Mundur Aja

1378 Kata
Mulai hari ini Pandu sudah bisa bekerja sebagai tukang kebun di sekolahan. Mungkin belum banyak orang yang mengenalnya, sehingga ketika Pandu bekerja menjadi pusat perhatian. Seperti yang terjadi pagi ini, Pandu sedang membersihkan halaman sekolah tetapi banyak siswi malah memperhatikannya. “Tukang kebun di sekolah kita ganteng banget,” ucap siswi yang melihat Pandu. “Iya bener. Asik nih tiap hari bisa lihat pemandangan indah terus,” tambah siswi lain. “Aku jadi pengen deketin,” ujar siswa lainnya. Sementara itu, Pandu heran mengapa banyak siswi yang memperhatikannya sambil tersenyum. Apakah ada yang lucu pada dirinya? Ataukah Pandu telah membuat kesalahan sehingga diperhatikan banyak orang? “Anak-anak itu kenapa pada ngeliatin aku sih. Apa ada yang lucu dari aku atau aku udah bikin salah,” batin Pandu. Zoya yang baru datang ke sekolah juga heran ada apa ramai-ramai berkerumun disana, “Eh ada apa sih?”  “Ada tukang kebun ganteng banget,” jawab temannya. “Pasti yang dimaksud bang Pandu deh. Aku harus kesana biar mereka gak gangguin bang Pandu,” batin Zoya. Ternyata sudah ada Yuki, Tamara, dan Sahila yang meminta para siswi perempuan tersebut untuk bubar dan segera masuk ke dalam kelas. Hal ini karena mereka tidak mau para siswa tersebut mengganggu pekerjaan Pandu. “Ada apa nih pagi-pagi ramai-ramai disini,” ucap Sahila. “Pasti kalian mau gangguin tukang kebun bekerja kan?” tanya Yuki. “Enggak kok bu,” jawab siswi. “Mendingan kalian masuk kelas sekarang!” ucap Tamara. “Tapi bu,” ucap siswi lainnya. “Udah cepat sana masuk kelas!” ucap Tamara. Akhirnya para siswi tersebut masuk kelas, kemudian mereka menghampiri Pandu “Pagi mas Pandu.” Pandu menjawabnya dengan ramah “Pagi Bu Sahila, Bu Tamara, dan Bu Yuki.” “Maafin kelakukan anak-anak tadi ya mas. Memang terkadang mereka itu aneh-aneh,” ucap Sahila. “Gak apa-apa bu,” jawab Pandu. Zoya datang dengan membawa sebuah kotak makan, kemudian ia menyapa “Pagi Bu.” “Pagi,” “Kamu kok gak masuk kelas Zoy?” tanya Yuki. “Sebentar lagi masuk kelas kok bu. Saya mau ngasih ini dulu buat bang Pandu,” ucap Pandu. Zoya lalu memberikan kotak makanan tersebut kepada Pandu. “Nih bang.” “Apa ini?” tanya Pandu. “Titipan dari kak Cinka buat bang Pandu. Kak Cinka masak nasi goreng spesial buat bang Pandu,” ucap Zoya. “Wah. Cinka sampai repot-repot masakin aku. Nanti aku video call ah,” ucap Pandu. “Maaf, Cinka itu kakak kamu Zoy?” tanya Sahila. “Iya Bu. Kak Cinka itu kakak aku sekaligus pacarnya bang Pandu. Doain ya bu biar hubungan bang Pandu sama kak Cinka langgeng sampai ke jenjang pernikahan nanti,” ucap Zoya. “Tuh kan bener apa kataku. Pandu pasti udah punya pacar gak mungkin kalau enggak,” batin Yuki. “Kalau begitu, saya masuk kelas dulu ya bu. Mari bu,” ucap Zoya kemudian masuk kelas. Di Kelas Ketika masuk ke dalam kelas, Zoya melihat ada Badi yang sudah duduk disana. Saat menuju tempat duduknya, Zoya sangat kesal ketika melihat Badi menghapus tulisan Viko Love Zoya di meja Zoya menggunakan koin. Sebenarnya maksud Badi baik karena ia ingin membersihkan meja Zoya dari coretan. Namun, Zoya tak suka jika Badi menghapus coretan tersebut. Hal ini karena Viko lah yang menulis tulisan tersebut, sehingga Zoya selalu mengenangnya. Meskipun sekarang Viko sudah meninggalkannya untuk selamanya, tetapi Zoya selalu berusaha untuk menjaga apapun kenangan yang Viko tinggalkan. “Lancang banget sih kamu hapus coretan di mejaku!” ucap Zoya. “Harusnya kamu berterima kasih karena aku udah bersihin coretan ini dari meja kamu,” ucap Badi. “Bukannya terima kasih aku malah kesel sama kamu. Kamu gak tahu kan seberapa dalam makna tulisan itu buat aku,” ucap Zoya. “Tulisan alay kayak gini mah harusnya emang dibersihin. Soalnya merusak pemandangan, gak enak banget dilihat!” ucap Badi. “Ini meja aku, jadi terserah aku dong mau ngapain meja aku. Mau aku bersihin, gak aku bersihin, atau aku kotorin sekalipun itu terserah aku. Kamu gak punya hak untuk bertindak apapun pada mejaku,” ucap Zoya. “Tulisan di meja kamu itu udah mengotori pemandangan aku. Jadi wajar dong kalau aku bersihin. Lagian kamu kenapa lebay banget sih timbang tulisan beginian doang,” ucap Badi. “Plak!” sebuah tamparan keras mendarat di pipi Badi. “Buat kamu emang biasa aja atau bahkan gak ada artinya tapi buat aku, tulisan ini sangat berarti. Yang nulis ini adalah Viko, sahabat sekaligus pacarku yang sekarang udah meninggal. Aku sengaja gak mau hapus tulisan ini karena aku gak mau kehilangan kenangan dari Viko. Tapi kamu malah menghapusnya!” ucap Zoya yang mulai meneteskan air mata. “Kamu beneran lebay ya. Cuma coretan gak penting ini aja sampai semarah itu bahkan nangis. Ya udah deh nih biar kamu gak nangis lagi aku tulis lagi ya nama kamu dan nama dia,” ucap Badi. “Gak perlu!” ucap Zoya mengambil tipe x yang hendak Badi gunakan untuk menulis namanya dan nama Viko, kemudian ia melempar tipe x tersebut. “Kamu kenapa sih,” ucap Badi. “Kamu gak akan pernah bisa menggantikan Viko bahkan sekedar coretan pun gak bisa!” ucap Zoya kemudian meninggalkan kelas. ***** Zoya meninggalkan kelas karena sakit hati dengan apa yang Badi lakukan. Meskipun baru kenal, tetapi Badi sangat sering membuat Zoya kesal. Jika hanya menyangkut dirinya, Zoya masih bisa menerima. Namun, jika sudah menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan Viko, Zoya tak bisa menerima. Zoya duduk di bangku taman belakang sekolah, tempat dimana ia dulu sering menghabiskan waktu bersama Viko di tempat tersebut. Sambil menangis, Zoya mengingat Viko dan semua kenangannya di masa lalu. “Viko, aku kangen sama kamu. Kenapa kamu pergi ninggalin aku,” ucap Zoya menangis sambil melihat foto Viko. “Aku belum siap kehilangan kamu. Aku masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu sama kamu. Tapi kenapa kamu malah pergi? Kamu pergi dengan meninggalkan sejuta kenangan yang gak bisa aku lupain,” ucap Zoya. Sementara itu, Badi yang melihat dari kejauhan tak tega melihat Zoya menangis. Badi juga menyadari bahwa ia sudah keterlaluan pada Zoya. Seharusnya Badi tidak bersikap seperti itu pada Zoya. “Zoy,” ucap Badi. “Ngapain kamu kesini? Apa masih belum puas kamu bikin aku sakit hati? Belum puas juga kamu udah hilangin sesuatu yang berarti aku?” tanya Zoya penuh amarah. “Aku tahu aku salah dan aku minta maaf sama aku. Seharusnya aku gak bersikap seperti itu sama kamu,” ucap Badi. “Kalau kamu ngisengin aku, aku terima. Tapi kalau kamu sudah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Viko, aku gak bisa terima. Kamu udah keterlaluan tau gak!” ucap Zoya. “Zoy, aku bener-bener minta maaf sama kamu. Aku sama sekali gak bermaksud buat nyakitin hati kamu, bikin kamu marah, atau bahkan sampai menghilangkan sesuatu yang sangat berarti buat kamu. Niat aku cuma membersihkan meja kamu aja. Mungkin aku salah udah membersihkan coretan yang seharusnya gak aku bersihkan,” ucap Badi. “Aku bener-bener gak tahu kalau coretan itu sangat berarti buat kamu. Kalau aku tahu, aku gak mungkin melakukan itu. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu Zoy,” imbuhnya. Zoya diam dan kemudian pergi, Badi mencegatnya “Zoy, tolong maafin aku.” “Udahlah,” ucap Zoya tetap berjalan pergi. “Kalau kamu gak mau maafin aku, aku akan keluar dari sekolah ini. Aku gak mau kalau kehadiran aku cuma jadi parasit buat kamu,” ucap Badi yang seketika menghentikan langkah Zoya. “Kalau sampai Badi keluar dari sekolah ini berarti aku yang udah keterlaluan sama dia. Aku emang kesal karena kelakuannya tapi aku juga gak mau jadi penyebab keluarnya Badi dari sekolah ini,” batin Zoya. Zoya kemudian berbalik badan dan menghampiri Badi, “Aku emang kesel sama kamu tapi aku juga gak mau jadi penyebab kamu keluar dari sekolah ini. Ya udah aku maafin kamu tapi dengan syarat jangan pernah kamu usik aku dan apapun yang berhubungan dengan Viko.” “Iya aku janji gak akan ganggu kamu lagi,” ucap Badi. “Ya udah masalah kita selesai,” ucap Zoya. “Tapi kita bisa jadi temen kan?” tanya Badi. “Kalau kamu gak nyebelin aku pasti mau jadi temen kamu,” ucap Zoya. “Iya-iya aku janji aku gak akan bikin kamu sebel lagi,” ucap Badi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN