Bab 13. Jebakan Aku melangkah gontai menuju kamarku. Perasaanku berkecamuk dengan banyak pertanyaan yang membingungkan. Aku tidak percaya, Haura yang selama ini selalu ceria dan suka bergelayut manja padaku tiba-tiba bisa memiliki tatapan yang begitu mengerikan. Inikah bukti yang dia maksud untuk ditemukan sendiri? Apa yang dikatakan Bi Sumi kepadanya? Aku sampai di kamarku. Mas Gibran masih pulas. Kudekati dia, wajahnya terlihat damai. Kuusap wajahnya dengan jemariku. "Aku mencintaimu, tetapi mengapa begini berat untuk bertahan denganmu?" Bisikku. Kuhapus air mata yang mengalir pelan di pipiku. "Dik, ada apa?" Mas Gibran terbangun. Wajahnya tampak bingung. Langsung duduk dan membantuku berdiri dari jongkokku. "Ada apa?" Ulangnya. Aku justru tergugu. Apa yang harus kukatakan kepadanya