Biarkan Aja

1134 Kata
Karena waktu sudah sore, Zoya bergegas pergi menuju kamar mandi. Namun, kedua kakaknya menghalanginya. Olivia dan Sarah ingin Zoya berhenti mendekatkan Pandu dan Cinka. Hal ini karena mereka tidak mau melihat Cinka berpacaran atau bahkan sampai menikah dengan Pandu. “Mau kemana kamu?” tanya Sarah menarik tangan Zoya. “Ya mau mandi lah. Udah sore tahu,” ucap Zoya. “Sekarang kamu ceritain apa tujuan Pandu ketemu kak Cinka tadi? dan apa yang Pandu omongin sama kak Cinka” ucap Olivia. “Aku gak tahu kak,” ucap Zoya. “Masa kamu gak tahu sih? Kan kamu yang nganterin Pandu ketemu kak Cinka,” ucap Olivia. “Aku kan cuma nganterin aja bukan ikut ngobrol sama mereka. Tadi pas sampai di kantor, aku nyuruh bang Pandu ngomong sama kak Cinka diruangannya dan aku tunggu di luar. Jadi aku gak tahu apa yang mereka bicarakan. Emangnya kenapa sih kak?” tanya Zoya. “Mulai sekarang kita mau kamu berhenti nyomblangin kak Cinka sama Pandu!” ucap Sarah. “Siapa juga yang nyomblangin bang Pandu sama kak Cinka. Lagian kalau mereka saling suka itu bukan karena aku tapi karena diri mereka sendiri,” ucap Zoya. “Jadi kak Cinka sama Pandu sama-sama suka?” tanya Olivia. “Ya nggak tau juga. Aku kan cuma asal ngomong aja siapa tahu mereka saling suka,” ucap Zoya. “Gak boleh! Kak Cinka gak boleh suka sama Pandu, begitu sebaliknya. Mereka itu bagaikan bumi dan langit, jadi mereka gak cocok. Kak Cinka terlalu batu berlian buat Pandu yang cuma batu kerikil,” ucap Olivia. “Ihhh. kak Oliv jahat banget sih ngomongnya. Kak, kita diciptakan Tuhan dengan derajat yang sama. Kakak gak boleh membeda-bedakan orang hanya karena dia bukan orang kaya,” ucap Zoya. “Kamu anak kecil tau apa sih? Kakak yang lebih tahu daripada kamu!” ucap Olivia. Zoya mengatakan, “Aku udah lama gak lihat kak Cinka tersenyum dan sebahagia tadi. Aku gak tahu apa yang bang Pandu lakukan sampai-sampai membuat kak Cinka terlihat begitu bahagia setelah bertemu dengannya. Kalau bang Pandu bisa bikin kak Cinka bahagia, kenapa enggak? Sebagai adik, kita harus mendukung apa yang terbaik buat kak Cinka.” “Aku tahu mungkin bang Pandu tidak sepadan dengan keluarga dan pekerjaannya juga belum mapan seperti kak Cinka, tapi bang Pandu itu sangat baik kak. Aku udah lama kenal bang Pandu dan aku tahu gimana bang Pandu. Almarhum Viko juga sering menceritakan bagaimana baiknya bang Pandu,” imbuhnya. “Kakak gak peduli tentang itu, yang kakak pedulikan dia berhenti mendekati kak Cinka. Seharusnya dia berkaca dia itu siapa dan kak Cinka itu siapa. Kakak gak akan membiarkan kak Cinka pacaran atau bahkan nikah sama laki-laki kere kayak dia!” ucap Olivia. “Kakak gimana sih? Katanya kakak pengen kak Cinka deket sama laki-laki dan pengen juga kak Cinka cepet nikah. Seharusnya kakak dukung dong kedekatan bang Pandu sama kak Cinka. Siapa tahu mereka berjodoh dan menikah. Nah kalau mereka udah nikah kan kak Oliv sama kak Sarah juga bisa menikah sama pasangan kalian masing-masing,” ucap Zoya. “Emang susah ya ngomong sama anak kecil, gak ngerti-ngerti juga. Dulu kak Cinka udah beberapa kali dikhianati dan dimanfaatkan oleh lelaki miskin. Karena itu, kita berdua gak mau kak Cinka dekat sama Pandu. Kita khawatir kalau kak Cinka jadian sama Pandu, kak Cinka bakal mengalami apa yang pernah dialami dulu. Kita emang pengen kak Cinka cepet nikah tapi bukan berarti kita membiarkan kak Cinka memilih pasangan yang salah,” ucap Sarah. “Terserah deh. Aku netral aja. Aku gak mendukung kak Cinka sama bang Pandu tapi aku juga gak melarang bang Pandu sama kak Cinka. Aku cuma mendukung apa menurut kak Cinka itu yang terbaik buat dia. Udah ya, sekarang lepasin aku!” ucap Zoya melepaskan tangannya dari Sarah. Di Ruang Makan Seperti biasa, Cinka makan malam bersama adik-adiknya. Namun, ada yang aneh pada adik-adiknya malam ini. Ketiga adiknya hanya diam sambil memakan makanannya padahal biasanya mereka sering mengobrol sambil makan di ruang makan. Hal ini membuat Cinka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. “Kalian kenapa sih?” tanya Cinka. “Emangnya kenapa kak? Kita biasa aja kok,” ucap Olivia. “Biasanya kalian suka ngobrol pas sarapan atau makan malam tapi kok sekarang enggak. Kalian cuma diem aja gak kayak biasanya,” ucap Cinka. “Aku lagi sariawan kak makannya males ngomong apalagi kalau ngomong sama kak Oliv dan kak Sarah,” ucap Zoya. “Lah, kenapa jadi bawa-bawa kita berdua?” tanya Sarah. “Ya kakak pikir aja sendiri,” ucap Zoya kemudian pergi ke kamarnya. Mendengar itu, Cinka curiga bahwa ada yang tidak beres dengan mereka bertiga. Cinka meminta Sarah dan Olivia jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Sarah dan Olivia tetap tidak memberitahukan kepada Cinka. “Sarah, kamu apain adik kamu?” tanya Cinka. “Kok aku sih kak? Aku gak ngapain-ngapain Zoya,” ucap Sarah. “Kalau emang gak ngapa-ngapain Zoya terus kenapa dia ngomong kayak gitu,” ucap Cinka. “Ya mana aku tahu kak. Siapa tahu dia lagi PMS makannya sensitif,” ucap Sarah. Olivia bertanya pada Cinka, “Ngomong-ngomong tadi Pandu ketemu kak Cinka ngapain?” “Kenapa kamu tiba-tiba nanya itu?” tanya Cinka. “Soalnya tadi siang kan aku lihat Pandu kesini mau ketemu kakak. Aku penasaran aja dia mau ngapain ketemu kakak,” ucap Olivia. “Dia ketemu kakak cuma mau minta maaf karena masalah kemarin. Jadi dia kenal sama pemilik toko tas kemarin dan dia merasa gak enak sama kita. Makannya dia datang dan meminta maaf atas perlakuan pemilik toko tas itu sama kita,” ucap Cinka. “Terus setelah itu bahas apa kak?” tanya Sarah. “Kita bahas banyak hal dan ternyata si Pandu pengetahuannya sangat luas. Dia cerdas dan berwawasan luas, sehingga obrolan kita nyambung. Anehnya meskipun aku belum lama kenal sama Pandu tapi aku merasa kayak udah kenal lama sama Pandu,” ucap Cinka. “Hati-hati kak Pandu itu cuma modus sama kakak. Dia deketin kakak karena dia pengen manfaatin kakak. Inget sama kejadian yang udah-udah kak,” ucap Sarah. “Kamu jangan suudzon gitu dong. Pandu orangnya baik kok dan aku yakin Pandu gak mungkin punya niat seburuk itu sama aku. Apa yang udah berlalu ya udah, sekarang aku mau membuka hati lagi. Aku menerima siapapun yang ingin dekat sama aku terlepas dari siapa dia dan bagaimana keluarganya. Aku gak peduli dia mau miskin atau kaya, ganteng atau jelek, yang penting dia bisa bikin aku nyaman. Dan yang paling penting dia orang yang baik,” ucap Cinka. “Percuma ganteng kalau miskin,” ucap Sarah. “Kamu nyindir Pandu?” tanya Cinka. “Enggak Lah. Aku cuma ngomong aja kak. Kakak gak perlu tersinggung kayak gitu lagian dia kan juga bukan siapa-siapa kakak,” ucap Sarah. Cinka mengatakan, “Siapa juga yang tersinggung, kakak kan cuma nanya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN