“Apa yang baru saja kau katakan itu?”
Ctuk!
“Agk!”
Hellen mengetuk keningku menggunakan ligamen jemarinya yang terasa keras. Membuatku terkejut dan mengaduh sakit. Sebenarnya bukan sakit. Hanya saja aku secara refleks mengaduh sakit.
“Dasar!” gerutu Hellen. Aku mengusap bekas ketukan jemari Hellen pada keningku sembari menatap sebal gadis itu. Aku tahu bahwa ini memang sulit diterima akal sehat, tapi tetap saja mendapat ketokan di kening karena dianggap membual membuatku kesal juga.
“Aish dengarkan penjelasanku dulu Hellen. Aku belum selesai berbicara,” protesku. Hellen menghela napas lelah mendengar ucapanku itu.
“Baiklah. Katakan padaku yang sebenarnya dan tidak ada omong kosong darimu lagi kali ini. Aku serius ingin mendengar ceritamu Danny!”
“Aku tidak berbicara omong kosong. Karena itu jangan potong ucapanku dulu, dasar!”
“Baiklah baiklah. Aku akan mendengarkan dengan benar kali ini. Maafkan aku.”
“Hmmh!” dengusku dengan pelan. Aku kembali melirik ke kana dan kiri untuk memperhatikan ke sekitar dan memastikan bahwa tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan di antara kita berdua saat ini. Setelahnya aku semakin mendekatkan diri pada Hellen dan memulai bercerita. Kupasang wajah serius dan melirihkan suara agar tidak ada orang yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan ini.
“Jadi setelah kau pergi, monster itu membawaku memasuki hutan.” Hellen mulai menatapku dengan wajah yang tidak kalah seriusnya. Gadis itu memasang telinga dengan lebar dan fokus akan ceritaku ini. Bahkan Hellen juga ikut memajukan wajahnya ke arahku agar bisa mendengar dengan lebih jelas lagi ucapanku ini.
“Dia memakanku Hellen.” Kulihat kedua mata Hellen membola dengan lebar menatapku sekaligus memastikan bahwa aku tidak mengatakan kebohongan apa pun di depan dia. Aku bisa melihat dengan jelas tubuh Hellen seketika menegang. Gadis itu tahu bahwa aku tengah serius saat ini. “Dia mencabik-cabik tubuhku lalu membuangku begitu saja di tepi jurang,” lanjutku.
“Kau, kau serius Danny?” suara Hellen masih terdengar tidak yakin akan uacapanku. Mata bulat itu lalu bergulir ke arah tubuhku dan memerhatikan dengan lekat bagaimana penampilanku sekarang. Tentu saja dia tidak akan bisa melihat dan menemukan luka sekecil apa pun pada tubuh ini, dan aku yakin itu yang membuat Hellen merasa tidak yakin.
“Aku serius Hellen. Kau tahu, dengan kondisi seperti itu seharusnya aku telah mati bukan? Sebagian organku telah keluar dari tempatnya. Dagingku juga telah dimakan. Tulang-tulangku juga patah. Aku kehabisan darah di tempat dingin dan sepi itu. Tapi ajaibnya aku masih bisa berdiri di hadapanmu saat ini. Karena apa?”
Aku menggantung ucapanku untuk memerhatikan kembali reaksi yang ditunjukkan Hellen saat ini. Aku perlu memastikan bahwa gadis itu tidak akan terganggu dengan cerita yang mengerikan ini. Hellen nampak tegang dan melongo lebar, namun kurasa dia masih bisa mendengar lanjutan dari ceritaku ini.
“Karena apa Danny? Lanjutkan ceritamu itu!” tanya Hellen dengan lirih. Aku tahu Hellen merasa takut, namun rasa penasaran yang lebih besar membuat gadis itu mampu menahan perasaan takutnya itu. Aku menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan pelan.
“Karena cairan yang kudapat dari professor Robert,” jawabku dengan mantap. Hellen tertegun mendengar jawaban itu.
“Apa?” tanya Hellen. Wajahnya bergerak mundur dengan ekspresi heran menatapku. “Ada apa dengan cairan itu?”
“Cairan itu telah menyembuhkan semua lukaku Hellen. Dia menciptakan daging baru untukku. Memperbaiki tulang dan luka yang kudapat dengan cara yang luar biasa hingga aku bisa berdiri kembali seperti sekarang.”
Sekali lagi Hellen terpaku mendengar ceritaku. Aku tahu dia masih tidak yakin dengan ucapanku, dan hal itu membuatku menghela napas lelah untuk ke sekian kali.
“Kau masih tidak bisa percaya dengan apa yang kukatakan ini?” tebakku dengan penuh keyakinan. Hellen mengedipkan mata dengan pelan dan mendengus kecil.
“Jika cairan seperti itu benar ada Danny, maka rumah sakit sudah tidak berguna di dunia ini.”
“Hahh, aku sudah tahu kau akan berpikir seperti itu.”
Aku menarik diri kembali dari Hellen dan menatap gadis itu dengan malas. Kupikir memang satu-satunya jalan adalah membuktikan sendiri pada Hellen bagaimana cairan itu bekerja. Aku mengalihkan pandangan mataku ke sekitar untuk mencari benda tajam yang terdekat. Kedua mataku menangkap bagian sudut kursi yang terlihat cukup tajam. Seketika otakku menciptakan sebuah ide simpel.
“Baiklah kalau begitu. Bagaimana jika kau melihat ini?” ucapku kemudian. Aku menyuruh Hellen mendekat kepadaku untuk melihat apa yang akan kulakukan sebentar lagi. Aku menyincingkan lengan baju panjangku ke atas dan memperlihatkan lengan putihku yang mulus pada Hellen.
Gadis itu nampak memandang heran dengan apa yang tengah kulakukan ini. Sebelumnya aku menoleh ke arah Hellen dan tersenyum tipis penuh arti. Setelahnya aku mulai mendekatkan lengan itu pada sudut kursi yang tajam, dan menggoreskannya dengan kuat pada sudut tersebut. Membuat Hellen seketika terkejut dengan apa yang kulakukan. Terlebih ketika melihat goresan itu menimbulkan luka yang cukup lebar hingga mengeluarkan darah segar.
“Danny! Apa yang baru saja kau lakukan?!” pekik Hellen dengan wajah paniknya. Gadis itu langsung menarik tanganku untuk melihat lebih dekat luka itu.
“Astaga, lukanya cukup panjang! Apa kau bodoh ha?!” bentak Hellen dengan wajah marah sekaligus gemas. Aku hanya tersenyum kecil melihat respon Hellen yang nampak panik sendiri.
“Tenanglah Hellen. Coba lihat baik-baik luka itu,” ujarku dengan santai. Aku ingin membuat Hellen tidak panik berlebihan seperti ini karena itu bisa mengundang orang yang kebetulan tengah lewat di sekitar tempat itu.
Hellen menatapku lebih dulu sebelum kemudian memerhatikan luka itu dengan lebih lekat. Darah yang keluar masih terlihat banyak. Namun luka yang ada di sana secara perlahan bergerak menutup kembali, dan hal itu berhasil tertangkap dalam indera penglihatan milik Hellen. Gadis itu langsung membeku di tempat memerhatikan luka itu.
Wajah terkejut Hellen berubah menjadi wajah melongo lebar dengan ekspresi yang jelas masih tidak percaya. Seketika Hellen mendongakkan wajah kembali ke arahku.
“Danny,” gumam Hellen dengan lirih. Aku melempar senyum ke arahnya. Aku tahu gadis itu butuh penjelasan lebih saat ini.
“Kau lihat bukan? Luka itu bisa menutup kembali Hellen. Itulah yang trjadi padaku saat di hutan waktu itu.”
“Ba—bagaimana bisa Danny? Bagaimana bisa ini terjadi?”
“Aku juga tidak tahu dengan jelas. Tapi professor Robert mengatakan bahwa dia tengah membuat gen mutan baru dari beberapa sel makhluk hidup yang digabung menjadi satu. Dia telah menemukan formula buatan yang cocok untuk menggabungkan semua sel itu. Ini masih sebuah penelitian Hellen. Kita tidak tahu bagaimana hasilnya nanti, tapi seperti yang kau tahu, professor Robert akan mengurus semua ini,” jelasku secara singkat. Hellen dengan lekat mendengarkan penjelasanku ini.
“Lalu apa yang terjadi padamu nanti?”
“Entahlah. Aku masih perlu memberikan laporan lebih lanjut pada professor Robert secara berkala. Tapi Hellen, kau tahu? Selain lukaku bisa sembuh dengan cepat, aku juga tidak merasakan sakit apa pun pada tiap lukaku. Bukankah ini hal yang luar biasa?!” seruku dengan wajah penuh antusias menatap Hellen.
“Kau senang?”
Tuk! Hellen kembali mengetuk keningku seperti tadi yang langsung membuatku terkejut.
“Kenapa kau memukulku lagi?” sungutku dengan wajah heran sekaligus bingung pada gadis itu. Kupikir Hellen akan ikut takjub dengan kemampuan baruku ini. Ternyata justru sebaliknya. Gadis itu menatapku dengan tajam hingga membuatku menelan ludah dengan pelan.
“Danny, tubuhmu menjadi aneh. Manusia normal tidak mungkin memiliki kemampuan seperti itu. Kau juga tidak bisa merasakan sakit. Itu berarti kau telah kehilangan indera perasamu. Setelah itu apa lagi?!”
Aku tertegun mendengar ucapan Hellen itu. Memang benar aku tidak bisa merasakan sakit lagi. Tapi apa benar itu sama saja artinya dengan aku telah kehilangan indera perasaku?
“Tapi Hellen, tubuhku memiliki kemampuan menyembuhkan diri dengan cepat. Ini seperti kau menukar satu kemampuan untuk mendapatkan kemampuan yang lain bukan?” jawabku dengan mantap setelah berpikir dengan lamat. Meski begitu ucapan Hellen juga sempat berhasil mengganggu pikiranku. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu ya? Ujarku dalam hati.
“Hahhh.” Hellen menghela napas dengan panjang. Gadis itu menjilat bibirnya yang terasa kering dengan ekspresi wajah yang tidak terbaca. Tapi yang jelas aku tahu bahwa Hellen saat ini tengah khawatir akan kondisi tubuhku. “Aku tidak tahu lagi Danny. Aku hanya sangat mencemaskanmu,” ujar Hellen kemudian.
Aku tersenyum simpul mendengarnya. Aku tahu Hellen masih memikirkan keadaanku. “Hellen,” panggilku kemudian dengan lembut. Kutarik kedua bahu gadis itu agar bisa mengarah kepadaku dan menatapku dengan lurus. Aku menatapnya dengan lekat. “Cobalah berpikir untuk lebih positif. Setidaknya dengan adanya cairan itu, aku berhasil selamat dan pulang ke rumah bukan?”
Hellen akhirnya dengan pasrah menganggukkan kepala, mengiyakan ucapanku. “Kalau begitu semua akan baik-baik saja. Cairan ini telah menyelamatkanku Hellen. Itu yang terpenting untuk saat ini. Dan aku bersyukur dengan itu.”
“Baiklah aku mengerti Danny,” balas Hellen kemudian. Aku ikut merasa tenang melihat Hellen lebih lega dari sebelumnya. “Lalu kenapa kau mengambil waktu yang lama untuk kembali pulang? Apa kau tahu bibi Laura sangat mengkhawatirkan dirimu? Terlebih dengan kepergian paman Dave yang ikut mencari keberadaanmu.”
“Sebenarnya bukan itu saja yang kualami Hellen.” Aku merasa gelisah ingin menceritakan kejadian selanjutnya apda Hellen. Aku tidak yakin Hellen akan memandangku dengan cara yang sama setelah tahu apa yang telah kulakukan saat itu. Gadis itu pasti akan merasa jijik ketika mendengar aku sempat memakan bagian tubuh dari monster itu.
“Apa? Ada apa? Katakan padaku Danny,” pinta Hellen. Sepertinya Hellen juga bisa melihat kegelisahanku ini.
“Aku,” ucapku yang lalu tertahan di tempat. Aku masih menimang-nimang untuk bercerita lebih lanjut pada gadis itu atau tidak. Hellen masih menanti dengan sabar apa yang akan kukatakan ini. Melihat bagaimana wajah Hellen yang menatapku dengan lekat dan penuh kesabaran ini membuatku akirnya mendesah pasrah.
“Aku telah bertemu kembali dengan monster lainnya.”
“APA?! Lagi?!” pekik Hellen dengan kencang tanpa sadar, membuatku langsung paik seketika.
“Sstt jangan keras-keras Hellen!” tegurku. Hellen langsung menutup bibirnya kembali dan mengangguk kecil.
“Sungguh Danny? Lalu bagaimana?”
“Aku bertarung dengan monster itu. Ini juga hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya Hellen. Tapi aku berhasil memenangkan pertempuran itu.” Tidak. Aku akan menjaga rahasia dari detail pertarungan itu sendiri. Aku tidak ingin Hellen mendengar cerita menjijikkan itu. Ada hal yang perlu dijaga sebagai sebuah rahasia dan ada juga yang bisa diungkapkan kepada orang lain. Dan aku lebih memilih untuk menjaga rahasia itu saja.
“Kau bercanda?!”
“Aku tidak bercanda Hellen. Aku sungguh mengalahkannya. Kau tahu, rasanya seluruh tenaga dan panca inderaku menjadi berkembang sejak kejadian itu. Kau bisa melihat tubuhku saat ini bukan?” Hellen ikut memerhatikan bentuk tubuhku yang nampak jauh lebih sehat dibanding sebelumnya. “Ini adalah salah satu hasilnya. Selain itu, aku juga bisa mendengar dan melihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Lihat kan? Cairan ini bukannya tidak berguna Hellen. Justru cairan ini membantuku menjadi lebih keren, benar bukan?!”
“Sungguh tidak bisa dipercaya,” gumam Hellen dengan wajah takjubnya.
“Aku pun juga berpikir sama sepertimu. Sebelumnya aku sempat mendengar suara tembakan saat itu. Dan setelah aku mendengar cerita Dad yang ternyata juga sempat melawan monster di sana, aku semakin yakin bahwa monster yang kukalahkan itu adalah monster yang sempat menyerang Dad di hutan.” Aku tersenyum bangga setelahnya.
“Lalu apa lagi Danny?”
“Tidak ada yang spesial. Aku hanya jatuh ke jurang dan babak belur. Beruntungnya professor Robert menemukanku di sana. Dia membawaku ke rumahnya dan kami melakukan beberapa cek kesehatan.”
“Tunggu, kenapa professor Robert ada di dalam hutan?” Wajah Hellen kembali menunjukkan ekspresi penuh tanya.
“Dia punya villa di sekitar tempat itu.”
“Benarkah? Itu berbahaya sekali," gumam Hellen sembari berpikir. "Ya sudahlah. Apa pun itu, syukurlah kau bisa selamat Danny.” Hellen melempar senyum lega dan penuh syukur padaku. Membuatku juga ikut tersenyum membalasnya.