Aku dan Arman berpandangan dan sama-sama tertawa. "Apa, siiih?!" "Enggak papa, Mbak." Arman membekap bibir. Kami sama-sama diam, pandang-pandangan. Aku menarik napas panjang dan tersenyum kecil, rasanya grogi dan dadaku berdebar aneh. Kenapa sih dia tiba-tiba terlihat begitu menawan? Aku tersenyum salah tingkah. Arman juga ikut tersenyum. Aku menatap ke plastik berisi banyak camilan lalu meraihnya, Arman juga ikut meraihnya, tangannya memegang telapak tanganku, ia buru-buru melepasnya. Aku tersenyum canggung, mengangkat plastik berisi camilan lalu meletakkan ke hadapan kami dan meraih botol minuman dingin. Arman memperhatikanku. "Kenapa?" "Gak papa, Mbak. Bisa?" Aku menggeleng. "Agak sulit." Dia meraih botol dari tanganku, memutar bagian tutupnya setelah itu memberikannya padaku s