Bab 2. Mencoba Mendekat

1489 Kata
Sebelum lulus kuliah, Karina sudah bekerja paruh waktu di perusahaan tempatnya bekerja sebagai administrasi junior. Karena kecerdasan dan kegigihannya, setelah lulus skripsi ia langsung diterima sebagai karyawan tetap di divisi Finance yang memegang bagian pelaporan pajak. Dalam waktu 3 tahun saja, Karina naik jabatan sebanyak 4 kali. Dan disinilah dirinya sekarang sebagai seorang manajer keuangan yang mempunyai ruangannya sendiri. Betapa bersyukur dirinya bisa mencapai prestasinya sampai tahap sekarang. Suara seseorang sedang mengetuk pintu terdengar, Karina sangat tahu dengan nada ketukan tersebut. "Masuk Lena." Sambil tersenyum tetap fokus dengan laporan yang harus ia selesaikan sebelum sore. Lena masuk sambil membawa setumpuk laporan dengan senyuman khasnya. "Bu, Tolong periksa dan setujui transferan untuk gaji staff kita 3 hari lagi, Bu. Setelah Ibu setuju dan CEO tandatangani, maka pihak bank akan mentransfer ke seluruh staff kita." Karina mengambilnya dan melihat kembali rincian daftar dengan sekilas, pertama kali dirinya melihat sebuah rahasia perusahaan setelah ia naik pangkat menjadi manajer minggu lalu.. Ada yang menarik perhatiannya di akhir lembar laporan, satu jumlah fantastis yang membuat keningnya mengerut dan mulut menganga. ‘Wow ini 30x lipat lebih dari gajiku sekarang.’ Dalam hati Karina bergumam terperanjat melihat deretan angka nol dibelakang angka tersebut. Anehnya, tidak ada nama jelas yang terlampir hanya bertuliskan Pak Damian, nama yang sama dengan nama perusahaan merek dan tulisan jabatan CEO. Tidak dijelaskan nama asli dari CEO pemilik perusahaan ini. Sedangkan di gedung ini hanya terpajang foto pendiri dari PT.Damian yang katanya adalah ayah dari CEO sekarang. "Kamu pernah lihat wajah CEO kita ngak, Len?" Tanya Karisa untuk menuangkan rasa penasarannya. "Kami juga tidak tahu, Bu, biasanya setelah Manajer selesai tandatangan, berkas ini di bawa OB ke ruang CEO di penthouse atas dan yang menerimanya selalu asisten Pak CEO.. Semua karyawan tidak pernah melihat rupa CEO kita. Katanya si dia masih muda, baru berumur 30 tahun, dan sangat tegas serta mempunyai banyak perusahaan selain di sini, kalo lihat asistennya si ganteng gagah banget, mungkin CEO kita lebih keren lagi, namanya asistennya Pak Leon." Lena bercerita sembari membayangkan hal yang ambigu tidak jelas membayangkan seperti apa rupa CEO mereka. "Hemm." “Aku rasa CEO kita pasti ganteng, Buk. Foto ayahnya saja di gedung ini cakep banget walaupun tampangnya tua, apalagi anaknya. Aku ngebayangi matanya biru bule turunan Pak Darian Damian, badannya macam binaraga yang lekukannya sempurna. Pasti idola perempuan deh.” Karina sendiri hanya bergumam kembali sambil membayangkan seperti apa CEO mereka sesuai imajinasi Lena, namun gumammanya sendiri mempunyai pikiran lain, ia berpikir pasti super sibuk orang ini dengan beberapa perusahaan di dalam kendalinya. Apalagi perusahaan mereka memang induk dari perusahaan lainnya. ‘Wajah almarhum Pak Damian seperti seseorang yang pernah ku kenal, tapi dimana yah?’ Gumam Karina melamun. Lena yang kebetulan memang dekat dengan Karina sebelum naik jabatan, mengubah mode santai untuk bergosip sejenak. "Tapi, aku denger rumor yang beredar, kalo CEO kita itu seperti mafia, Bu." Ucapan Lena spontan mengundang tawa geli Karisa mendengar celotehan Lena yang dirasanya tidak masuk akal. "Mana ada mafia hari gini, Lena. Ini bukan film gangster atau film aksion lah. Kita ini orang kantoran, kerjaannya itu ketemu laptop sama kertas dan kalkulator, bukan pemain film. Ada-ada saja kamu nih berkhayalnya ketinggian." Masih terkekeh meledek Lena. Lena menonjolkan barisan gigi rapinya menunjukkan cengiran senyumannya karena sadar sudah berkata konyol. “Kebanyakan nonton drakor nih aku, Buk. Andai saja Bu Karina pemeran utamanya pasti romantis deh jadi pasangan mafia bucin.” “Ngaco kamu, udah balik tempat kerja lagi. Nanti kita kena SP gara-gara ngobrol di jam kerja.” Tumpukkan pekerjaan membuat waktu begitu cepat berlalu, sudah jam 4 sore. Karina yang mempunyai janji untuk berkencan malam ini ingin segera menyudahi pekerjaannya. Ia membereskan dokumen dimejanya dan bergegas meninggalkan ruangannya menuju ruangan General Manajer untuk memberikan laporan sore ini juga. Sebelum meninggalkan kantor, Karina diberitahu untuk hadir tepat pukul 8 di kantor karena perwakilan CEO menginginkan laporan keuangan langsung dengan dirinya. Dengan berat hati Karina menyetujuinya. Pagi itu, Karina yang sudah hadir 10 menit sebelum jam 8 menunggu dengan laporan keuangan yang ia bawa. Meeting diadakan di lantai ruang CEO berada. 15 menit melewati pukul 8, wakil CEO masih belum terlihat kehadirannya. Sekretaris mengatakan kalau meeting mungkin digantikan dengan anak buah wakil CEO mereka. Tentu saja hal ini membuat Karina merasa geram. Apa bedanya ia melaporkan keuangan perusahaan dengan General Manager selaku atasan langsungnya dengan perwakilan dari wakil CEO di perusahaan ini, seakan sedang mempermainkan dirinya. Apalagi dirinya harus datang 1 jam lebih awal dari karyawan lainnya. Sungguh menyebalkan rutuj dalam hati Karina menahan geram. ‘Kalau bukan bawa nama CEO, udah males gua datang pagi-pagi gini. Pake acara gonta-ganti orang pula. Nyebelin banget! Lihat aja tuh perwakilan bakalan gua protes dari dia hadir, seenaknya nyuruh orang tapi ngak konsisten!’ Pintu ruang meeting terbuka, tanpa melihat siapa yang datang, Karina melihat ke jam tangannya dengan wajah kesal. “Sudah terlambat 25 mennit. Seharusnya waktu saya tidak terbuang menunggu an…” Gerutuan Karina terhenti ketika ia mendongak untuk melihat. Awalnya Karina ingin memberikan tatapan mengerikan tanda protes kesalnya menunggu. Nyatanya Karina dibuat terdiam, hanya matanya membulat dengan mulut sedikit menganga, juga jantungnya yang irama tempo jantungnya yang semakin meningkat walaupun tidak terlihat. “Kamu!” Pria dihadapannya masih berdiri di depan pintu tanpa menyapa ataupun mengucapkan maaf karena keterlambatannya. ‘Astaga! Ternyata cowok suombong, arogan plus angkuh dan bisu itu perwakilan CEO. Kenapa juga mesti ketemu dia lagi sih!’ Protes Karina di dalam pikirannya sendiri. ‘Cakep sih, tapi kalau dingin kaku kayak gini sih minus banget deh. Lagian masa sih orang bisu disuruh meeting sama gua, kan gua kagak ngerti bahasa isyarat.’ Pria itu mengulurkan tangannya memberi tanda pada Karisa untuk mempersilahkan duduk. Karina masih terlihat kesal, ketika pria itu duduk di sebelah Karina maka Karina pun ikut duduk. Pikirannya ia ingin ini semua cepat selesai. Karina membuka lembar laporan keuangan yang sudah ia persiapkan sesuai arahan perintah sore kemarin. “Ini laporan keuangan untuk bulan kemarin dengan margin keuntungan perusahaan. Saya juga sudah membuat perbandingan laporan bulan yang sama dengan margin tahun lalu. Kenaikan sebesar 12% dari tahun lalu, sedangkan jika dibandingan bulan lalu keuntungan perusahaan naik sebesar 0,6%.” Pria tersebut hanya mengangguk sambil menatapa Karina. Sikapnya itu membuat Karina menjadi salah tingkah dan malu sendiri namun ia berusaha professional dan tidak menghiraukannya. “Selanjutnya untuk laporan pemasukan perusahaan, karena peningkatan keuntungan sudah dipastikan pemasukan perusahaan bertambah dari sektor entrepreneur sebagai ladang terbesar perusahaan.” Pria di samping Karina masih terus menatap dirinya, kali ini semakin jelas dan berani tanpa mempedulikan penjelasan Karina. Sikap pria tersebut memicu emosi Karina. “Maaf yah, kamu itu kan perwakilan dari wakil CEO. Saya rasa level kita sama. Dan sejak kemarin kamu itu tidak menunjukkan kalau kamu bisa bicara. Apa kamu bisu? Karena saya tidak bisa berbahasa isyarat untuk menjelaskan laporan ini sama kamu. Apa baiknya kita sudahi saja dan saya kirim ke email supaya kamu bisa baca sendiri?” Bukannya menjawab, Brahm malah menampilkan senyum tipisnya. Bukannya senang, Karisa justru semakin sebal karena merasa dipermainkan. ‘Oke, cukup sudah. Gua capek dipermainin sama cowok sok kegantengan ini.’ Geram Karina dalam hatinya. Dengan cepat Karina menutup laporan keuangannya dan berdiri. “Saya rasa cukup usaha saya menjelaskan laporan pagi ini. Pekerjaan saya cukup banyak dan sibuk, tidak Cuma mengurusi anda yang mmpp-“ Gerutuan Karisa terhenti karena bibirnya dilumat oleh Brahm, membuat Karina terkesiap dengan mata membola dengan tindakan Brahm. Kedua tangannya tidak dapat melawan, karena Brahm mengunci dengan lengannya. Sedangkan tangan lain menahan tengkuk Karina. lumatan dan gigitan di bibirnya membuat Karina mau tidak mau membuka mulutnya dan Brahm berhasil menjelajahi bibir yang sedari tadi menggodanya dengan omelan yang dirasa sungguh menggemaskan. Jantung Karisa berdetak kencang, pikirannya seperti melayang, terasa nyaman. Namun Karina mengenyahkan pikiran nikmat itu berusaha tidak hanyut terbawa andrenalin dari otaknya yang dirasa sudah tidak berfungsi dengan baik. Sampai Karina menghentakkan kakinya karena kesulitan bernafas, barulah Brahm melepaskan tautan bibir mereka. Deru nafas keduanya saling bersahutan dengan mata saling memandang. ‘Tatapan itu..’ Tersadar dengan statusnya, Karina mendorong tubuh Brahm, sedangkan Brahm yang tidak siap dengan sikap Karina memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Setelah itu, Brahm merasakan pipinya memanas oleh tamparan tangan Karina. Matanya menyiratkan kebencian terhadap Brahm. Pria yang dipikirnya sebagai perwakilan dari wakil CEO perusahaannya. “Siapa nama kamu! Gua akan mengajukan tuntutan dengan perbuatan tidak menyenangkan. Ini pelecehan namanya!” Seru Karina menatap penuh kebencian. “Silahkan kamu laporkan kalau kamu bisa, Sayang. Setelah ini kamu akan semakin menyukai tindakan ku yang lain. Laporkan saja kalau kamu mengetahui identitasku. Si pria bisu.” “Kamu!” Mata Karina semakin melotot mendengar suara pria menyebalkan dan arogan yang sudah mencium bibirnya. “Kenapa dari tadi tidak merespon laporan yang gua kasih! Loe memang mempermainkan gua yah! Asal loe tahu, gua ini manajer keuangan di kantor ini. Loe pikir gua bakal takut sama ancaman loe barusan, gua pasti akan laporin loe ke pihak direksi!” Setelah berucap, Karina mengambil berkas dan keluar dari ruangan tersebut dengan wajah merah padam, bibir bengkak dan jantung masih berlari kencang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN