Aku Baik Baik Saja.

1386 Kata
Sakit! Hal pertama yang aku rasakan pagi ini adalah ternyata di bagian tubuhku tertentu terasa lecet dan sakit. Iya. Laki laki itu menyerangku seperti orang yang kesurupan. Aku enggak tahu obat kuat jenis apa yang dia makan. Sehingga dia begitu memiliki setamina yang hebat. "Kenapa?" Saat ini, aku sudah kembali kerja. Karena lelaki itu pagi pun langsung pergi ke mansionnya Angelika. Iya, dia hanya bermalam semalam saja. Sedangkan dengan Angelika dia hampir satu minggu. Aku merasa kalau aku ini bukanlah istrinya. Perasaan ku jadi buruk, dan juga hatiku sesak. Aku tahu, aku ini hanyalah istri bayaran saja. Tapi tetap saja, Asegap memperlakukan ku dengan tidak baik. Maksudku, setelah bercinta panas itu. Dia langsung pergi ke kamarnya dan tidak mau tidur bersamaku, untuk sekadar b******u atau mengobrol. Dia jahat sekali. Aku merasa seperti sebuah sepah. Setelah dia regup manisnya, dia pun pergi. "Lili! aku panggil kamu!" Ah, Ervan ini berisik sekali. Tidak tahu kah kalau aku sedang galau tingkat dewa yunani! kulirik dia dengan malas. Dan Ervan terkekeh seraya menyentil hidungku. Dia berhenti selama beberapa saat, dan meneliti diriku. "Wait! aku enggak lagi salah lihatkan?" "Apa?" Dia meraih tangan ku dan melihat dengan dekat. "Kamu perawatan?" Oh, ini pasti efek dari caraku di rawat di mansion itu. Aku setiap malam di lulur oleh wanita itu. "Emangnya kenapa kalau aku perawatan?" segera ku tarik tangan ku demi agar laki laki itu tidak sampai melihat tangan ku lebih dekat. Ervan berdecak dan menautkan kedua alis. "Tapi ini enggak biasanya. Kamu kan biasanya cuma punya uang buat makan aja. Hayo!" dia menunjuk ku dengan curiga. "Kamu dapet uang dari mana?" tuduhnya. Aku menghela napas dalam. Jadi bingung menghadapi sahabatku yang satu ini. Apa mungkin aku jelaskan saja padanya, bahwa aku memiliki seorang suami. Tapi ... "Ayolah Lili! jawab aku! kamu punya uang dari mana sehingga bisa perawatan? aku yakin banget, ini bukan jenis perawatan yang ecek ecek. Kamu juga pasang bulu mata palsu, terus alisnya juga di tato. Hayo bilang! kamu punya uang dari mana? kamu enggak mungkin punya sugar dady kan?" Oh, ayolah aku sedang badmood. Asegap malah pergi pagi pagi buat, ia bahkan enggak ngabarin aku lagi. Bagaimana bisa ia meninggalkan aku, setelah kami berdua berbagi ranjang bersama. Bagaimana bisa, ia enggak menghargai aku sama sekali dengan meninggalkanku layaknya sampah enggak berguna. Bagaimana ... "Ayolah LILI! aku dicuekin terus!" Ervan menggoyang goyangkan telapak tangannya di depan wajahku. Ku tepis tangannya dengan helaan napas. Ku tatap laki laki itu dengan kesal. "Aku emang perawatan. memangnya enggak boleh? aku pasang bulu mata, emang enggak boleh? aku juga tatto alis, emang gak boleh? alasannya kenapa aku enggak boleh? aku juga pengin cantik, emang gak boleh? aku juga punya uang buat merawat diri aku sendiri, membahagiakan sendiri, emang enggak boleh? apa alasannya engg--" "Ok, ok fine!" Dia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah dan ingin menghentikan racauanku. Dia menggeleng pelan dan berdecak kesal padaku. "Aku tuh, cuma takut kamu malah punya pergaulan yang enggak, enggak. Li ... aku cemas banget sama kamu." Aku tahu kalau kami berteman sudah lama. Dia mungkin menganggapku sebagai adiknya, begitu juga dengan diriku yang menganggap Ervan sebagai kakak ku. Ku raih tangannya dan ku tatap kedua matanya. "Aku enggak macem macem. Aku memang perawatan tapi enggak pake uang siapapun. Aku nabung dan uang itu aku tarik karena pengen banget perawatan. Kamu jangan mikir yang enggak enggak deh." Kulepaskan tangannya dan memutar kedua bola mata malas. Ervan terihat masih saja menatapku dengan curiga lalu berdeham pelan. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu berdiri dari kursi yang ada di sampingku itu. "Ok, fine. Berapa kamu habiskan uang kamu buat perawatan itu? aku akan ganti." "Buat apa kamu ganti?" aku mulai sewot. ''kamu enggak perlu lakuin itu lah'' ''kamu harus punya tabungan, karena aku tahu banget berapa gajih seorang administrasi sewing itu. Enggak lebih besar dari seorang karyawan biasa.'' Aku jelas tahu kenapa Ervan sampai mengatakan itu, karena dia seorang manager umum di global. Ia jelas tahu berapa gajihku. Namun dia akan semakin marah dan kaget jika ia tahu berapa gajih yang diberikan Asegap padaku, sebagai istri kontraknya. "Aduh, enggak usah deh, kamu enggak usah repot repot kaya gitu. Pokoknya aku enggak akan terima uang dari kamu, TITIK!" Ervan menghela napas dalam. "Aku enggak ngerti lagi sama kamu. Kamu bikin aku curiga, karena kamu enggak biasanya kaya gini. Lagian perawatan yang kamu lakukan itu, aku tahu harganya berapa. itu bisa menghabiskan gajih kamu satu bulan." Iya, mungkin. Karena setiap kali perawatan aku enggak perlu keluar dari rumah. Dari mansion itu juga ada banyak perawatan. Asegap bahkan membelikan ku sebuah laser kecantikan untuk memuluskan kulit wajahku. Ia juga memanggil Dokter kecantikan khusus untuk merawat diriku. jadi berapa banyak uang yang dihabiskan untuk kecantikan ini, aku jelas enggak tahu berapa. "Fine! kalau gitu, katakan siapa laki laki yang udah ngasih banyak uang sama kamu? katakan siapa laki laki itu?" Ervan kalau sudah penasaran, dia enggak akan berhenti menginterogasi, sampai dia mendapatkan jawaban yang ia mau. Sialnya aku, memang selalu kalah kalau berdebat dengan laki laki itu. "udah, deh. Kamu bikin aku pusing tahu enggak?" "Kamu yang bikin aku pusing! aku kepikiran tahu enggak?!" "Udah, stop! yang penting aku enggak ngejual diri kan?" "Iya, ok. Kalau gitu, aku akan ganti berapa banyak uang yang kamu habiskan untuk perawatan?" "Aku bilang, no! aku enggak butuh kamu ganti!" "LILI!" "ERVAN!" Pada akhirnya kami saling membentak satu sama lainnya. Ervan sepertinya kesal, ia memukul meja, kemudian meninggalkanku. Setelah itu, dia pasti akan ngadu pada pacarnya kalau aku ini sulit diatur dan gini gitu. Lalu nanti Elana akan menelponku dan menasehatiku. Ah, mereka berdua memang luar biasa. Elana juga tidak pernah cemburu padaku. Bagi mereka berdua aku adalah adiknya yang harus selalu diperhatikan dengan sangat baik, dari mulai makan sampai pakaian. Jujur saja, aku bersyukur dengan semua itu. Namun ... aku merasa kalau mereka memperlakukan ku terlalu berlebihan. Dan aku merasa malu. karena kami ini hanya sahabat, bukan suadara yang memiliki ikatan darah. *** "Ada apa do?" Aku bertanya pada Edo, dia adalah manager pemasaran. Laki laki itu menoleh padaku. Dia membawa dua pasangan sepatu sport berwarna putih. "Anu ... Angelika bakal datang ke pabrik kita." Tiba tiba aku menjatuhkan ponsel ku. "Angelika? serius?" mau ngapain? "Iya. Kamu tahu kan kalau Angelika itu model yang lagi terkenal saat ini. Produk apapun yang sedang ia pakai, maka akan menjadi inacaran para netizen, lalu mereka akan mencari produk itu, dan berbondong bondong akan membeli produk itu. Followersnya Angelika itu ada 27 juta. Bayangin jika sepuluh juta orang saja yang membeli sepatu kita. Waw! amaging banget kan?" Iya. Maka Global akan sangat diuntungkan. Tapi masalahnya membayar artis itu juga enggak murah. "Mmm ... dia udah ke sini atau gimana?" "Siapa li?" "Dono!" Kesalku, dan Edo terkekeh. "Gitu aja marah. Ya, angelika sudah ada di kantor HRD katanya. Dia lagi siap siap mau suting di pabrik juga. Jadi pabrik kita mau di liput juga. Ah, pokoknya keren deh, global." Jika Angelika berada di sini. Mungkin enggak sih kalau Asegap juga berada di sini? Apakah ... Apakah karena perempuan itu mau ke sini, sehingga asegap pagi pagi buta meninggalkan mansion ku. Duh ... kenapa aku kesal ya ... "Li, aku ke HRD ya. Soalnya udah ditungguin." "Hmm ..." ku biarkan saja laki laki itu pergi. Karena ... karena aku sudah tidak lagi bisa membahas ini. Menyebut nama Angelika saja, hatiku sudah sakit. Aku tidak bisa menyainginya, dan aku tidak akan bisa meraih Asegap untuk menjadi miliku yang sesungguhnya. Jangankan hatinya, bayangan nya pun, rasanya enggak mungkin. Aku tetap memilih diam berada di ruangan ku, ketika hampir semua orang berlari ke arah pabrik karena melihat seorang Angelika yang begitu cantik bak Dewi Yunani sedang melakukan syuting di sana. Dia sedang memperkenalkan produk, sekalian pabriknya, bahwa Global memang memiliki standar kerja yang bagus dan menghasilkan produk yang berkualitas. Dari sini aku memang bisa melihat angelika sedang berjalan ke dalam pabrik dan dia berbicara entah apa. Syuting terjadi selama setengah jam saja, lalu setelahnya mereka dan kru krunya menuju HRD. Aku bisa melihat perempuan itu menutup hidung dan berbicara dengan seseorang ... seseorang yang tadi pagi buru buru pulang dari mansion ku. Seseorang yang sudah mengoyak miliku habis habisan. Kemudian setelah itu, ia pergi tanpa mengatakan apapun. "Aku tidak apa apa ..." meraba dadaku yang terasa amat sakit, ketika seseorang itu menggendong Angelika dengan mesra, sehingga orang orang yang melihatnya menyoraki dan menggoda keduanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN