Part 6

1376 Kata
*****         Pagi ini, suasana mansion Danen terlihat tenang karena pemilik dalam suasana hati yang bersahaja. Faris hanya menyunggingkan senyumnya melihat kebahagian Danen. Mata hazelnya terlihat berbinar  seperti anak kecil yang  mendapatkan lolipop. Mata Danen terus memimpin pergerakan  truk kontainer di halaman mansion besar nan megahnya . Dengan tak sabaran Danen menunggangi motor Harley Davidson Trail MP119. Dengan motor kebanggaanya pria dewasa berusi tiga puluh tahun yang memakai kaos berwarna hitam itu memimpin kontainer di belakangnya menuju hutan buatan miliknya. Ketika gerbang di depan Danen akan terbuka sebuah suara keras menghentikannya.     " STOP!"     Danen menghentikan kendaraannya dengan tatapan yang menajam. Sedikit terkejut dengan suara interupsi yang menganggu kesenangannya. Siapa yang berani menghentikannya untuk melihat Zeus yang berada di dalam kontainer di belakangnya. Mata Danen memincing  melihat Bram  berlari dengan kencang. Namun ketajaman mata Danen sama sekali tak membuat pengawal kepercayaannya itu takut.  Bram menggelengkan  kepalanya begitu berhenti di depan Danen dengan nafas yang tersengal.     " Katakan!"     Bram mendekatkan wajahnya pada Danen. Berbisik tepat di depan telinga sang tuan.     " Zeus tidak ada di kontainer itu, tuan. Di dalam kontainer hanya ada Gas Compound 1080."          Seketika Danen menoleh pada beberapa bodyguard yang ada  di belakangnya, menganggukan kepala dengan mata tajam yang mengarah pada pintu kontainer untuk supir.  Sedangkan dokter Faris hanya diam menyaksikan hal tersebut.      Faham dengan keinginan  bosnya, dua bodyguard berlari mendekati pintu bagian kemudi. Mengetuk berulang kali, namun tidak digubris oleh sang supir. Bram pun melangkah maju dan menembak pada kaca pintu yang tertutup rapat, membukanya dengan paksa. Ketika pintu terbuka, dengan spontan semua bodyguard yang berada di sekitarnya mengeluarkan pistol mereka masing masing.  Seorang pria perawakan tinggi, besar dan wajah yang tertutup masker keluar dengan pistol kecil di tangannya. Dengan tatapan mata yang waspada, pria itu melihat sekelilingnya. Terkepung.    Menyaksikan hal itu, dengan tenang Danen menuruni sepeda motor miliknya dan berjalan mendekati pria tersebut dengan tenang. “ Sepertinya kita kedatangan tamu istimewah, Bram.”  Danen menyambut dengan suara yang ramah. Namun semua anak buah Danen tahu. Bahwa, semakin ramah bosnya bertingkah di depan musuh, maka semakin tak terhingga pula sakit yang akan dirasakan musuhnya karena masalah yang mereka buat.      “ Kau… Kau pasti pria k*****t itu.” Dengan emosi pria tersebut menuding Danen dengan pistol miliknya. Sedangkan orang yang dituding hanya mengeluarkan senyum smirk. Seolah paham dengan bahaya yang akan mengancam. Danen, memberi isyarat pada beberapa anak buahnya untuk membawa Dokter Faris masuk kedalam mansionnya. Danen menatap mata dokter Faris. Dan dia Menganggukan kepalanya ketika memahami tatapan dokter Faris yang meminta kepadanya untuk berhati hati.     “ Kau memang k*****t. Gara - gara kau perusahaanku bangkrut dan membuatku kehilangan semua keluargaku. Kau juga bukan yang menyabotase kecelakaan tersebut . Danen sialan. Dasar penipu. b******n!!”      Dengan membabi buta pria tersebut menembak sekelilingnya dengan tak terarah.            Danen menunduk dengan cepat menghindari hal tersebut. Ketika penyusup itu kehabisan peluru pada pelatuknya, Dengan cepat Danen berlari dan memberikan tendangan pada d**a orang tersebut yang membuat pria tersebut tersungkur, seolah tak menyerah pria tersebut mengeluarkan pisau dari balik jaketnya.     “Orang tua macam apa yang mendidik anaknya seperti ini.” Kalimat cemoohan pria tersebut pada orang tua Danen membuat darah Danen mendidih.       “Jangan ada yang menembaknya. Pergi!!!”  Geram Danen.     Bagi Danen tak ada seorangpun yang boleh menghina kedua orang tuanya. Karena tak ada seorangpun yang tahu sebesar apa usaha orang tuanya untuk menyelamatkan nyawa Danen sehingga ia bisa hidup saat ini. Dan menghina orang tuanya sama saja menggali kuburan untuk orang itu.         Semua bodyguard Danen pergi meninggalkan Danen terkecuali Bram. Ia terus memantau dengan pisau yang standby di tangan.     Pria itu melihat kemarahan yang membara pada mata Danen. Namun, egonya tak mau kalah, dengan cepat ia mengarahkan pisau pada d**a Danen. Namun dengan secepat kilat Danen mematahkan serangan itu dan memberikan pukulan tepat di hidung pria tersebut, membuat pria tersebut terjengkang sempurna menghadap langit yang sedang cerah memamerkan sinar matahari.           Tak kapok dengan pukulan yang diberikan Danen kepadanya, lagi-lagi pria tersebut mengarahkan pisau pada kaki Danen yang spontan membuat Danen mengayunkan kakinya, menendang tangan pria tersebut dan membuatnya berteriak dengan keras. Dan dengan secepat kilat kaki Danen menekan d**a pria penyusup tersebut. Sedangkan pisau yang ada di genggaman pria penyusup tersebut terlempar tepat di bawah kaki Bram.         " Kau tahu….seorang yang berderajat tinggi tak akan pernah berbuat hal serendah itu." Satu pukulan keras yang Danen layangkan pada tengkuk pria tersebut dalam sekejap berhasil membuatnya tak berkutik dan pingsan.      " Kau tahu tugasmu Bram!!"     Bram berjalan dengan cepat menuju pria malang tersebut dan menyeretnya dengan satu tangan kanannya. Melenyapkannya dari pandangan sang tuan.   ***     " Tuan, anda memiliki janji dengan Mr. Choi di Golden Garden satu jam lagi."       Danen hanya diam menanggapi kalimat Bram.      " Di mana Zeus?"      " Sedang dalam perjalanan, tuan."     " Semua berkas tentang pria itu harus sudah ada di meja kerjaku saat pulang. Sekaligus orang yang berada di baliknya."     " Baik."      Mood  Danen benar benar hancur hari ini. Seharusnya ia sudah bertemu Zeus sebelum berangkat ke kantor tapi bukannya bertemu dengan kesayangannya, ia malah harus bertemu dengan orang yang menggila. Walaupun itu bukan hal yang tabu, namun tetap saja itu membuatnya marah bukan main mengingat betapa lamanya ia menantikan kedatangannya. Butuh proses yang lama sebelum hewan impiannya itu bisa ia bawa pulang.      Danen pernah di serang oleh lawan bisnisnya secara langsung dengan pistol yang hampir menewaskannya. Namun  sayangnya orang itu masih belum mengenalnya dengan baik. Tidak ada yang tahu semua yang berada di badan Danen bisa  ia gunakan sebagai senjata dengan baik. Bahkan pistol laser tak pernah lepas dari badan Danen. Namun,  Danen tak pernah melanggar hukum. Semua senjata yang ia miliki, memiliki sertifikat resmi, begitu pula dengan semua hewan peliharaannya. Dan jika hewan kesayangannya disakiti apalagi orang tuanya dihina atau di jatuhkan, Danen tak akan segan segan dalam melanggar hukum. Toh ia bisa melakukannya dengan akses yang dimilikinya.     Danen berdiri dari duduknya saat jam menunjukkan jam sepuluh pagi, waktunya berangkat. Saat keluar ruangannya, Bram sudah menunggu di depan pintu dan menundukkan badan ketika Danen berjalan melewatinya.     Tiga puluh menit kemudian mobil Danen memasuki parkiran Golden Garden. Suasana taman dengan perpaduan warna emas memang membuat restoran itu terlihat amat sangat mewah. Tak semua orang bisa datang pada restoran ini. Dan memasuki restoran ini juga harus melalui reservasi terlebih dahulu. Namun semua itu setimpal dengan kualitas yang diberikan. Jangan lupa keuntungan yang restoran ini berikan juga sangat besar. Walaupun keuntungan yang diberikan tak seberapa dengan penghasilan Danen yang lain. Ya, Danen juga memiliki saham di restoran tersebut hanya karena Danen suka  dengan tema Garden yang diberikan.     Saat memasuki restoran, beberapa pelayan menundukkan badan kepadanya. Dan seperti biasa kedatangan seorang Danendra Gunadhya tidak pernah tidak menjadi pusat perhatian. Ketampanan serta badan proposional yang dibalut kekayaan itu berhasil membuat mata siapapun menolak mengabaikannya. Namun justru kebalikan bagi Danen, seorang perempuan justru mencuri perhatiannya.  Bukan perempuan berpakaian mewah dengan baju kekurangan bahannya. Bahkan pakaian yang digunakan perempuan tersebut sangat kontras dengan tema restoran tersebut. Pakaian yang dikenakan perempuan itu terlalu sederhana jika digunakan untuk mendatangi restoran ini.     Mata Danen tak lepas memperhatikan Aludra yang duduk di samping kekasihnya yang Danen tahu bernama Jivar. Pasangan sejoli itu terlihat bercengkrama dengan santai dengan seseorang yang membelakangi Danen.      Merasa tak asing dengan orang yang membelakanginya, Danen pun berjalan mendekati kedua sejoli itu dengan menjaga jarak. Dan ketika wajah tak asing itu sudah tampak dengan jelas di manik matanya, tanpa sengaja Danen mengepalkan tangannya melihat sosok tak asing itu adalah Augra Keenan Kendrick. Seorang Ceo dari perusahaan yang menjadi saingan ayahnya. Danen tahu jika Augra selalu menjadi saingan bisnis papanya yang paling kuat. Bahkan hubungan keduanya pun tak ada kebaikan di dalamnya. Namun yang menjadi pertanyaanya, kenapa Augra bisa sedekat itu dengan Aludra, anak dari  Chandra. Bahkan Danen mendengar sendiri Aludra memanggil Augra dengan sebutan 'Om'.         Danen semakin mengeratkan kepalan tangannya dengan tatapan tajam yang tak lepas dari tiga orang yang sedang bercengkrama itu. Kedekatan mereka menjadi pertanyaan bagi Danen.        Danen mengambil handphone pribadinya di dalam saku jas dan langsung menekan nomor satu pada panggilan cepatnya.     " Bram, cari tahu hubungan antara Augra dan Aludra!" Setelah mendapat jawaban dari Bram, Danen menutup telfonnya.     Seketika batinnya dipenuhi banyak pertanyaan yang entah dari mana tiba-tiba munculnya. Apakah Augra salah satu komplotan Chandra dalam membunuh orang tuanya? Apa justru Augra lah yang menyuruh Chandra membunuh orang tuanya? Jika itu kebenarannya maka Danen tak akan melepaskan keduannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN