah teman kecilku. Kami tumbuh bersama dan aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Kenapa kau selalu membuat masalah dengan dia?!”
Aku terpaku di tempat ketika mendengar suara Hellen yang tengah berbincang di seberang telepon. Dia menyebut nama Jason, aku pikir mereka sedang bersama saat ini. Seketika aku merasa kesal bukan main. Untuk apa lagi Jason mendekati Hellen?
Aku merasa pria itu hanya seekor serangga pengganggu bagi aku dan Hellen. Dia selalu membuat onar di sekitar kami seperti anak yang sibuk mencari perhatian di sekitar orang lain. Itu sangat menyebalkan dan mengganggu, terlebih ketika yang selalu dia ganggu adalah kau dan teman dekatmu. Sepertinya aku perlu bergegas menemui Hellen untuk menjauhkan pria itu darinya.
“Karena dia selalu berada di dekatmu Hellen!” balas Jason. Aku semakin memasang telinga untuk mendengarkan percakapan di antara mereka berdua.
“Memang kenapa jika dia berada di dekatku?! Tentu saja itu hal yang wajar. Kami memang sedekat itu bukan?!” Seketika aku tersenyum puas mendengar jawaban dari Hellen. Aku yakin Jason akan semakin kesal mendengar itu.
“Tapi aku tetap tidak suka melihat kau selalu berada bersamanya! Dia adalah pengganggu bagiku Hellen! Dia adalah perusak hubungan di antara kita!” Suara Jason terdengar cukup kencang di indera pendengaranku. Aku yang mendengar hal itu seketika membeku di tempat. Aku masih berusaha mencerna ucapan yang dilontarkan Jason barusan. Aku, adalah pengganggu hubungan di antara mereka berdua? Aku?
Pikiranku menjadi kosong untuk beberapa saat ketika mendengar hal itu. Ini sedikit membuatku bingung sekaligus tidak percaya. Aku juga tidak bisa berkata apa-apa untuk merespon semua ini. Aku sedikit bersyukur bahwa aku tidak berada di tempat mereka saat ini. Aku tidak akan mengerti langkah apa yang harus kuambil jika aku mendengar ucapan itu tepat di hadapanku. Benarkah aku telah menjadi pengganggu hubungan di antara mereka berdua?
“Jason, aku pikir kemarahanmu itu tidak beralasan! Sudah kubilang aku tidak ada hubungan apa pun dengan dia selain hanya sekedar teman kan?! Aku berteman dekat dengan dia, lalu apa salahnya?!” Aku masih mendengar suara Hellen yang tidak kalah kerasnya dengan suara Jason. Aku pikir mereka berdua tengah berada di tempat yang cukup privasi saat ini, sehingga tidak begitu memedulikan pendapat sekitar.
Aku tidak mendengar suara orang lain di sekitar mereka yang semakin memperkuat prediksiku saat ini. Aku tahu Hellen berusaha berada di pihakku. Dia adalah gadis yang selalu siap melindungiku jika ada anak lain yang mengusikku, termasuk juga Jason. Itulah Hellenku yang pemberani. Aku tersenyum kecil mengetahui hal itu.
Langkahku kembali bergerak ke depan untuk melanjutkan perjalanan. Aku semakin ingin mendengar pembicaraan mereka berdua. Aku ingin tahu seberapa jauh Jason akan mengolokku di depan Hellen, dan seberapa kesalnya pria itu nanti ketika mendapat jawaban dari Hellen yang selalu berada di pihakku. Ini cukup menyenangkan melihat pria itu patah hati karena Hellen lebih memilihku dibanding dengan bersamanya.
Meski sebenarnya aku cukup kesal juga ketika mendengar sendiri pembicaraan mereka berdua saat ini, yang menunjukkan seberapa jauh hubungan di antara keduanya. Aku sudah menyadari sejak awal bukan? Jika aku merasa ada sesuatu di antara mereka berdua. Aku sudah merasa bahwa Jason menyukai Hellen, dan selalu berusaha menggangguku karena dia merasa kesal melihat kedekatan kami berdua.
Tapi mendengar pembicaraan mereka saat ini semakin membuat tebakanku itu terbukti benar. Memang ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Aku benar-benar merasa tidak terima jika Hellen memang benar berpasangan dengannya.
“Salah Hellen! Tentu saja itu salah! Anak itu sudah mencuri perhatianmu dariku! Kau selalu dekat dengan dia, Hellen! Kau selalu mengatakan Danny ini, Danny itu, Danny bla bla bla di depanku! Kau selalu mengutamakan teman kecilmu itu di tiap kencan kita!” Lagi-lagi suara Janson berhasil membuatku terkejut. Jadi mereka benar-benar berkencan? Ini adalah berita yang paling tidak ingin kudengar dari Hellen, apa lagi aku mendengar semua ini dari Janson. Tanpa sadar aku menggigit bibir dalamku dengan kuat untuk menyalurkan rasa kesal ini.
“Kau bahkan berani meninggalkan aku hanya karena anak manja itu, sialan! Mengingatnya saja sudah membuatku kesal setengah mati!” lanjut Jason.
“Kalau kau ingat Jason, aku meninggalkanmu karena saat itu Danny sedang sakit! Tidak ada siapa pun di rumah itu yang bisa menjaganya, dan bibi Laura menyuruhku untuk menjaganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakannya! Aku tidak mungkin meninggalkan Danny dalam situasi seperti itu Jason!” balas Hellen.
Ingatanku kembali pada saat aku jatuh sakit dulu. Saat itu aku mengalami demam parah, dan kedua orang tuaku sibuk akan pekerjaan mereka sehingga mereka tidak bisa menjagaku. Aku sudah mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja tanpa mereka, sehingga mereka bisa bekerja dengan tenang tanpa memikirkan kondisiku lagi. Tapi setelahnya Hellen datang dengan penampilan yang cantik sekaligus manis di kamarku.
Hellen membawakanku macaron kesukaanku, dan itu membuatku cukup senang dan melupakan pertanyaan dalam kepalaku mengenai penampilan Hellen saat itu. Aku menikmati macaron itu dengan Hellen tanpa menyangka bahwa aku telah membuat Hellen membatalkan kencannya dengan Jason.
Ada rasa bersalah dalam hatiku karena telah merusak hari bahagia Hellen, namun tak bisa kupungkiri bahwa aku juga cukup merasa lega karena telah membuat kencan mereka menjadi berantakan. Aku tidak bisa merelakan Hellen berada di tangan pria b******k seperti Jason.
“Karena itu aku menyebutnya anak manja, Hellen!” Aku menggeram dalam hati ketika mendengar balasan dari Jason itu. Jika aku anak manja, maka dia jauh lebih parah dari itu! Atas dasar apa dia menyebutku anak manja, sedangkan dia sendiri masih bersembunyi di balik ketiak orang tuanya?! Dia selalu menyuruh orang tuanya untuk datang menyelesaikan masalah yang telah dia buat. Dasar pengecut!
“JASON!” Aku langsung terkejut ketika mendengar seruan Hellen yang cukup keras itu. “Hahh sudahlah. Untuk apa lagi kita membahas hal ini? Tidak ada hubungan apa pun lagi di antara kita, Jason!” ucap Hellen.