Mahasiswa yang saat ini menatap Rayhan dengan tajam bernama Restu, mahasiswa yang harusnya telah menyelesaikan studynya dua tahun lalu. Mahasiswa propokator yang selalu mencari masalah dikampus dengan membentuk gank motor. Sepak terjangnya mengkhawatirkan para dosen, namun karena orang tuanya merupakan salah satu orang terpandang yang berkecimpung di dunia politik mereka lebih memilih diam, namun tidak dengan Rayhan. Perkelahian antar mahasiswa pun terhenti dan saat ini hanya ada Restu dan Rayhan saling berhadapan. Rayhan terlihat menatap Restu dengan dingin, ia kesal karena keributan ini telah mengganggu kuliah para mahasiswa yang benar-benar ingin menuntut ilmu.
"Anda jangan menyesal karena saya tidak akan memberi ampun karena anda telah berani melawan saya," ucap Restu sinis.
"Jangan banyak omong, kamu sudah merasa jagoan dan merasa paling hebat," ucap Rayhan. Bagi Rayhan apapun alasanya tidak dibenarkan membuat keributan di kampus apalagi bersikap anarkis. Bisa saja mahasiswa yang tidak bersalah terkena dampaknya dan menimbulkan korban jiwa, nama universitas ini akan menjadi sangat buruk jika itu terjadi. Janisa membuka mulutnya dan ia memegang pipinya karena ia bisa membayangkan bagaimana kulit putih mulus milik Rayhan itu babak belur.
'Cari mati ini dosen,' Batin Janisa yang tidak habis pikir Rayhan berani menantang mahasiswa itu.
Nela yang berada disamping Janisa memegang lengan Janisa dan ia berbisik di telinga Janisa. "Janis kita pergi saja yuk, kok aku jadi takut gini!" ucap Nela.
"Aku juga takut Nel, tapi penasaran gimana nanti bentuk wajah tampan Pak Rayhan," ucap Janisa. "Pak Rayhan kayak nggak pernah melakukan kerja berat bagaimana dia bisa mukulin tu anak motor," ucap Janisa yang menduga Rayhan pasti akan kalah dan wajahnya babak belur dipukul Restu.
"Aduh apa kita lapor polisi aja ya Jan," ucap Nela.
"Kalau mau lapor polisi mungkin sejak tadi mereka sudah dilaporkan tapi mungkin Pak Rayhan sengaja mengulur waktu agar perkelahian berhenti dan ternyata berhasil kan Nel, tuh mereka berhenti berkelahi," ucap Janisa melihat gerombolan perkelahian antar mahasiswa tadi terhenti.
"Aduh aku nggak mau membayakan Pak Rayhan babak belur, kasihan banget Pak Rayhan lihat itu tangan Restu aja berotot gitu dan Pak Rayhan kita," ucap Nela mengigit jarinya karena merasa tidak rela melihat dosen tampan itu terluka.
Iya sih, aduh pasti sakit banget itu," ucap Janisa.
Sementara itu saat ini semua mata tertuju pada Restu dan Rayhan, banyak yang memprediksi jika Rayhan akan kalah dan para perempuan dikampus ini merasa sangat sedih karena wajah tampan itu akan babak belur. "Jangan menyesal dan meminta ampun," ucap Restu dan ia mendekati Rayhan lalu segera menyerang Rayhan dengan pukulan yang ia layangkan sekuat tenaga. Rayhan berhasil menghindar dengan cepat dan ia menepis setiap pukulan yang dilayangkan Restu membuat mereka semua terkejut. Dibalik kemeja yang rapi dan penampilan bersih seorang Rayhan ternyata terdapat otot-otot yang tidak mereka duga.
Rayhan membalik keadaan dengan memukul Restu dengan keras hingga Restu tersungkur hanya dengan satu kali pukulan. Restu mengerang kesakitan dan ia berusaha kembali berdiri. Namun ketika ia berdiri, Rayhan kembali menghajarnya, terlihat dengan jelas jika pukulan Rayhan terlihat kuat dan terlatih. "Siapa lagi yang merasa jagoan dan menjadikan kampus ini sebagai tempat berkelahi?" Ucap Rayhan.
Dua orang lainnya tiba-tiba menyerang Rayhan bersamaan membuat mereka semua terkejut, namun lagi-lagi Rayhan bisa menghindar dan menujukkan kemampuan bela dirinya dengan membalas pukulan mereka. Rayhan yang merasa sangat murka, ia terlihat mengerikan saat ini dan ia terlihat sangat berbeda dengan Rayhan dosen mereka. Seolah membangunkan harimau tidur karena mereka telah berani mengusik ketenangan seorang Rayhan Candrama. Seorang laki-laki lainnya yang juga merupakan seorang dosen mendekati kerumunan yang menjadi tempat perkelahian. Ia menepuk jidatnya ketika melihat sahabatnya beraksi dan ia segera mendekati Rayhan yang saat ini menatap kedua orang yang terduduk mengerang kesakitan itu dengan tatapan dingin.
"Aduh Ray udah ya!" Ucapnya. Laki-laki ini bernama Satya dia merupakan Dosen yang menjadi rekan kerja sekaligus sahabat Rayhan sejak mereka duduk dibangku SMA. "Ini anak-anak kenapa harus ribut kayak gini, astaga kalian benar-benar ya..." kesal Satya. Melihat kedatangan Satya membuat mereka terkejut, Satya bukan hanya seorang dosen biasa tapi ia adalah pembina pencak silat di Universitas ini. Kemampuan Satya telah diakui para mahasiswa yang pernah melihatnya bertanding. "Dasar bocah edan," kesal Satya. Ia kemudian menghalangi pandangan Rayhan yang saat ini terlihat sangat murka.
"Jangan mengganggu Sat!" Ucap Kaisar.
"Ray, ingat kita ini pengajar bukan penghajar," ucap Satya.
"Mereka yang mulai jika saya tidak ikut campur pasti perkelahian akan terus berlanjut," ucap Rayhan.
"Ini salah mereka Pak, mereka berani mengganggu adik saya," ucap Restu menujuk beberapa mahasiswa yang menjadi musuhnya.
Rayhan mendekati Restu dan menarik kera baju Restu "Apa yang kamu lakukan memancing para mahasiswa lain untuk ikut berkelahi, kamu pikir masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan cara kekerasan, kalau memang kekerasan jalanya, saya persilahkan kalian satu lawan satu jangan keroyokan. Jika diantara kalian masih ingin berkelahi, kalian tanda tangan peraturan bertanding, saya dan Pak Satya akan mengawasi pertandingan kalian!" Ucap Rayhan membuat mereka semua saling berbisik dan menganggukkan kepalanya karena apa yang dikatakan Rayhan ada benarnya.
"Iya Ray, aku setuju tapi udah ya jangan berkelahi kasihan mereka kalau kamu mengamuk!" ucap Satya. Para mahasiswa yang berada disana saling berbisik dan mereka terkejut saat mengetahui Satya dosen yang ditakuti dikampus ini karena memiliki ilmu bela diri saja terlihat sangat takut jika seorang Rayhan mengamuk. Rayhan menyugar rambutnya dan ia menatap Satya dengan tajam "Kumpulkan mereka yang berkelahi dan didata, kau selesaikan semuanya atau saya akan ikut campur lagi dan melaporkan mereka untuk di DO. Saya tidak peduli siapa orang tua mereka, kalau mereka salah tetap harus dihukum!" ucap Rayhan.
"Oke kau tenang saja Ray aku akan menyelesaikan masalah ini!" Ucap Satya.
Janisa membuka mulutnya dan bodohnya ia penasaran dengan tubuh Rayhan ternyata bisa sekuat itu, Janisa jadi ingin tahu apa ditubuh Rayhan memiliki otot besi tulang kuat seperti Kakak sulungnya Jagadta. 'Dasar gila, apa yang sedang aku pikirkan,' batin Janisa kesal ia menggelengkan kepalanya menolak pemikiran gila yang baru saja melintas di otaknya. Rayhan melangkahkan kakinya kembali menuju kelas dan Janisa mengikutinya masuk ke ruang kelas sama seperti mahasiswa lainnya.
Tatapan mahasiswa tertuju pada sosok tampan yang saat ini berusaha meredakan emosinya. Tubuh Rayhan basah karena keringat membuat kemeja yang dikenakan Rayhan memperlihatkan otot-ototnya yang pas pada tempatnya dan itu terlihat begitu menawan. "Nel, ternyata Pak Rayhan itu laki banget," bisik Janisa kepada Nela yang saat ini telah duduk disampingnya.
"Iya Jan," ucap Nela dan ia setuju dengan ucapan Janisa.
"Kuliah hari ini kita akhiri dan saya ingin menekankan kepada kalian para mahasiswa agar bersikaplah layaknya seorang mahasiswa dengan fokus belajar buka berkelahi," ucap Rayhan. "Selamat siang, Assalamualikum," ucap Rayhan dan semua mahasiswa menjawab salam Rayhan.
"Waalaikumsalam."
Rayhan segera keluar dari kelas dan ia menuju Rektorat dengan berjalan kaki. Rayhan berjalan dengan santai dan ia tidak tahu jika saat ini ia telah menjadi tranding topik utama pembicaraan sebagai laki-laki tampan hot yang sempurna idola para mahasiswi di Kampus. Saat ini Janisa menggelengkan kepalanya melihat ponselnya dan media sosialnya yang dipenuhi dengan status para mahasiswa mengenai Rayhan, ia tidak mengerti kenapa Rayhan menjadi idola karena baginya dari pada mengidolakan Rayhan lebih baik ia mengidolakan para Oppa-Oppanya.
"Nel, kita makan siang yuk sama temanku!" Ajak Janisa.
"Hmmm...aku mau ke perpustakaan dulu Jan, lain kali aja aku ikut," ucap Nela.
"Oke," ucap Janisa dan keduanya segera berpisah ke tempat tujuan masing-masing. Sepanjang perjalanan otak Janisa ternyata memikirkan sosok Rayhan yang ternyata memiliki sisi yang berbeda ada rasa kagum yang saat ini hadir dihatinya.
"Ingat Jan masih ganteng Oppamu," ucap Janisa sambil melangkah kakinya. Beberapa mahasiswa menatap Janisa yang terlihat begitu cantik dimatanya namun Janisa memang bukanlah mahasiswi yang sering berada dikampus karena setelah kelas selesai, Janisa akan segera pergi menemui para sahabatnya penggila Oppa PTS.