GAYA HIDUP SEHAT

1345 Kata
'Tunggu, dia tak membakar apartemenku, tapi dia memasak?' Serasa tak percaya hati Reiko. 'Memang dia bisa menggunakan alat-alat modern di dapurku?' Sesaat sebelumnya. Ketika Reiko melihat sesosok wanita di bagian apartemen yang memang ingin didatanginya untuk mengambil makanan, Reiko lebih memilih untuk diam dulu sejenak sebelum akhirnya menggeser kakinya. 'Ada baiknya aku bersembunyi dulu di sini. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan. Cukup bagus juga dia tidak membakar rumahku. Tapi apa yang dia masukkan ke microwave?' Sebetulnya dia cukup penasaran ingin melihat lebih dekat. Tapi bersembunyi dirasa Reiko akan lebih baik karena dia bisa melihat keseluruhan apa yang dilakukan oleh Aida. 'Bagaimana gadis desa seperti dia bisa menggunakan alat-alat itu tanpa ada kesalahan? Dia tidak menggunakan manual book karena memang aku tidak menaruh manual book di dapur. Dan dia juga tidak menggunakan handphonenya. Aku tak melihat dia membawa handphone. Anak ini ... banyak sekali keanehan dari dirinya sih. Selain pintar bicara dan ilmu pengetahuannya juga luas, kadang-kadang dia juga melakukan sesuatu di luar batas nalarku.' Ada rasa penasaran yang lebih besar untuk tahu apa sebetulnya yang ingin dibuat oleh wanita yang kini masih sibuk dengan alat-alat di dapurnya. 'Dia juga bisa menggunakan kompor itu, bekerjanya rapi tidak berantakan. Dan sepertinya aku terlalu meng-underestimate-kan dirinya. Boleh juga pengetahuannya.' Reiko berpikir karena rumah tempat tinggal Aida adalah sebuah rumah yang sangat sederhana sekali dia tidak akan pernah bisa mencoba menggunakan barang-barang itu di rumahnya terutama barang-barang dengan teknologi terbaru. Ini menarik untuk Reiko. Biasalah seorang pria kadang-kadang memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan nalar mereka. Dan ada lagi yang lebih menarik sekarang. 'Harum.' Sebagai manusia yang memiliki kebutuhan biologis adalah makan, wangi makanan yang dibuat oleh Aida tentu saja ini membuat perutnya yang lapar setelah aktivitas yang melelahkan agak sedikit tergoda. 'Sepertinya aku tahu apa yang dia masak. Nasi goreng kan?' Itu adalah masakan sederhana yang dibuat seseorang jika ingin memasak dalam waktu singkat menggunakan bahan-bahan sederhana saja. Tanpa bertanya pun Reiko sudah bisa menebaknya. 'Aku penasaran rasanya.' Dan senyum tipis pun muncul di bibirnya karena tanpa sengaja dia juga menelan salivanya seperti ingin mencicipi. 'Tapi bukankah dia adalah survivor kanker p******a? Bukan sebaiknya dia menghindari semua makanan yang instant, digoreng-goreng dengan minyak dan berlemak seperti itu?' Keningnya sedikit berkedut karena melihat bagaimana tidak bertanggung jawabnya Aida terhadapkesehatannya sendiri yang membuat pria itu mencibir 'Aku rasa dia sudah selesai dan aku tak perlu bersembunyi lagi.' Dengan keputusannya yang sudah dibuat, Reiko pun melangkahkan kakinya menuju lebih dekat ke dapur. "Kamu masak apa?" "Nasi goreng." 'Masih baik aku tidak memekik dan menyangka bahwa dia adalah dedemit dengan baju handuk putihnya itu. Kenapa munculnya tiba-tiba sih?' deg-degan ada juga di dalam hati Aida saat dia berbisik seperti ini, setelah menjawab refleks pertanyaan Reiko. Untung saja, Aida yang kaget tidak menjatuhkan piring yang sedang dipegangnya saat berbalik ke belakang. Matanya menatap seorang pria yang sedang melipat tangannya dan memperhatikannya. "Pantas kamu penyakitan. Gaya hidupmu tidak sehat." Tidak ada angin, tidak ada hujan, kata-kata itu nyelekit sekali di telinga Aida. "Apa Anda menyindir diri Anda sendiri Pak?" Aida tahu sindiran itu memang benar-benar nyelekit. Tapi dia tidak kehabisan ide untuk mengembalikan semuanya kepada Reiko. "Apa maksudmu? Aku adalah seseorang yang selalu memperhatikan dan menjaga kesehatanku. Dan aku tidak makan makanan yang sembarangan." Tentu saja itu membuat Reiko langsung membela diri. "Dan seharusnya kamu tak meragukan itu dengan pertanyaan bodohmu saat matamu melihat bagaimana bentuk fisikku." "Ya, ya, dengan Anda menggunakan jubah mandi seperti itu tentu saja saya tahu Anda memiliki tubuh yang kekar." Jelas Reiko tersenyum saat Aida menyindir dirinya yang memang hanya menggunakan bathrobe, dengan kerah rendah terbuka yang membuat Aida merasa mengotori matanya sendiri. Tapi dia sedang punya misi menyerang Reiko. 'Lagi pula mataku tidak dosa kan kalau aku melihat tubuhnya karena aku sudah terikat pernikahan dengannya? Aku istrinya sah secara agama,' bisik dalam hati Aida dan di saat yang bersamaan ... "Tapi coba lihat di sini." Aida yang sedikit tak peduli pun berjalan mundur sampai kakinya membawa tepat di samping kulkas. “Maaf Pak, tapi definisi sehat seperti apa yang Anda maksud tentang makanan Anda dan cara hidup Anda saya tidak bisa menemukan Itu di sini," ucap Aida dengan tutur katanya yang masih sopan bahkan dia tidak memberikan sebuah senyuman menyindir pada Reiko. Wajahnya datar saja. Hanya tangan Aida yang bergerak membuka pintu lemari pendingin itu. "Saya tidak menemukan apapun untuk dimakan. Di dalam kulkas hanya ada s**u dan keju. Daging ayam yang beku di freezer dan tidak ada makanan lain yang baik untuk kesehatan seperti sayuran maupun buah." Aida bicara seperti itu sambil menutup kulkas. "Di sini, di sini dan di sini juga kosong." Lalu Aida membuka kabinet dengan tangan kanannya di semua bagian kabinet di atas dan di bawah yang dia lewati, dengan matanya masih menatap Reiko yang tentu saja bisa melihat kalau semua isi kabinet itu kosong. "Kecuali hanya sisa beras yang saya temukan di tempat penyimpanan, tapi tidak lebih dari dua gelas. Tidak ada bumbu masakan juga selain bumbu nasi goreng instant." Dan Aida berhenti berjalan, sambil menyipitkan matanya dengan seutas senyum yang membuat hati Reiko jadi semakin tak enak. "Apakah bumbu nasi goreng instan adalah definisi makanan sehat yang Anda maksud Pak? Saya ketemu selusin bumbu nasi goreng instan. Dan ini quantity terbanyak jika dibandingkan dengan butiran beras." Padahal Aida memberikan waktu sekitar dua detik tadi sebelum melanjutkan ucapannya tapi Reiko masih tetap diam. "Jadi saya hanya mencoba memutar otak saja apa yang bisa saya makan dengan bahan seadanya ini." Aida lalu mengangkat bahunya sambil berjalan mendekat pada Reiko dan memberikan jarak sekitar satu setengah meter. "Kalau makanan yang saya dapatkan di rumah ini tidak sehat itu adalah tanggung jawab Anda," protes Aida lagi. Yang tentu saja membuat Reiko sudah tak sabaran, apalagi tangan kanan Aida diangkat olehnya sambil menunjukkan sebuah cincin yang berada di sana. 'Bener dugaanku dia seharusnya menjadi pengacara,' kesal Reiko, sehingga dia tak lagi menunda untuk bicara: "Seharusnya kamu berinisiatif untuk mencari makanan di luar yang lebih sehat." "Ah, itu benar." Aida pun mengangguk setuju. "Tadinya saya juga mau beli keluar tapi saya tak tau nomor PIN apartemen ini berapa dan saya juga belum tau beli makanan di sini di mana." Lagi-lagi Aida kembali menemukan sebuah jawaban tanpa menunggu beberapa detik selepas Reiko berdesis, dia pun langsung menjawab cepat. "Lagi pula saya di sini bukan orang yang cukup banyak uang. Anda tahu kan saya datang dari kampung dan saya bukan orang kaya? Lagi pula, sudah jelas saya tinggal di sini semua itu karena Anda yang membawa saya. Jadi biaya hidup saya termasuk makanan saya itu juga termasuk kewajiban Anda pada saya." 'Benar juga. Kenapa semua yang dia katakan padaku selalu benar? Apa dia berbakat menjadi pengacara ya?' Gadis itu sudah memutarbalikkan apapun yang diserang Reiko kepadanya. Reiko tidak bisa menyalahkan Aida karena memang dia belum berbelanja bahan makanan lagi dan selama ini biasanya dia hanya pesan online atau makan di restoran yang menyediakan makanan-makanan sehat. Jadi dia tidak tahu apa saja bahan makanan yang masih tersisa di kulkasnya. Sudah lama dia juga tidak membeli apapun. 'Tapi kenapa aku tadi menjanjikan makanan untuk Bee? Haduh, masalah.' Reiko pikir dia masih memiliki buah atau sesuatu yang masih bisa dimakan. Tapi dugaan ini salah karena memang Reiko tidak pernah mengecek rutin secara berkala. Dia ke dapur pun biasanya hanya mengambil air minum di dispenser. Akhir-akhir ini memang Reiko sangat sibuk sekali dengan project barunya. "Ehm." Inilah yang membuatnya memutar otak dan berdehem sambil berjalan mendekat pada Aida. 'Mau apa dia mendekat?' Di saat Aida sedang kebingungan apa yang mau dilakukan Reiko .. "Coba aku rasakan." 'Tidak tahu malu. Tadi mengejek kalau makanan yang aku buat ini tidak sehat. Tapi seenaknya aja dia mengambil sendok dan menyuap nasi goreng dari piringku sih?' Ilfeel sudah Aida. Nafsu makannya jadi hilang setelah apa yang dilakukan Reiko. Aida tak mengerti apa maksudnya orang itu menggunakan alat makannya dan dengan santainya menaruh lagi sendok yang sudah digunakannya di piring di saat Reiko mengunyah makanan itu. 'Apa-apaan ini? Makananku terkontaminasi dengan liurnya? Hyaaaaks.' Ingin rasanya Aida mengeluarkan sumpah serapahnya, meluapkan semua emosinya Tapi "Buatkan nasi goreng seperti ini dua piring lagi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN