Jangan Menjodohkan Aku

1275 Kata
Viko mengajak Zoya ke warung bakso yang tak jauh dari rumahnya. Zoya menolak karena ia sama sekali tidak membawa uang. Namun, rupanya Viko ingin mentraktir Zoya. “Kok berhenti di warung bakso sih vik? Jangan kesini deh aku lagi gak bawa uang sama sekali nih,” tanya Zoya. “Udah santai aja, kali ini aku yang bayar,” ucap Viko. Viko dan Zoya pun memilih tempat duduk di warung itu. Kemudian mereka memesan dua mangkuk bakso dan dua es teh. Namun, Zoya heran darimana Viko memiliki uang untuk mentraktir makan dirinya. Selama ini Viko jarang sekali mendapatkan uang saku. Uang yang diberikan orang tuanya hanya cukup untuk membeli bensin, membayar buku, dan sekolah. Viko dan Zoya menikmati bakso mereka sembari minum es teh. Meskipun sederhana tetapi rasanya akan sangat nikmat ketika disantap bersama orang yang disukai. “Kamu kan sering traktir aku. Sekarang giliran aku yang traktir kamu. Tapi maaf ya aku baru bisa beliin kamu bakso,” ucap Viko. “Gak apa-apa kok vik. Aku gak pernah minta sesuatu dari kamu tapi kalau kamu ngasih, aku pasti gak bakal nolak kok,” ucap Zoya. “Oh iya vik, kamu dapat uang dari mana ya? Maaf aku cuma ingin tahu dan bukan maksud aku untuk nyinggung kamu,” ucap Zoya. “Tenang aja Zoy, uangku itu uang halal kok. Aku punya uang dari hasil kerja kerasku,” ucap Viko. “Kerja keras? jadi selama ini kamu bekerja?” tanya Zoya. “Enggak, bukan itu maksudku. Selama minggu ini, aku beberapa kali ikut lomba dan aku selalu menang. Meskipun hadiahnya gak seberapa tapi setidaknya cukuplah buat uang saku aku,” ucap Viko. Zoya masih penasaran lomba apa yang Viko ikuti. Zoya ingin bertanya tetapi sudah lebih dulu dicegat oleh Viko. “Zoy, ada yang mau aku omongin sama kamu,” ucap Viko. “Ngomong aja vik, biasanya juga gitu kan,” ucap Zoya. Viko mengeluarkan sebuah box berisi kalung bertuliskan dua inisial yakni Viko dan Zoya yakni V dan Z. Setelah sekian lama dipendam, akhirnya Viko memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya. Rupanya Viko memiliki rasa pada Zoya, begitu juga dengan Zoya. Viko memberikan box berisi kalung inisial tersebut “Zoy, kita kan udah temenan dari SMP. Sejak saat itu, aku udah suka sama kamu bahkan aku minta orang tuaku memasukkan ke sekolah yang sama dengan kamu. Semua itu aku lakukan karena aku ingin selalu ketemu kamu,” ucap Viko. “Kamu mau gak jadi pacar aku,” ucap Viko blak-blakan. Zoya tidak menyangka ternyata Viko menyukainya. Sebenarnya, Zoya juga memiliki rasa yang sama tetapi tidak berani mengatakannya. Zoya hanya bisa menunggu sampai Viko mengatakannya dan kini Viko benar-benar mengutarakan perasaannya bahkan memberikannya hadiah. “Ya ampun Vik, aku gak nyangka kamu seniat ini,” ucap Zoya menerima kalung itu. “Kamu mau kan jadi pacar aku?” tanya Viko dan Zoya menganggukkan kepala Viko senang dan memeluk Zoya. Keduanya tampak bahagia dan tak menghiraukan para pengunjung disana. Setelah itu, Viko membantu Zoya memakaikan kalung di lehernya. Selayaknya remaja pada umumnya, Zoya sangat senang karena hari ini adalah hari jadian mereka dan mereka resmi pacaran. ***** Karena waktu sudah sore, Viko mengantarkan Zoya pulang. Namun, Viko hanya berani mengantarkan Zoya sampai gang dekat rumahnya karena Viko minder untuk sampai ke depan atau bahkan mampir ke rumahnya. Zoya berkali-kali mengatakan jika itu tidak menjadi masalah tetapi Viko masih saja menolak. “Maaf ya Zoy, aku cuma bisa nganterin kamu sampai sini,” ucap Viko. “Kamu gak mau mampir dulu Vik?” tanya Zoya. “Kapan-kapan ya Zoy hehe,” jawab Viko. “Kapan-kapan itu kapan vik? Kamu selalu bilang main ke rumahku kapan-kapan, padahal aku kan sering main ke rumah kamu. Gantian dong kamu main ke rumahku,” ucap Zoya. “Bukan aku gak mau Zoy tapi aku ngerasa gak pantes aja nginjek rumah kamu. Aku takut keluarga kamu terganggu karena kehadiran aku. Aku cuma orang miskin, gak sejajar sama kamu,” ucap Viko. “Kenapa sih Vik kamu selalu ngerendahin diri kamu sendiri. Kita itu sama-sama manusia ciptaan Tuhan. Tidak ada yang membedakan kita, mau kaya atau miskin itu sama aja,” ucap Zoya. “Iya-iya. Aku janji suatu saat nanti aku pasti main ke rumah kamu,” ucap Viko. “Aku balik dulu ya. Udah sore soalnya,” ucap Viko pada Zoya. “Hati-hati ya,” ucap Zoya. ***** Zoya melihat ponselnya dan ternyata kakak-kakaknya sudah menelponnya berkali-kali tetapi tidak diangkat olehnya. Zoya selalu mematikan bunyi dering di ponselnya, sehingga ia tidak mendengar jika ada panggilan masuk. “Waduh, 287 panggilan tidak terjawab dan 399 pesan masuk. Kakak-kakakku kalau khawatir sampai segitunya ya, spam gak habis-habis,” ucap Zoya berlari ke rumahnya. Zoya berlari sekencang-kencangnya agar cepat sampai rumah. Sesampainya di rumah, kakak-kakaknya sudah menunggu di depan rumah. “Darimana aja kamu? Pergi dari siang, jam segini baru pulang,” tanya Cinka. “Dari rumah temen kak. Lagian Zoya kan cuma pergi beberapa jam saja, gak perlu semarah itu kali. Apalagi sampai ngespam hape aku sebanyak ini,” ucap Zoya sambil menunjukkan ponselnya. “Kita itu khawatir sama kamu. Makannya kita telponin kamu karena di chat gak kamu balas,” ucap Olivia. “Hape Zoya gak ada suaranya, sengaja Zoya matiin deringnya. Jadi Zoya gak tahu kalau ada telpon,” ucap Zoya.  “Ya udah sana mandi,” ucap Cinka. ***** Beberapa hari kemudian, Olivia dan Damar membawa beberapa teman pria mereka untuk bertemu Cinka. Setidaknya ada 5 pria tampan dan kaya yang dipilih Olivia untuk mengenal Cinka. Belum sempat Olivia mengenalkannya pada Cinka, Cinka langsung mengusir semua pria itu. “Kalian tunggu sebentar ya. Aku panggilkan kakakku dulu,” ucap Olivia. Setiap hari minggu ini, Cinka lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Sayangnya, Cinka tidak mengetahui bahwa hari ini Olivia akan membawa beberapa pria untuk dipilih Cinka. Olivia mengajak Cinka ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, Cinka kesal karena ada  beberapa pria disana. Cinka sudah menduga jika Olivia berniat menjodohkannya dengan salah satu pria yang ia bawa. Karena Cinka sudah mengetahuinya, maka Cinka langsung mengusir semua pria itu dan meminta mereka untuk tidak datang lagi. “Olivia, Olivia, kamu pikir aku gak tahu apa tujuan kamu,” ucap Cinka. “Kak, kakak jangan salah paham dulu. Aku cuma mau ngenalin mereka ke kakak kok. Siapa tahu salah satu dari mereka bisa bikin kakak nyaman,” ucap Olivia. “Nah kan, aku udah paham apa maksud kamu,” ucap Cinka. “Semuanya aku minta kalian keluar dari rumah aku dan jangan pernah datang lagi karena aku sedang tidak mencari pasangan. Sekian dan Terima kasih” ucap Cinka lalu kembali ke kamarnya. “Duh, kak Cinka jangan pergi dulu dong,” ucap Olivia pada Cinka yang sudah buru-buru kembali ke kamarnya. Mendengar ucapan Cinka, semua pria yang Olivia dan Damar bawa juga ikut pergi. Olivia sudah berusaha menahannya tetapi mereka tak peduli dan terlanjur sakit hati dengan ucapan Cinka. “Kalian mau kemana bro? Jangan buru-buru, santai aja,” ucap Damar pada para itu. “Lo gimana sih Mar? Katanya mau ngenalin cewek cantik tapi mana?”  ucap teman Damar. “Tadinya gue mau ngenalin elo sama kakak pacar gue bro tapi ternyata dia gak mau, gimana dong? Kan gue gak bisa maksa juga,” ucap Damar. “Lo bener-bener buang waktu gue Liv. Jauh-jauh gue datang dari Bandung buat ketemu kakak lo tapi sikap kakak lo malah kayak gitu. Gak ngehargai banget” ucap teman Olivia. “Sorry gue juga gak tahu kalau kejadiannya bakal kayak gini,” ucap Olivia. “Udahlah, mending gue pergi aja. Buang-buang waktu gue aja lo,” ucap teman Olivia lalu pergi, diikuti oleh 4 pria lainnya.   “Eh..eh.. tunggu dulu, jangan pergi dulu,” ucap Olivia berusaha menahan mereka.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN