Bunyi musik memekakkan telinga membuat penguasa Itali tidak terganggu. Ia duduk santai di klub malam sambil melihat sekumpulan orang- orang yang tengah meliuk- liukkan tubuhnya mencari kesenangan tersendiri. Alex mendekati Darko yang tampak tenang menyesap minuman beralkohol di tangannya. Pria bermata elang itu menatap Alex yang mendekatinya dan berbisik di telinganya.
"Aku menemukannya Bos!" senyum smirk di wajah Darko mendengar kabar yang Alex berikan. Darko meletakkan gelas nya lalu menatap Alex.
"Dimana?"
"Di sebuah perumahan, di tak jauh dari pusat kota!" Darko mengangguk mengerti, ia mengusap dagunya berpikir apa yang harus ia lakukan.
"Apa yang anda inginkan Bos?" tanya Alex lagi. Ia menatap bosnya yang tampak sedang berpikir.
"Awasi saja dia, nanti akan aku beritahu, kapan harus bergerak, jangan membuat dirinya curiga. Aku tidak mau dia menghilang lagi!" Alex mengangguk mengerti. Darko kembali mengambil gelasnya dan tersenyum senang. Ia tak menyangka akan bertemu dengan gadis berkulit khas asia itu.
"Apa kamu sudah menyelidikinya? Siapa pria yang pergi bersamanya waktu itu?" Alex menatap Darko yang bertanya tanpa menatapnya. Pria itu menggoyangkan gelasnya tanpa menatap ke Alex.
"Oh, pria itu. Dia seperti seorang asisten, lebih tepatnya bodyguard!" jelas Alex pada Darko, pria bertubuh kekar itu menyesap habis minumannya.
"Apa dia bukan ancaman?" Darko menatap Alex bertanya serius.
"Tidak Bos, aku akan membereskannya!" Darko mengangguk senang. Ia bangkit dari duduknya berniat pergi dari tempat itu.
"Tidak perlu menunggunya datang kesini, sepertinya gadis itu tidak pernah datang ke tempat ini. Aku ingin melihatnya langsung, tunjukkan padaku dimana tempat tinggalnya!" Alex mengangguk lalu mempersilahkan Darko jalan lebih dulu. Mereka bersiap untuk pergi menuju kediaman Kinan, gadis yang Darko maksud.
***
Kinan dan Lisa beserta Marcel sedang menikmati waktu bersama. Mereka tidak hanya bertiga, ada Satya juga yang menemani ketiganya. Romi sendiri hanya memantau dari rumahnya tidak ikut bergabung bersama mereka disana.
"Aku hampir gila mencarimu saat tidak ada disana Kinan, kamu harus katakan padaku jika mau meninggalkan kami!" Lisa mengangguk mendengar ucapan Marcel. Karena Kinan pergi begitu saja dari klub malam yang mereka kunjungi saat itu.
"Oh, maafkan aku Marcel, tapi aku tidak nyaman berada di tempat seperti itu, aku bahkan menumpahkan minuman pada baju seorang pria!" Marcel dan Lisa saling menatap satu sama lain.
"Siapa? Kamu terkena masalah?" tanya Marcel dengan wajah khawatir.
"Hampir saja, kalau Romi tidak datang tepat waktu, mungkin aku sudah di tampar, pukul. Entahlah, yang pasti pria itu memiliki tatapan tajam dan beberapa orang di sekelilingnya, seperti terlihat bodyguard gitu?" Marcel mengerutkan dahinya menatap Kinan yang menjelaskan siapa pria yang saat itu ia temui.
"Apa dia berusaha untuk memukulmu?" tanya Marcel dengan tatapan cemas.
"Tidak, tapi bisa jadi, karena dia hampir menyentuhku saat Romi datang tiba- tiba!" Marcel mengangguk- anggukan kepalanya, begitu juga Lisa. Satya sendiri hanya duduk mendengarkan disamping Kinan.
"Apa dia terlihat seperti gangster?" Lisa bertanya membuat Kinan mengerutkan dahinya berpikir.
"Ya, aku pikir dia orang seperti itu!" Marcel mencebikkan bibirnya sambil mengunyah snack di hadapannya.
"Kamu tidak bisa sesantai itu di negara seperti ini Kinan, bisa saja dia memang gangster, karena di Itali banyak orang- orang seperti itu!" Kinan menatap Marcel tanpa berkedip, ia tidak pernah memikirkan hal itu.
"Tapi aku tidak melakukan apapun Marcel, aku sudah meminta maaf padanya! Ahh iya, aku ingin kalian berdua ajarkan aku bahasa Itali, pria itu berbicara bahasa yang tidak bisa aku mengerti!"
"Dia mengatakan apa?" tanya Marcel dengan wajah penasaran.
"Entahlah, aku tidak ingat, yang pasti Romi tahu apa yang mereka katakan!" ucap Kinan membuatnya menutup mulutnya. "Wah, sepertinya Romi bisa membantuku belajar berbahasa Itali!" ucapnya dengan nada riang, tidak ingat jika Romi mengucapkan bahasa yang sama dengan para pria itu.
"Aku juga bisa sayang, tidak perlu dirinya!" Satya mengusap kepala Kinan dengan lembut membuat gadis di hadapannya itu menjadi salah tingkah karena ada Marcel dan Lisa disana.
"Chef juga bisa?" Satya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Itu lebih baik Kinan, jika belajar dengan orang yang kita cintai, pasti lebih mudah memahaminya, bukan begitu?" Marcel menyenggol Lisa yang hanya diam memperhatikan. Lisa ikut mengangguk setuju.
"Benar Kinan, apalagi dia akan satu profesi dengan kita, kamu bisa belajar banyak dengannya, memasak, bahasa Itali, terutama bahasa cinta!" bisik Lisa di akhir bicaranya. Kinan menutup wajahnya malu- malu. Sementara yang lainnya malah tertawa bersama.
Di luar rumah rombongan Darko dan anak buahnya sudah berhenti tepat di depan rumah Kinan. Rumah yang Kinan tinggali terletak di lingkungan perumahan yang cukup ketat pengamanannya. Tapi jangan katakan Darko jika ia tidak bisa masuk dan melihat Kinan disana.
"Dimana?" Darko menatap luar dua rumah yang saling berdekatan saat Alex menghentikan mobilnya.
"Rumah pertama di hadapan kita Bos!" Darko hanya diam menatap rumah itu, ia tidak ingin gegabah untuk berkenalan dengan gadis yang ia temui sekejab saja.
"Anda mau masuk ke dalam?" tanya Alex lagi menawarkan pada Darko.
"Tidak," ucap Darko tanpa mengalihkan tatapannya pada rumah di hadapannya itu. Cukup lama mereka menunggu disana, Kinan dan teman- temannya keluar membuat Darko bergerak dan menatapnya lekat. Kinan tampak tertawa sambil memeluk satu sama lain di sana. Darko tetap memperhatikan gadis itu dengan wajah tersenyum senang. Ia tepat sasaran, gadis itu memang gadis yang saat itu menabraknya.
"Laporkan jadwal kemana saja aktivitas dia sehari- hari padaku!" ucap Darko tanpa mengalihkan tatapannya pada Kinan. Kinan melambaikan tangannya pada kedua temannya yang terlihat pergi meninggalkannya bersama pria yang sejak tadi merangkulnya.
"Aku pulang sekarang ya?" Satya mengusap rambut Kinan merapikan rambut gadis itu karena tertiup angin.
"Ya, hati- hati Chef, lain kali aku akan mengunjungi Apartemen Chef!" Satya mengangguk, ia mencium tangan Kinan lalu mengecup kening Kinan lembut. Semua itu tak luput dari tatapan Darko, dan Romi tentunya. Pria itu sejak tadi hanya menatap dari dalam rumah memantau apa yang Kinan lakukan.
"Siapa pria itu?" suara berat Darko bertanya pada Alex tampak tidak menyukai pria yang sedang bersama Kinan.
"Saya belum menyelidikinya Bos!" jelas Alex karena baru kali ini melihat Satya untuk pertama kali.
"Selidiki dia, dan apa hubungannya dengan gadis itu!"
"Baik Bos!" ucap Alex cepat.
"Ahh ya, siapa nama gadis itu?" ucap Darko dengan bahasa khas Italia.
"Kinan, mereka memanggilnya Kinan!" Darko tersenyum smirk. Akhirnya ia mengetahui nama gadis tersebut.
"Ayo kembali!" perintah Darko memerintahkan Alex untuk menjalankan mobilnya. Alex menatap supir di hadapannya lalu melaju meninggalkan kediaman Kinan. Satya juga berakhir pergi meninggalkan Kinan. Gadis itu melirik rumah Romi yang terlihat lampunya masih menyala. Pria itu pasti belum tidur, Kinan berjalan mendekati rumah Romi. Sudah hampir seminggu mereka pindah rumah namun Kinan belum sempat berkunjung ke rumah Romi. Ia mengetuk pintu rumah itu tanpa henti. Kinan tak sabar ingin melihat rumah dengan versi Romi. Pasti sangat membosankan, dan sangat monoton. Melihat Romi pria yang kaku dan tak banyak bicara. Pintu rumah itu terbuka menunjukkan pria tampan dengan wajah datar menatap Kinan di hadapannya. Kinan tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya. Ia melengok mengintip ke dalam dari samping tubuh Romi.
"Apa aku boleh masuk? Di luar dingin sekali Romi!" Pria itu menggeser tubuhnya membuat Kinan masuk dengan cepat. Ia menutup kembali pintu rumahnya dan mengikuti Kinan yang tampak sedang menatap seisi rumahnya dengan tatapan menyelidik. Kinan tersenyum lalu menghadap Romi yang sedang berdiri bersandarkan dinding sambil melipat kedua lengannya di tangan.
"Apa aku boleh minta secangkir teh, aku sedang haus?" ucap Kinan beralasan. Ia hanya ingin melihat- lihat isi rumah pria jutek itu. Tampaknya memiliki selera yang bagus, karena rumah yang Kinan lihat saat ini tampak rapi dan klasik. Ia melihat rak buku yang berada di ruang utama. Buku yang tersusun rapi tampak cukup banyak. Sepertinya Romi suka membaca dan terlihat cerdas karena sikapnya yang cekatan dan disiplin. Kinan melihat kamar tidur Romi yang sedikit terbuka. Gadis itu mendekati ke kamar Romi, kamar pria yang terlihat sangat rapi itu membuat Kinan cukup takjub. Ia tidak heran karena Romi memang orang yang rapi dan disiplin. Tapi Kinan tidak menyangka jika Romi menyukai desain yang unik dan klasik. Karena tata ruang di setiap sudut rumahnya tampak seperti tersusun dengan apik.
"Apa tamu masuk hingga ke dalam kamar?" suara Romi membuat Kinan tersentak kaget karena tertangkap basah masuk kedalam kamar pria itu.
"Ahh, aku hanya melihat- lihat!" ucapnya sambil menggaruk kepalanya kikuk.
"Lihat apa?" Romi malah berdiri di ambang pintu melipat kedua lengannya di dadaa.
"Desainnya bagus, kamu punya selera yang bagus Romi, mana teh ku?" tanya Kinan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ada di luar, saya kira Nona kembali, ternyata ada disini, saya tidak tahu jika tamu juga masuk ke dalam kamar!" Kinan meringis bingung mendengar ucapan Romi.
"Haha, kamu ada- ada saja Romi, aku hanya melihat- lihat saja, tidak ada yang aneh dengan itu kan?" Kinan tersenyum lalu mencoba keluar dari kamar tersebut. Romi tampak menghalanginya membuat Kinan mendongak menatap Romi yang juga tengah menatapnya.
"A-aku mau keluar!" ucap Kinan dengan nada terbata. Mengapa jantungnya berdebar kencang hanya karena tatapan Romi padanya.
"Baiklah," Romi memutus tatapannya dan bergeser memberi Kinan jalan untuk keluar dari kamarnya. Romi turut mengikuti Kinan yang duduk di sofa ruang tamu. Kinan menyesap tehnya dengan tatapan Romi yang tak pernah mengalihkan pandangannya dari Kinan. Baru kali ini Kinan seperti tak bisa bergerak hanya karena tatapan seseorang. Mengapa Romi bisa membuatnya seperti itu, bahkan Satya yang ia ketahui memiliki hatinya tapi tidak bisa membuat Kinan tak berkutik.