Sesaat yang lalu aku merasa tengah berada di atas awan akan sikap manja Hellen kepadaku. Dan kini aku merasa seakan tengah berada di pinggir kawah gunung yang mendidih dan siap menyemburkan seluruh isi di dalamnya kapan saja. Aku menelan ludah dengan susah payah. Pandanganku menunduk tajam ke bawah tanpa berani memerhatikan mereka semua yang kini tengah memerhatikan diriku dan Hellen.
Ya, sejak paman John dan bibi Rachel memergoki aku dalam posisi yang tidak biasa dengan Hellen di dalam kamar, kami berdua akhirnya dipertemukan di ruang tengah bersama dengan kedua orang tuaku juga. Aku merasa gugup seketika.
Aku merasa seperti berada di meja hijau karea melakukan sesuatu yang tidak pantas pada anak mereka. Aku bahkan juga tidak berani menatap kedua orang tuaku yang pasti tengah memerhatikan kami berdua saat ini. Aku merasa malu. Mataku beralih melirik ke arah Hellen yang duduk di sampingku. Sedari tadi aku belum memerhatikan gadis itu. Aku yakin Hellen juga pasti akan sama gugupnya sepertiku. Atau tidak.
Aku sedikit terperangah tidak percaya ketika melihat Hellen nampak biasa saja di sebelahku. Gadis itu dengan tenang menyesap minumannya di atas meja tanpa merasa bersalah sedikit pun. Apa ini hanya aku saja yang merasa seperti seorang remaja yang ketahuan melakukan hal m***m dengan seorang gadis?
Aku menoleh ke arah ke depan di mana kedua orang tua kami berada. Pandangan mataku menangkap mata kedua orang tua Hellen yang kini tengah menatapku dengan tajam. Seketika aku kembali menundukkan kepala. Ini pertama kalinya aku merasa takut berhadapan dengan kedua orang tua Hellen karena biasanya kami selalu berinteraksi dengan baik selama ini.
“Jadi, apa yang baru saja kau lakukan Danny?” suara Dad langsung menyentak kesadaranku. Jantungku berdebar begitu kencang, merasa bahwa ini adalah waktu eksekusiku.
“Aku ... aku ...” Aku bingung untuk mengatakannya.
“Dia memelukku Paman,” sahut Hellen dengan santai yang justru membuatku langsung menoleh ke arahnya dengan wajah horor. Jawaban Hellen justru bisa membuat mereka semua semakin salah paham kepadaku.
“Aku hanya mencoba menenangkan Hellen Dad. Dia menangis ketika melihatku,” jelasku buru-buru.
“Aku tidak menangis Danny,” bantah Hellen yang seketika membuatku terperangah takjub. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu sedangkan aku jelas menyadari isak tangisnya.
“Kau menangis Hellen.”
“Aku tidak menangis. Apa kau melihat aku menangis?”
“Kau tidak menunjukkannya padaku. Tapi aku bisa melihat bekas air mata di wajahmu.”
“Tidak. Itu hanya khayalanmu saja.”
“Tidak Hellen. Astaga apa yang kau katakan? Kau membuatku terlihat seperti orang m***m sekarang.”
“Orang m***m? Memang apa yang kau pikirkan? Kau hanya memelukku, kenapa kau begitu takut sekarang?” tawa Hellen seketika pecah melihat betapa gugupnya aku saat ini. Aku tertegun melihat gadis itu kini bisa tertawa di depanku padahal sedari tadi Hellen terlihat begitu sendu dan merengek manja kepadaku.
Tidak kusangka kedua orang tua kami juga ikut menertawaiku bersama dengan Hellen. Aku tidak yakin kenapa, tapi aku merasa kesal. Aku seperti dipermainkan oleh mereka semua.
“Kalian tertawa?” tanyaku dengan nada sebal.
“Hahaha kau ini benar-benar masih kecil Danny. Apa kau tidak pernah memeluk seorang gadis? Kenapa kau sangat gugup? Ini hanya sebuah pelukan,” ucap paman John dengan tawa jenakanya.
“Benar. Kalau pun kalian melakukan hal yang lebih dari itu pun kami juga tidak masalah. Yang terpenting adalah kalian sama-sama menginginkannya. Kita berada di negeri yang modern. Aku tahu kalian bisa berpikir dewasa dan mengerti apa yang harus kalian lakukan. Benar begitu bukan, nyonya Laura?” sambut bibi Rachel kemudian. Mom sendiri nampak tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
“Kalian sering mengunjungi kamar satu sama lain selama ini. Justru Mom begitu terkejut jika kalian tidak pernah melakukan sebuah pelukan ringan seperti itu.”
Tapi kenyataannya aku merasa pelukan ini berbeda dengan pelukan yang biasanya Mom. Aku merasa yang satu ini lebih terasa intim. Atau itu hanya perasaanku saja? Aku menggaruk kepala belakangku yang sejujurnya terasa tidak gatal. Aku hanya merasa canggung.
Aku melihat Hellen kembali. Gadis itu hanya menatapku sembari melempar senyum lucu. Seperti tidak ada sesuatu yang penting akan pelukan saat itu. Haah, mungkin memang ini hanyalah perasaanku saja yang terlalu terbawa suasana di antara kita. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa.
“Jadi Danny benar-benar berhasil selamat dari kejadian mengerikan itu? Oh astaga, aku tidak bisa bayangkan betapa bahagianya nyonya Laura saat ini. Bukankah kita harus merayakannya?” seru bibi Rachel yang langsung disambut senyuman lebar oleh Mom dan Dad yang berarti menyetujui usulan itu.
“Lihatlah kau Nak. Tubuhmu menjadi luar biasa. Bagaimana bisa kau terlihat berbeda hanya dalam sebulan ini?” puji paman John yang nampak bangga dengan penampilanku saat ini. Kulihat Hellen juga ikut memerhatikan tubuhku dengan lekat. Aku mengulum senyum dengan perasaan bangga. Hellen pasti akan menyukai tubuhku bukan?
Dia suka pria seksi setelah semua ini. Bukankah sekarang aku bisa masuk ke dalam daftar list pria yang diinginkan Hellen? Hehehe, aku tidak henti tertawa dalam hati.
“Banyak yang telah terjadi selama sebulan itu Paman. Aku juga tidak begitu memerhatikan penampilanku ini,” jawabku berusaha untuk merendah.
“Benarkah? Kau nampak luar biasa Danny. Aku yakin setelah ini banyak gadis yang akan mendekatimu.” Aku tersipu malu dibuatnya. Aku mengalihkan pandang ke arah lain untuk menutupi kegugupanku ini dan tanpa sengaja pandangan mataku kembali bertemu dengan Hellen. Hellen nampak mengulum senyumnya kepadaku sebelum kemudian mengalihkan pandang ke arah lain.
Sekilas aku bisa melihat rona merah di kedua pipinya. Bukankah itu terlihat bahwa Hellen tengah tersipu malu karenaku?
“Ekhem.” Aku berdeham kecil untuk menutupi kegugupanku yang bercampur dengan perasaan bangga. Apa ini? Aku merasa ada banyak kupu-kupu yang berterbangan dalam perutku. Setelah itu kami sibuk berbincang-bincang bersama sembari merayakan kepulanganku dan Dad di ruang makan.
Aku merasa lega bahwa paman dan bibi tidak menganggap serius kejadian di kamar Hellen tadi. Mereka tidak memiliki masalah sama sekali dengan hubungan yang terjadi di antara kami berdua, dan hal itu membuatku diam-diam merasa selangkah lebih maju. Aku merasa telah diterima sebagai menantu mereka. Astaga ada apa dengan diriku?
Kenapa semuanya terlihat begitu menyenangkan hingga membuatku merasa serakah dan ingin mendapat yang lebih dari ini. Aku semakin tidak sabar dengan kehidupan sekolahku. Aku ingin melihat reaksi yang ditunjukkan oleh semua orang terlebih Jason mengenai penampilanku yang sekarang.
Aku dan kedua orang tuaku berdiri di depan pintu rumah keluarga John saat ini. Kami baru saja selesai merayakan kepulanganku dan Dad bersama mereka, dan itu sangat menyenangkan. Kini aku membantu mendorong kursi roda yang dipakai Dad. Hellen nampak berdiri di dekatku.
"Nyonya John, terima kasih atas jamuan malam ini. Itu sangat menyenangkan," ucap Mom berterima kasih dengan sepenuh hati.
"Tentu nyonya Laura. Kami juga ikut bahagia melihat kelengkapan keluargamu kembali. Terima kasih atas semuanya, semoga tidak ada kejadian seperti itu lagi yang menimpa keluarga kita," balas bibi Rachel. Perbincangan berlanjut tidak lama, karena setelah itu kami kembali pulang ke rumah.
Sebelum pulang, aku sempat melempar pandang ke arah Hellen yang ternyata masih mengikuti kepergianku dengan senyuman manisnya. Aku jadi ikut tersenyum malu dibuatnya. Astaga sejak kapan aku merasa hubungan ini menjadi hubungan romance? Aku mengacak rambutku dengan gemas sendiri.