Syafana POV. Ku lihat Mas Naren tengah duduk sendirian di teras rumah setelah pengajian selesai, aku melihat kesedihan di wajahnya, mungkin ini yang pertama kali buatnya, aku tidak mau membuat hati Mas Naren makin sedih, aku akan menyuruhnya pulang ke Jakarta. “Besok anak-anak sekolah,” kataku duduk disebelah Mas Naren, dimana ada meja bundar kecil yang ada di antara kami. Aku menaruh kopi hangat didepannya. “Mereka kan—” “Libur? Tidak kok, saya tanya pada wali kelas mereka langsung kalau anak-anak tidak ada kegiatan dan tidak ada libur,” kataku. Aku tahu alasan Mas Naren mengatakan hal itu padaku, karena ia tidak mau membuatku kepikiran tentang anak-anak yang sekolah, karena ini kedukaan jadi Mas Naren berusaha menghiburku dengan kehadiran anak-anak, tapi aku tidak mau egois, rumah in