Penasaran

1814 Kata
    Suara tawa yang dibarengi dengan kalimat peringatan yang ditujukan Mayang pada Erwin menarik perhatian pria itu.     Ingatannya tertuju pada sosok perempuan yang pernah dia jumpai setahun lalu. Wanita yang memiliki wajah sangat mirip dengan Mayang hingga sama sekali tidak terlihat perbedaannya. Tentu saja bila wanita itu berdandan secara normal dan tidak berlebihan.     Erwin tidak bisa langsung membalas ucapan Mayang karena dia masih memikirkan wanita yang pernah dia lihat.     Apakah dia melakukan kesalahan sehingga Mayang harus mengucapkan kalimat yang berisi peringatan, ataukah wanita yang pernah dia temui sudah berbicara dengan Mayang?     Erwin menggelengkan kepala tanpa sadar membuat Mayang yang masih berdiri di depannya terkekeh geli.     "Aku duluan ya," ucap Mayang mengalihkan perhatian Erwin yang sebelumnya sibuk berpikir.     "Hati-hati, aku akan mengubungimu nanti," jawab Erwin memandang Mayang yang sudah berdiri di depan pintu bus.     Bagi Mayang pertemuannya dengan Erwin tidak ada yang istinewa dan sama seperti dia bertemu dengan teman-temannya. Yang berbeda hanyalah mereka pernah mempunyai hubungan spesial walaupun berlangsung sangat singkat.     Sementara buat Erwin, bertemu dengan Mayang telah memberinya jalan keluar karena otaknya nyaris tidak bisa lagi di ajak berpikir karena masalah yang dia hadapi. Setidaknya Erwin yakin kalau Mayang akan memberikan bantuan yang tepat.     Dalam industri pendukung kecantikan nama Erwin Hadinata bukan nama baru. Nama Erwin sudah cukup dikenal khususnya oleh para artis dan model.     Industri yang semula hanya bergerak di bidang kosmetik dengan pasar Asia Tenggara di bawah pimpinannya hasil industry tersebut sudah berhasil memasuki pasar Eropa.     Sayang, semua keberhasilan yang sudah dia capai mendapatkan sedikit halangan. Kakeknya sebagai pendiri Yestestvennaya Krasota biasa disebut YK yang berarti Kecantikan Alami menuntut agar Erwin segera menikah.     Tidak ada syarat lain yang diberikan oleh kakeknya yang bernama Harun Hadinata selain Erwin harus menikah dan mempunyai keturunan.     Menikah dan mempunyai keturunan buat Erwin bukan masalah. Dia mempunyai kekasih yang cantik dan menjadi idaman semua lelaki.     Namun, Erwin tidak mengerti pada saat dia membutuhkan Rachela dan berharap kekasihnya bisa mendampinginya Rachela justru menolak lamarannya.     Buat Erwin, alasan yang diberikan Rachela tidak masuk akal dan sangat mengada-ada. Dia selama ini sudah bersabar dan selalu mendukungnya bahkan menjadikan dirinya sebagai BA perusahannya.     Rachela, menurut Erwin menjadi wanita yang anti pernikahan. Dia seperti mengagungkan kebebasan sementara Erwin sendiri adalah lelaki yang hanya setia pada satu wanita.     Kembali, pikiran Erwin yang tengah mengembara dipaksa berhenti karena suara pemberitahuan yang berasal dari rekaman elektronik yang menggantikan tugas kondektur yang selama ini selalu terdengar di bis kota pada umumnya.     Erwin dengan cepat bangun dari duduknya dan bersiap-siap menunggu pintu mobil terbuka pada saat berhenti di halte,  kebetulan halte tersebut adalah halte yang menjadi tujuan Erwin.     Turun dari bus, Erwin berjalan kaki menuju salon mobil tempat mobilnya berada sekarang. Dia tidak perlu naik kendaraan lagi karena letaknya tidak begitu jauh.     "Malem. Aris ada di dalam?" tanya Erwin pada salah seorang montir yang masih sibuk dengan mobil yang sedang dia dandani.     "Ada bos. Udah di tunggu dari tadi," jawab montir yang disapa Erwin.     "Oke, Ada di kantornya, kan?” kata Erwin yang ditanggapi dengan anggukan kepala.     Bagi Erwin, salon mobil milik temannya itu sudah seperti miliknya sendiri. Dia sudah mempercayakan kenyamanan dan keamanan mobilnya pada teman yang dia temui pada saat dia masih SMP sebelum dia pindah ke sekolah lain.     Langkah kaki Erwin terhenti pada saat dia tiba di depan ruangan berdinding kaca dan dia tidak perlu mengetuk pintu karena orang yang dicarinya sudah melihat kehadiran dirinya.     "Aku kira ga jadi dateng," sapa Aris setelah pintu ruang kerjanya terbuka.     "Biasa...tiba-tiba ada kerjaan yang harus aku tangani langsung," jawab Erwin.     Aris untuk Erwin bukan hanya teman SMP walupun mereka tidak bergaul cukup lama, tetapi mereka bertemu kembali saat kuliah/     Kedekatan mereka semakin erat begitu mereka memiliki hobi dan minat yang sama. Sama-sama tertarik dengan automotif walaupun mereka tidak berasal dari fakultas yang sama.     “Paham kok kalau bos yang bicara,” jawab Aris tertawa sambil bangun dan berjalan keluar dari ruangannya.     “Mobilmu sudah selesai sesuai dengan yang kau inginkan. Aku harap kau puas dengan semua yang sudah kami berikan pada mobilmu,” kata Aris ketika mereka sudah tiba di area khusus tempat sebuah mobif sport mewah berada.     “Aku yakin kau pasti mampu melakukan sesuai permintaanku,” jawab Erwin yang kini berdiri si sebelah Aris menatap puas dengan benda besi yang ada di depannya.     Erwin bangga karena dirinya bisa menilai dengan baik kinerja anak buahnya Aris. Dia tidak salah pilih orang karena memberikan mobilnya untuk di modifikasi dan di dandani sedemikian rupa.     Sebuah mobil yang sudah mengalami banyak perubahan. Bukan saja pada interiornya tetapi juga pada kekuatan mesinnya. Sungguh mobil yang sangat menakjubkan, tetapi dia harus bisa mengetahui kekuatan mesnnya. Apakah sesuai dengan keinginannya atau tidak.     “Anak buahku sudah melakukan percobaan pada mobilmu dan hasilnya sangat memuaskan,” beritahu Aris melirik Erwin yang mulai menyalakan mesinnya.     “Aku sangat menyukainya dan sesuai dengan yang aku butuhkan,” ujar Erwin.     “Terima kasih. Jangan lupa untuk beritahu anggota klub lainnya,” sahut Aris dengan wajah berbinar.     “Tidak perlu khawatir. Aku yakin begitu teman-temanku mengetahui kelebihan yang dimiliki mobil ini, mereka pasti akan mencari tahu.”     “Itu yang aku harapkan dari mobilmu,” sahut Aris tertawa.     “Omong-omong kau masih ingat dengan Mayang?” tanya Erwin ketika mereka sudah berada di ruang kerja Aris kembali.     “Mayang? Maksudmu gadis yang menjadi taruhan itu?” tanya Aris setelah terdiam cukup lama.     “Benar, walaupun aku tidak pernah menganggapnya seperti itu. Aku tadi bertemu dengannya di dalam bus. Kau tahu, dia tidak mengenaliku dan aku harus memaksanya untuk mengingatnya. Dia masih sama seperti dulu, tidak akan bicara kalau tidak ada yang memulainya.”     Kalimat yang diucapkan Erwin seperti sikap kecewa karena wajahnya yang ganteng tidak membuat seorang wanita mengingat apalagi menyisakan rasa tertarik padanya.     “Benarkah. Bagaimana dia bisa melupakanmu?” tanya Aris seolah tidak percaya.     Bagi Aris seorang wanita tidak akan bicara lebih dulu adalah hal yang wajar setelah sekian lama tidak bertemu walaupun bagi Erwin sangat aneh.     “Aku tidak tahu apakah dia benar melupakan aku atau hanya pura-pura saja. Apa kau tahu alasannya dia pindah dari sekolah? Katanya dia pindah tidak begitu lama setelah aku pindah juga.”     “Aku tidak tahu dengan jelas. Mungkin Gisel tahu mengapa Mayang pindah sekolah. Kebetulan hari ini dia akan menjemputku,” sahut Aris yang memang tidak pernah suka bergosip.     “Gisel? Kau serius dengannya?” Erwin mengerutkan keningnya. Dia tidak percaya temannya yang pendiam bisa berhubungan dengan wanita yang terkenal dengan kata-katanya yang tajam.     “Tentu saja. Heran?” tanya Aris nyengir.     “Aneh.”     “Apanya yang aneh, dia wanita dan aku pria.”     “Kau tahu dengan jelas apa maksudku. Dan berapa total biaya mobilku itu?” Aris berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.    “Masih ada sisa uangmu di sini. Kemarin kau memberikan p********n yang lebih besar dari estimasi yang aku sebutkan.”     “Benarkah? Aku puas mendengarnya.”     “Sama-sama.”     Aris lalu mengeluarkan nota perbaikan mobil Erwin yang hanya mendapatkan tatapan sebelah mata. Tanpa banyak bicara lagi, dia mengeluarkan dompertnya lalu menerima pengembalian dari pembayran yang sudah dia lakukan di muka.     “Ini buat bayar  tip montirnya,” kata Erwin.     “Terima kasih.”     Erwin tahu biaya yang sudah dibebankan oleh Aris sudah termasuk ongkos montir, tetapi dia juga tahu seorang montir berhak menerima hadiah dari pekerjaan yang sudah dia lakukan bila hasilnya memuaskan.     “Nah itu Gisel,” beritahu Aris.     “Apa kau masih mau bertanya tentang Mayang?”     “Tentu. Aku ada rencana untuknya,” jawab Erwin membuat Aris bingung.     “Rencana apaan?”     “Rahasia.”     Bertemu dengan Gisel, wanita yang pernah membuat masalah dengan Erwin ketika dia mendekati Mayang membuat Aris sedikit khawatir.     Erwin adalah seorang lelaki yang tidak pernah menerima kata tidak sedangkan Gisel adalah wanita yang bisa sangat tertutup bila ada seseorang yang berusaha mencari informasi tentang temannya yang secara kebetulan Mayang adalah teman dekatnya.     “Halo Gisel, aku tidak mengira bertemu denganmu di sini?” sapa Erwin begitu Gisel sudah berdiri di depannya.     “Halo juga. Sudah lama gak ketemu dan aku hampir tidak percaya setelah tahu dari Aris kalau kalian masih saling berhubungan,” sahut Gisel setelah dia memberikan kecupan singkat pada Aris.     “Sebenarnya aku sering ke sini, hanya saja tidak pernah dapat kesempatan bertemu denganmu. Untunglah hari ini aku bertemu denganmu,” kata Erwin yang dibalas Gisel dengan cengiran.     “Rasa-rasanya aku mencium ada udang dibalik bakwan,” balas Gisel seperti orang mengendus.     Suara tawa Erwin terdengar geli melihat tingkah laku kekasih temannya itu. Buat Erwin, Gisel adalah teman perempuan yang harus dihadapi dengan hati-hati.     “Kali ini aku tidak akan mengelak dari tuduhanmu. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin bertanya tentang Mayang. Kebetulan aku tadi bertemu dengannya di bus,” kata Erwin berusaha menjelaskan.     “Mayang…kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang dia. Aku saja sudah lama tidak bertemu dengannya. Kau beruntung bisa bertemu dengannya. Tapi…apa kau tiba-tiba mengabsen penumpang di bus sampai kau bisa tahu Mayang ada di dalam bus yang sama denganmu?”     Kalau saja Gisel bukan kekasih Aris, dia sepertinya dengan senang hati bicara tegas dan mengatakan dengan lebih kencang bahwa dia bukan lelaki seperti yang ada di dalam pikiran Gisel.     “Aku tadi bertemu dengannya dan dia mengatakan kalau dia juga ikut pindah tidak lama setelah aku pindah sekolah. Kau tahu apa alasannya?”     Bagi Erwin lebih aman tidak menanggapi ucapan Gisel yang hanya berakibat dirinya bersitegang dengan wanita perkasa yang ada di depannya.     “Apa kau percaya kalau aku tidak mengetahui alasannya?” pancing Gisel yang dijawab dengan gelengan kepala.     “Tidak ada yang tahu apa alasan Mayang pindah sekolah, tetapi dari beberapa informasi yang beredar adalah ada beberapa kakak kelas yang pernah tertarik padamu melihatnya bersama dengan lelaki yang lebih tua dan menjadi sugar baby,” beritahu Gisel.     “Sugar Baby? Kau percaya Mayang seperti itu?” tanya Erwin terkekeh.     Apa tidak punya otak orang yang sudah membuat berita seperti itu? Mereka seharusnya tahu dan kenal Mayang lebih dulu sebelum membuat berita bohong dan murahan seperti itu.     “Aku dan beberapa orang yang kenal dekat dengannya tidak ada yang percaya. Tapi bagi mereka yang tidak mengenalnya?”     “Berita itu menyebar dengan cepat walaupun Mayang tidak mengakuinya, tetapi semua pembelaan Mayang tidak berarti begitu beberapa foto dari tempat yang berbeda-beda menyebar secara bebas,” jawab Gisel.     “Foto? Foto apaan?”     “Foto dia sedang menemani seorang lelaki yang lebih pantas sebagai ayahnya dan juga foto dia dalam pelukanmu dalam keadaan mabuk,” beritahu Gisel lagi. Kali ini dia menatap Erwin tajam.     “Mayang dalam pelukanku? Kapan?”     “Entahlah. Sepertinya seminggu sebelum kau pindah sekolah.”     “Seminggu sebelum aku pindah sekolah…menurutmu apa kita pernah mengajak Mayang keluar?” tanya Erwin pada Aris.     “Menurutku pernah. Tapi itu terjadi setelah kau memaksanya naik wahana di arena permainan yang dia tidak sukai,” jawab Aris.     “Tapi kita tidak pernah membawanya ke tempat yang tidak benar,” jawab Erwin yakin.     “Sebuah gambar dapat bercerita lebih banyak daripada sebuah kebenaran yang kita ketahui,” jawab Gisel dan Aris berbarengan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN