Pengendara Sepeda

1557 Kata
Seperti biasa, malam ini, Reyhan, Johan, dan Alan sudah tampak sibuk berkumpul di apartemen Johan lagi, dengan televisi yang menonton mereka. Alan yang tengah menjalani hukuman membuat mereka absen ke kelab dulu. Pria itu tidak diperbolehkan pulang terlalu larut. “Baguslah. Aku bahkan sempat berpikir untuk memintamu berhenti mengejarnya saja,” balas Alan enteng, sembari tangannya yang kembali sibuk menelusup ke kemasan snack di pangkuan Reyhan. “Aku juga sempat berpikir, tapi setelah tahu jika alasannya adalah karena permintaan mommy, itu membuatku lega. Setidaknya, aku tahu jika Hale peduli, meski ... itu bukan atas keinginannya sendiri.” Alan dan Reyhan saling memandang beberapa saat. “Jadi ... apa rencanamu selanjutnya?” tanya Reyhan. Johan menoleh sekilas. “Aku akan memperbaiki hubunganku dengan Hale,” balasnya. “Hm. Yang penting jangan putus asa. Kau harus percaya jika Hale akan jatuh cinta sendiri nantinya,” timbrung Alan juga. “s****n?! Mengapa suasana kali ini terasa sangat serius?!” Johan langsung bangkit dari kemurungannya. “Kita minum saja, ya? Aku bosyaaannh!” Reyhan memutar bola mata saat menyaksikan aksi genit Johan barusan. Dua Pria ini pasti akan berbuat aneh-aneh lagi. “Tidak bisa, Bodoh! Kau mau hukumanku dibuat lebih berat lagi, ya?!” sahut Alan cepat. Tanpa memberi balasan dulu, Johan langsung berlalu pergi dan kembali dengan tiga buah botol air mineral besar di kedua tangannya. “Kita mabuk air saja. Hitung-hitung mengenang kisah konyol waktu SMP dulu,” jelasnya serius, tapi sambil terkekeh. Mungkin bukan hanya Johan saja yang menganggap kisah itu konyol. Gara-gara nekat mabuk air, mereka bertiga bahkan hampir saling tinju gara-gara berebut buang air kecil di kamar mandi. Reyhan jera. Tapi entah mengapa, ia merasa tidak pernah bisa bertahan membiarkan kedua s****n-nya itu beraksi konyol sendirian. Dirinya harus selalu ikut, betapa pun gilanya itu. “Baiklah. Aku ikut,” sahut Reyhan cepat sembari salah satu botol di tangan Johan yang ia raih. Sementara Alan, Pria itu tampak dilanda dilema. Mengingat bagaimana ia tersiksa gara-gara acara mabuk s****n itu dulu, batinnya menjerit menolak. Tapi ... mengapa ia tak pernah benar-benar bisa menolak? Mengapa godaan kedua iblis ini benar-benar sarat akan ajakan? “Baiklah. Aku juga ikut,” sahutnya pada akhirnya. Selanjutnya, ketiga Pria itu benar-benar mabuk air bersama-sama. Masuk kamar mandi secara bergiliran, atau bahkan sampai bersama-sama saja jika sudah sangat darurat. “Jam berapa sekarang ...?! Aku harus mengirimkan pesan selama malam untuk Hale-ku ...!” Johan berteriak lemah. Hm. Masiiiiiiih saja sempat-sempatnya! ▪▪▪ “BANGUN, KAK REY! BANGUN!” “AYAH? BUNDA?! ASTAGA, KAK REY?! BANGUN, KAK!” “AKU BISA TELAT KE SEKOLAH, TAHU!” “INI SUDAH PUKUL SETENGAH 7, KAK REY!” “ASTAGA, KAK REYYHA-mmmppph!” Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Reyhan mengedarkan pandangannya ke sekitar setelah selesai membekap mulut Sella. Meski teriakan yang sebelumnya masih samar-samar, tetap saja yang terakhir itu tak lagi bisa ia elakkan. Demi apa pun, seluruh t*i di dalam telinganya hampir saja keluar tanpa harus direncanakan. “Kau bisa membuat Kakak tuli, tahu!” ujarnya kesal. “Habisnya sudah pukul setengah 7, Kak! Aku bisa telat ke seko-" Tanpa menunggu Sella selesai berbicara, Reyhan langsung berlari terbirit-b***t masuk ke kamar mandi. Bahkan, hanya memakan waktu beberapa menit saja, Pria itu tampak selesai dan muncul dari balik pintu. Sella terkekeh, lalu selanjutnya juga ikut berlari keluar dari kamar Reyhan, dan memutuskan untuk menunggu di bawah saja. Sementara Reyhan sibuk berpakaian, ponselnya bergetar. Ia lekas menggeser ikon telepon tanpa niat melirik label kontak lebih dulu, kemudian langsung melekatkannya di kuping sebelah kiri. “Halo? Kau akan menjemputku, kan?” Suara Alan terdengar dari seberang. “Tidak bisa. Minta jemput dengan Johan dulu. Aku kesiangan.” “Ya, sudah, b******k. Bye.” Setelah selesai berpakaian, Reyhan bergegas turun ke lantai satu, kemudian ikut bergabung menyantap sarapan bersama tiga anggota keluarga lainnya. “Reyhan, Reyhan. Bunda benar-benar pusing melihatmu,” ujar Lavina sembari menuangkan s**u untuk Reyhan. “Minum obat, Bunda. Biar pusingnya bisa hilang,” balas Reyhan di sela-sela aktivitasku makannya. Abrisam berdehem. “Kau itu sudah kelas 3, Rey. Kurangi kebiasaan burukmu.” “Ayah tidak mengatakan agar kau menjauhi Johan dan Alan, tapi setidaknya ..., kau bisa memisahkan diri dan buktikan bahwa mereka tidaklah membawa pengaruh buruk untuk dirimu.” Setelah meneguk segelas s**u tadi hingga tandas, Reyhan bangkit berdiri. “Aku sudah dewasa, Ayah. Kepercayaan dan kebebasan yang kalian berikan tidak akan kusalahgunakan,” balasnya datar. Setelah selesai berpamitan, Reyhan menuntun Sella hingga tiba di mobil. Perlahan, kakinya menginjak pedal gas, hingga mobil melaju meninggalkan pelataran rumah keluarga Alejandra. “Kak? Hari ini, tidak perlu menjemputku lagi, ya?” Sella memecah hening. “Apa?” Reyhan menoleh sekilas. “Kau tidak sedang berpacaran dengan Julian itu, kan?” selidiknya. “Ish, tidak, Kak! Kita hanya teman, kok,” bantah Sella cepat. “Lagi pula ... dia orang miskin. Tidak akan ada yang mau merestui,” lanjutnya. Reyhan tak lagi menanggapi. Setelah beberapa lama mobilnya melaju, ia lalu mulai menepikan tepat di depan gerbang sekolah Sella. Gadis itu meraih punggung tangannya cepat. “Jangan pulang terlalu petang, ya,” ujar Reyhan. Sella mengangguk sembari bergegas keluar dari mobil. “Iya, Kak. Hati-hati, ya!” Setelah sosok Sella tak lagi bisa dijangkau oleh netranya, Reyhan bersiap menyalakan mesin mobil hingga kembali melaju lagi. Tapi baru juga beberapa jauh, pengendara sepeda yang lepas kendali di depan sana langsung menabrak mobilnya dari depan, hingga ia terpaksa mengerem dan berhenti secara brutal. Sembari meredakan perasaan paniknya, Reyhan lantas bergegas keluar dari mobil dan mendapati sosok Gadis tadi sudah terjerembap mencium aspal. Sedikit pun tak ada niat dalam dirinya untuk membantu apalagi sampai berniat menanyakan keadaan Gadis itu. Toh, bukan salahnya juga sampai kecelakaan barusan terjadi. Lagi pula ... selain membuat lecet mobilnya, Gadis ini juga sudah membuat waktunya tertunda. Reyhan mengusap beberapa bagian yang lecet dari mobilnya dengan raut datar. “s**l! Mobilku lecet parah,” gumamnya kesal. Sementara itu, Gadis di belakang Reyhan tadi tampak bangkit berdiri, sembari sepedanya yang juga ikut ia tarik. “Astaga, pinggangku! Entah mengapa hidupku hari ini benar-benar s**l!” Setelah menyadari jika dirinya baru saja menabrak mobil seseorang, Gadis itu lantas menutup mulut dengan kedua tangan, dan, “ASTAGA! AKU MEMBUAT MASALAH?!” Reyhan berdecak. “Jangan banyak omong! Cepat. Kau harus bertanggung jawab atau aku akan melaporkanmu ke polisi,” balasnya sembari tetap sibuk mengusapkan jari ke bagian lecet di mobilnya tadi. “APA?! POLISI?!” Gadis itu berteriak histeris. “MAAFKAN AKU, KAK! AKU BENAR-BENAR TIDAK SENGA-" “Jangan membuang waktu, deh. Aku hanya butuh pertanggung jawaban-" Reyhan menghentikan ucapannya tatkala tubuhnya telah berbalik sempurna. Netra tajamnya bahkan langsung memandangi Gadis  di depannya itu dari atas hingga bawah, sebelum akhirnya langsung berbalik dan masuk ke mobilnya begitu saja. “KAK REREY?! YA, AMPUN, KAK REY?!” Sementara dari dalam mobil, Reyhan memutar bola mata gemas. Jujur saja, ia benar-benar kaget saat tahu jika pengendara yang menabraknya itu adalah si Gadis Gila. Mengapa, sih, mereka belakangan ini semakin sering bertemu tanpa sengaja? Jika alasannya karena Gadis itu bersekolah di sekolah yang sama dengan Sella, lalu mengapa di  pertamina hari itu jadi pertemuan mereka untuk yang pertama kalinya? “Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja!” Atha berteriak sembari merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. “Jangan laporkan aku ke polisi, ya, Kak?! Aku tahu Kakak orang baik, kan?!” “Kumohon jangan! Aku janji akan bertanggung jawab, kok. Aku janji!” Atha semakin berteriak dengan kedua tangannya ia katupkan di depan wajah. Sudah cukup. Reyhan tidak tahan lagi! “Kau bisa pindah, tidak, sih?! Huh?! Jangan menunda waktu-" “Jangan melaporkanku ke polisi, Kak. Kumohon! Aku benar-benar tidak sengaja!” teriak Atha lagi, tanpa sedikit pun berpindah dari posisi kakinya berpijak. “PINDAH, BODOH! DASAR GADIS GILA!” teriak Reyhan semakin kesal, sembari kaca mobilnya yang kembali ia naikkan. Atha menggigit kuku jarinya cemas. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Ia serius akan dilaporkan ke polisi, ya? Tidak, kan?! Menyaksikan Reyhan semakin hendak melajukan mobilnya, Atha bertindak cepat. Ia kembali merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, sembari berjalan lebih maju hingga mencapai bagian depan mobil Reyhan yang lecet. “Aku akan tanggung jawab, Kak! Kumohon jangan melaporkanku ke polisi!” “Kau tahu aku bisa kena marah ...! Jadi kumohon, kita selesaikan masalah ini baik-baik saja, dan aku janji akan bertanggung jawab!” teriaknya lagi. Sementara Reyhan, Pria itu hanya menekan klakson mobilnya berkali-kali seolah mengancam akan menabrak Atha jika Gadis itu tidak segera menyingkir. Pertanggung jawaban? Lupakan saja. Ia hanya merasa tidak perlu berurusan dengan Gadis itu terlalu jauh. Perasaannya mengatakan begitu, jadi persetan dengan alasannya. “Jika kau tidak pindah dalam hitungan ke-3, aku serius akan menabrakmu sampai penyek sekalian!” ancamnya penuh nada serius, setelah kaca mobilnya berhasil ia turunkan hingga setengah. Tapi, Atha tetap saja kukuh. Gadis itu bahkan semakin menggeleng keras, saking takutnya dilaporkan ke polisi lalu diomeli kedua orang tuanya di rumah. “Aku tidak akan pindah. Aku tidak akan membiarkanmu melaporkanku ke polisi seenaknya sa-" “Baiklah. Ayo, kemari,” potong Reyhan tenang, sembari kaca mobilnya yang kembali ia naikkan penuh. Setelah menyaksikan Atha menurut dan berjalan mendekat hingga berdiri tepat di samping pintu, Reyhan lantas memundurkan mobilnya cepat, kemudian melajukannya lagi hingga melewati Atha beserta sepedanya yang tergeletak sembarangan. “DASAR KAK REREY PENIPU! AKU SERIUS AKAN MEMBENCIMU JIKA PAK POLISI BENAR-BENAR MENDATANGIKU DI RUMAH! HIKS!” “Persetan, Gadis Gila.” ❀❀❀
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN