Mencari Pekerjaan

1324 Kata
Di Rumah Pandu Pada malam harinya, Pandu terus memikirkan sikap kedua adik Cinka yang melarangnya bahkan memintanya memutuskan hubungan dengan Cinka. Pandu menyadari bahwa dirinya hanyalah lelaki miskin, tetapi bukan berarti siapapun bisa menghinanya. Oleh sebab itu, Pandu mulai membulatkan tekad agar semakin semangat untuk sukses. “Aku gak bisa kayak gini terus. Aku harus sukses!” ucap Pandu. Sebenarnya, ada banyak hal yang mendorong Pandu untuk berubah. Pandu sadar bahwa dirinya tak mungkin hidup terus menerus dalam garis kemiskinan. Pandu ingin hidupnya memiliki meningkatkan, sehingga ia bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang ini. Pandu ingin membahagiakan kedua orang tuanya, Pandu ingin membuktikan kepada kedua adik Cinka bahwa ia bisa sukses, dan Pandu juga ingin memberikan sebuah cincin berlian mewah untuk Cinka. Pandu mulai berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan penghasilan lebih besar dari penghasilannya saat ini. “Tapi aku bingung, aku harus mulai dari mana? Pengen bisnis tapi modalnya gak ada. Pengen nyari kerjaan lain tapi susah apalagi aku cuma lulusan SMA,” ucap Pandu. Pandu terlalu fokus memikirkan rencana tersebut sampai-sampai tak mendengar bahwa ponselnya berdering. Cinka menghubungi Pandu lewat video call sampai beberapa kali tetapi Pandu tak mengangkatnya. Di Rumah Cinka Malam ini, Cinka merasa kesepian. Cinka kemudian berjalan ke kolam renang dan duduk di kursi santai yang terdapat di pinggir kolam renang. Setelah itu, Cinka menghubungi Pandu dengan video call. Hal ini Cinka lakukan karena ia merindukan Pandu dan ingin mengobrol sambil melihat wajah Pandu meskipun hanya lewat online. Sayangnya, Pandu tak ada jawaban. Padahal sudah lebih dari tiga kali Cinka menghubungi Pandu tetapi Pandu tak kunjung mengangkatnya. Cinka heran apa yang dilakukan Pandu sampai tidak mengangkat panggilan videonya tersebut. Meski begitu, Cinka tak mau berpikir negatif apalagi sampai berprasangka buruk pada Pandu. “Pandu kemana sih masa dari tadi aku telepon gak diangkat-angkat,” ucap Cinka. Olivia yang kebetulan lewat melihat Cinka duduk di kursi dekat kolam renang. Olivia mengintip di belakang Cinka dan ia melihat bahwa Cinka sedang menghubungi Pandu dengan video call. Melihat itu, Olivia menyusul Cinka dan memintanya untuk jangan berharap pada Pandu. “Apa mungkin Pandu udah tidur? Tapi ini kan masih jam 8 malam,” ucap Cinka. Karena tak kunjung diangkat, Cinka mematikan telponnya. Olivia menyusul Cinka dan duduk disampingnya, “Tuh kan kak aku bilang apa.” “Kamu apaan sih Liv. Ganggu aja,” ucap Cinka. “Udah kelihatan kan kak gimana sikapnya si Pandu sama kakak? Masa kakak telpon gak diangkat. Pasti dia sengaja gak mau ngangkat telpon dari kakak atau kalau gak gitu dia lagi berduaan sama cewek lain,” ucap Olivia. “Gak mungkinlah. Pandu orangnya gak kayak gitu,” ucap Cinka. “Kok gak mungkin sih kak? Ya mungkin aja dong. Pandu itu baik cuma didepan kakak aja kalau di belakang kakak dia itu jahat,” ucap Olivia. “Benci boleh tapi fitnah jangan,” ucap Cinka. “Siapa yang fitnah? Aku kan ngomong fakta,” ucap Olivia. Cinka mengatakan, “Oliv! Kakak tahu kamu benci sama Pandu tapi bukan berarti kamu harus jelekin Pandu seenak kamu. Lagian mau kamu fitnah atau ngejelekin Pandu didepan kakak, kakak gak akan percaya.” “Terserah kakak deh. Kakak emang susah dibilangin!” ucap Olivia kemudian meninggalkan Olivia. ****** Beberapa hari kemudian, Pandu memberanikan diri untuk mencari pekerjaan. Hal ini Pandu lakukan karena pekerjaan utamanya sebagai tukang kayu sudah mulai menurun. Pandu sudah jarang mendapatkan pesanan furniture lagi. Oleh sebab itu, satu-satunya jalan agar Pandu tetap memiliki penghasilan adalah dengan mencari pekerjaan baru. Pagi ini, Pandu mengenakan kemeja rapi dan menenteng amplop coklat berisi surat lamaran kerja. Hari ini Pandu bersiap pergi untuk melamar pekerjaan dan berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan. Sebelum pergi, Pandu meminta doa dan dukungan pada kedua orang tuanya. “Pagi-pagi anak bapak udah ganteng begini mau kemana?” tanya ayah Pandu. Ibu Pandu mengatakan, “Bapak gimana sih, anak kita gantengnya bukan cuma pagi aja pak tapi setiap saat.” “Oh iya-iya. Ibu benar, anak kita ini emang ganteng. Siapa dulu dong bapaknya,” ucap Ayah Pandu. “Tapi mukanya lebih mirip ibu ah pak,” ucap Ibu Pandu. “Jelas-jelas Pandu mukanya mirip bapak,” ucap Ayah Pandu. Pandu melerai pembicaraan kedua orang tuanya, “Bapak, Ibu, kenapa jadi pada debat sih. Intinya  Pandu itu mirip bapak dan ibu, titik.” “Ngomong-ngomong kamu mau kemana Du?” tanya Ayahnya. “Pandu mau nyari kerjaan Pak,” jawab Pandu. “Nyari kerjaan apa?” tanya Ayahnya. “Apa aja pak yang penting halal,” ucap Pandu. “Memangnya pekerjaan kamu yang sekarang kenapa Du sampai-sampai mau nyari kerjaan baru?” tanya Ibunya. “Pandu udah mulai sepi orderan furniture Bu,” ucap Pandu. “Meskipun sepi kan yang penting ada. Lagian kamu kan belum berkeluarga jadi kamu gak perlu sampai sekeras itu nyari uang. Ibu kasihan kalau melihat kamu kelelahan apalagi kalau sampai kamu kerja diluar,” ucap Ibunya. Pandu mengatakan, “Bu, meskipun sekarang aku belum berkeluarga tapi suatu saat nanti kan aku juga pengen berkeluarga. Aku gak bisa kayak gini terus apalagi bertahan dengan penghasilan yang tidak tetap. Aku butuh uang untuk menabung, butuh uang untuk modal bisnis, dan butuh uang untuk persiapan masa depan kelak.” “Apa yang Pandu katakan itu ada benarnya Bu. Pandu kan laki-laki, jadi dia harus pintar-pintar mencari uang. Hal ini karena suatu saat nanti Pandu akan menjadi kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah. Pandu berkewajiban menghidup anak dan istrinya. Kalau dia gak mulai belajar nyari uang dari sekarang, terus mau nunggu sampai kapan? Pandu bukan remaja lagi Bu. Pandu sekarang sudah menjadi pria dewasa yang memang seharusnya berpikiran seperti itu,” ucap Ayahnya. “Tapi pak, selama Pandu bisa menghasilkan uang dari mengerjakan furniture, ya kenapa harus nyari kerjaan lain? Toh masih ada yang pesen furniture seperti kursi dan meja ke Pandu,” ucap Ibunya. “Ada tapi jarang bu. Palingan sebulan cuma ada satu atau dua orang yang pesan furniture sama aku. Dengan jumlah orderan yang sedikit, otomatis penghasilanku juga sedikit. Sedangkan aku pengen ngumpulin uang yang banyak untuk bangun bisnis yang besar,” ucap Pandu. “Kalau aku gak kerja, aku dapat uang dari mana? Kalau cuma ngandelin orderan furniture ya apa yang aku mau bakal lama terwujudnya,” imbuhnya. “Udahlah Bu. Biarin aja Pandu melakukan apa yang dia mau selama itu baik buat dia,” ucap Ayahnya. Meskipun sudah sedewasa ini, tetapi Ibunya sangat mengkhawatirkan Pandu. Hal ini karena Ibunya tak mau kehilangan Pandu seperti ia kehilangan Viko. Oleh karena itu, rasanya berat jika harus membiarkan Pandu sering beraktivitas diluar rumah. Ibunya khawatir kejadian buruk akan menimpa Pandu. “Iya pak, Ibu tahu. Ibu pasti akan mendukung apapun yang terbaik untuk Pandu. Tapi jujur Ibu khawatir kalau jauh-jauh dari Pandu. Ibu takut akan kehilangan Pandu seperti ibu kehilangan Viko,” ucap Ibunya. Pandu meyakinkan Ibunya, “Ibu gak perlu khawatir. InsyaAllah aku akan baik-baik aja. Selama aku keluar rumah untuk mengerjakan yang baik dan ibu mengiringiku dengan doa, Allah pasti akan melindungiku.” “Bu, kita harus selalu berpikir positif dan memperbanyak doa kepada Allah. Sebaiknya kita harus selalu berdoa yang baik-baik dan hindari pikiran-pikiran negatif yang muncul di kepala kita. Karena kita gak akan hidup tenang selama masih dihantui oleh pikiran negatif,” ucap Ayahnya. Ibunya memeluk Pandu, “Ya sudah. Ibu mengizinkan kamu untuk mencari pekerjaan tapi kamu harus tetap berhati-hati dimanapun kamu berada ya.” “Pasti bu. Aku minta doanya ya,” ucap Pandu. “Tanpa kamu minta, ibu pasti akan mendoakan kamu. Ibu akan selalu mendoakan kamu supaya kamu sehat, rejekinya lancar, dan dihindarkan dari segala marabahaya. Doa ibu akan selalu mengiringi setiap langkahmu,” ucap Ibunya. “Makasih doanya ya bu,” ucap Pandu. Setelah dipeluk Ibunya, sekarang Pandu memeluk ayahnya, “Pak, aku juga minta doanya sama bapak ya. Doakan semoga aku dapat pekerjaan.” “Iya, bapak pasti mendoakan kamu. Semangat ya nak!” ucap ayahnya. Setelah memohon doa restu pada kedua orang tuanya, Pandu kemudian berpamitan dan berangkat mencari pekerjaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN