Bab 4

1585 Kata
Hal pertama yang aku lihat ketika telah membuka kelopak mata adalah cahaya lampu yang tepat di depan mata. Aku langsung mengernyit untuk menghalau cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retinaku.   “Uh?” gumamku.   “Kau sudah sadar, Danny?” Terdengar suara professor Robert dari arah samping. Aku langsung menoleh ke arahnya dengan perlahan. Tubuhku masih terasa lemas. Namun aku rasa aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.   “Professor?”   “Ya, ini aku,” jawabnya. Professor Robert duduk di atas kursi yang tidak jauh dariku. Pria itu nampak  tengah mengerjakan sesuatu pada sebuah papan d**a berisi beberapa kertas di atasnya dengan begitu fokus. Bahkan professor Robert tidak menoleh ke arahku. Dia sibuk menulis sesuatu di sana. Aku hanya membiarkannya saja.   Mataku beralih menoleh ke arah lengan kananku yang sepertinya sudah diobati oleh professor Robert. Bahkan aku rasa pengobatannya cukup rapi. Masih terasa linu tapi ini terasa lebih ringan dari sebelumnya. Aku bergerak membangunkan diri dengan hati-hati dan duduk di atas ranjang pasien. Atau bukan?   Aku langsung memerhatikan ke sekitar tempat itu. Aku baru menyadari bahwa professor telah membawaku ke dalam ruangan yang sempat kusebut sebagai ruang uji coba sebelumnya, dan aku duduk di atas tempat utama saat ini. Aku menoleh ke atas kepala di mana di sana terdapat sebuah alat berbentuk seperti mangkok yang kutebak untuk dipakai ke kepala. Mataku bergulir ke samping di mana banyak sekali kabel dan beberapa alat elektronik yang tersimpan dengan rapi di sana.   “Bagaimana keadaanmu?” Aku sedikit tersentak ketika mendengar suara professor yang begitu dekat denganku. Aku langsung menoleh ke arahnya. Professor ternyata sudah berdiri di samping dan mengarahkan wajahnya ke arahku. Seketika aku mundur ke belakang untuk menjauhi wajah itu.   “Oh, em aku baik,” jawabku kemudian. Senyuman professor muncul dengan raut wajah yang terlihat cukup puas. Professor menarik diri dan berdiri dengan tegak menatapku. Papan d**a yang dibawanya tadi sudah diletakkan di atas meja sebelah.   “Itu bagus Danny. Aku cukup terkejut dengan kejadian tadi. Aku sudah menjahit luka di lenganmu. Aku juga telah memberikan suntik penahan rasa sakit. Mungkin itu hanya bekerja untuk beberapa jam saja, tapi aku rasa kau akan baik-baik saja,” jelas professor panjang lebar. Aku melirik ke arah balutan perban di lenganku sekali lagi.   “Apa kau merasakan sesuatu yang lain Danny?” tanya professor. Aku terdiam. Haruskah aku mengatakan rasa mual dan panas yang sempat kurasakan tadi?   “Tidak. Aku baik-baik saja Professor,” jawabku kemudian. Ya, aku rasa itu sudah tidak perlu kukatakan. Lagi pula tubuhku memang sudah terasa baik-baik saja saat ini. Yang paling kupikirkan adalah tabung cairan yang telah kuhancurkan itu. Aku merasa gugup untuk membahasnya. Bagaimana aku harus mengganti sesuatu yang seperti itu?   “Uh, professor Robert, maafkan aku tentang kecelakaan itu. Aku sungguh—“   “Its okey Danny. Aku sudah memeriksa apa yang terjadi dari kamera pengawas, dan aku rasa itu adalah kebodohan robot baruku. Dia juga ikut andil dalam kecelakaan itu. Maafkan aku. Itu adalah robot yang masih perlu perbaikan, dan aku tidak menyangka kejadiannya akan seperti itu. Kau pasti sangat terkejut bukan?” sesal professor Robert dengan wajah pasrah.   “Yah, aku cukup terkejut dengan robot itu. Tapi tabung cairanmu professor ...” Aku menatap professor dengan harap-harap cemas. Aku sungguh berharap bahwa aku tidak merusak satu karya mahal milik professor Robert, karena aku yakin aku tidak akan bisa mengganti kerugiannya nanti.   Professor Robert menatapku untuk sejenak, sebelum kemudian menghela napas lelah dengan menggendikkan bahunya, melemas. Saat itu juga aku yakin kesalahan itu cukup serius. Aku meringis dalam hati.   “Maafkan aku, Professor,” sesalku sepenuh hati. Wajahku menunduk ke bawah tidak berani menatap professor Robert. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk merusak barang-barang di sana.   “Ini bukan masalah itu Danny. Well maksudku, itu kerugian yang cukup serius untukku. Tapi masalahnya bukan karena itu. Ini kau Danny.”   “Huh?” Aku mendongak kembali menatap professor Robert dengan wajah bingung. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin dikatakan professor Robert saat ini.   “Ya, ini kau masalahnya Danny,” balas professor sambil menunjuk ke arahku. Aku semakin bingung dibuatnya.   “Apa maksudnya?” tanyaku kemudian.   “Dengar Danny. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Tapi tabung cairan itu adalah salah satu alat penelitianku. Cairan di dalamnya mengandung senyawa yang merupakan campuran dari beberapa DNA mutan dari hewan. Karena kecelakaan itu, sekarang dalam tubuhmu tersimpan cairan tersebut.”   Aku langsung membeku di tempat mendengar ucapan itu. “Apa yang kau katakan Prof?”   “Aku yakin kau mendengar ucapanku dengan baik Danny. Aku rasa cairan itu tanpa sengaja masuk ke dalam tubuhmu lewat luka yang kau dapat tadi. Aku tidak menyangka mereka akan cepat menyebar ke dalam sel-sel dalam tubuhmu. Ini juga salah satu informasi penting yang kudapatkan tanpa diduga. Tapi yang lebih penting adalah kau Danny.”   “Tunggu, tunggu aku masih tidak mengerti apa yang kau katakan. Kau bilang itu cairan Mutan Prof?!”   Aku masih tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya berharap cairan itu bukan apa-apa yang membahayakan tubuhku. “Lalu cairan apa itu? Apa itu akan berbahaya? Kau bisa mengeluarkannya dariku bukan?” Aku menjadi panik kemudian. Tentu saja. Siapa yang tidak panik dengan kabar seperti itu. Cairan asing dari bahan kimia tiba-tiba masuk ke dalam tubuhmu dan menyebar ke dalam seluruh selmu. Bagaimana jika cairan itu berbahaya? Aku menatap professor dengan mata penuh harap. Semoga itu cairan yang tidak berakibat fatal seperti yang aku duga.   “Aku tidak yakin apa yang akan terjadi padamu. Aku sudah katakan bahwa itu adalah cairan penelitian bukan? Masih banyak yang perlu aku periksa lebih lanjut. Aku perlu mempelajarinya dan melihat perkembangan cairan itu dalam tubuhmu untuk beberapa waktu ke depan. Baru aku bisa membuat cairan penawarnya.”   “Tapi Prof, bagaimana jika cairan itu membuatku mati sebelum kau berhasil membuat cairan penawarnya?!”   “Tidak Danny! Itu tidak akan terjadi jika kau bisa bekerja sama denganku. Percayalah padaku!”   “Lalu apa yang harus kulakukan Prof?”   “Tidak ada. Kau hanya jalani hidupmu seperti biasa, dan laporkan tiap perubahan yang terjadi dalam tubuhmu padaku. Aku akan mempelajarinya dan membuat cairan untuk menghambat proses penyebaran lebih lanjut. Kau cukup rutin datang ke tempatku tiap minggu, oke?”   Aku tetap meragu dengan penjelasan professor Robert. “Kau yakin ini akan baik-baik saja? Aku rasa aku harus ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut Prof.”   “NO!” teriak professor dengan keras secara tiba-tiba hingga membuatku terperanjat kaget. Aku menatap mata professor Robert yang saat ini membola lebar seakan hendak menelanku bulat-bulat. Jantungku berdetak begitu cepat karena begitu terkejut dan takut menatap professor Robert. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar teriakan pria itu.   Professor Robert nampaknya mulai tersadar akan tindakannya sendiri sehingga pria itu mulai mengerjapkan kedua matanya, lalu bergerak mendekatiku lagi setelah melemaskan ekspresi wajahnya yang kaku. Kedua tangan professor memegang kedua bahuku. Aku menatap Professor dengan waspada saat ini, dan sepertinya professor menyadari ketakutanku itu.   “Tidak Danny. Jangan lakukan itu. Maksudku, aku yakin aku bisa mengatasinya sendiri. Aku hanya takut mereka akan mengetahui data-data penelitianku, karena ini merupakan data penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Dengar Danny, percayalah padaku. Cairan itu tidak akan berbahaya jika kau mau menuruti semua ucapanku, oke?”   Aku terdiam di tempat. Aku masih merasa ragu akan ucapan professor itu. Aku merasa ini bukan sesuatu yang ringan karena ini menyangkut tubuhku. Aku takut jika kemungkinan terjadi sesuatu yang membahayakanku. Professor menatapkan dengan lekat saat ini, seakan dia mencoba mencari tahu isi dalam pikiranku. Professor tahu bahwa aku masih meragukan dirinya.   “Baiklah kalau kau memang ingin melakukan itu. Tapi perlu kau ingat bahwa kau juga telah menghancurkan barang penelitianku. Aku yakin kau tidak ingin mendengar jumlah harga yang harus kau bayar untuk mengganti kerugiannya bukan? Lakukan saja sesukamu, dan begitu pula aku.” Seketika kedua mataku melebar mendengar ucapan yang mungkin bisa disebut sebagai ancaman itu.   “Tapi kecelakaan itu juga karena ulah robotmu prof!”   “Dan apa aku juga yang memasukkan cairan itu padamu, Danny? Ini adalah kebodohanmu sendiri yang tidak berhati-hati pada keadaan di sekitar. Semua itu sudah terekam di dalam kamera pengawas. Aku bisa menyerahkan bukti itu pada pihak berwajib jika perlu, agar mereka bisa menilai sendiri kejadiannya.”   Aku sekali lagi membeku di tempat. Professor tahu kelemahanku. Aku mengalihkan pandangan mataku ke lain arah secara tidak menentu. Kegugupan dan kecemasan langsung mendatangiku. Ini tidak bagus. Itu pasti membutuhkan biaya yang mahal. Apa yang harus kulakukan? Kedua tanganku sibuk saling meremas satu sama lain saat ini, sedangkan professor Robert masih berdiri dengan setia menunggu keputusanku. Ini adalah keputusan yang sulit untukku.   Membutuhkan waktu yang cukup lama untukku akhirnya menghela napas dengan berat. Aku menatap professor Robert kembali. Professor masih menatapku dengan lekat. Wajahnya nampak terlihat kaku saat ini. Aku menelan air ludah dengan susah payah. “Kau sungguh akan mengatasinya bukan?”   “Ya, aku akan mengatasinya.” Professor menjawabnya dengan yakin.   “Tidak akan ada bahaya yang terjadi pada tubuhku?”   “Tidak. Maksudku mungkin akan ada efek-efek samping yang terjadi, tapi sekali lagi, aku akan mengatasinya. Kau cukup diam dan menuruti perkataanku, Danny.”   “Baiklah. Aku akan menurutimu Prof,” ucapku kemudian dengan pasrah. Professor langsung bernapas dengan lega. Raut wajahnya kembali menjadi lembut seperti sebelumnya. Muncul senyuman kecil di bibir professor, yang kini kembali mendekatiku. Ditepuknya dengan pelan salah satu bahuku dengan wajah puas.   “Keputusan yang bagus Danny. Ini adalah rahasia kita berdua. Kau cukup percaya saja padaku, mengerti kan?” ucap professor Robert, dan aku hanya bisa tersenyum kecil untuk menjawabnya. Apa lagi yang bisa kulakukan selain hanya percaya pada professor saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN