Aku bergerak gelisah, tubuhku seluruhnya panas, aku merasa seperti akan terbakar saking panasnya, tidak ada yang ku ingat selain Abih yang datang malam itu, aku merasakan belaian di rambutku, aku tersenyum simpul karena saking nyamannya, pikirku pasti Ummi. Ummi yang paling sedih melihatku sakit. Harusnya aku menjaga Ummi dan tidak membuatnya sedih, tapi aku malah membuat Ummi sedih karena kehilangan Abih dan kini melihatku dalam keadaan sakit. Aku pun membuka mata, melihat dengan samar yang saat ini membelaiku, aku membulatkan mata ketika melihat Mas Naren ada di depanku. Apakah dia yang membelai rambutku, aku juga melihat anak-anak duduk disisi berbeda. “Mas Naren?” Aku mengabaikan keinginan tahuku tentang siapa yang membelai rambutku. Yang ku lihat saat ini Mas Naren dan anak-anak su