Tuan Zack mencium bibirku dengan semakin kuat.
Meski aku pernah menolak mentah-mentah pernikahan ini, tapi janji Tuan Zack untuk memberikan ibuku pengobatan terbaik, membuatku berusaha berdamai dengan keadaan ini.
Ibuku adalah segalanya.
Apapun akan kulakukan untuknya. Jika aku menolak pernikahan ini, maka mungkin saja aku akan berakhir di asrama Nyonya Amber. Asrama yang menampung puluhan wanita cantik yang di asuh, dan dididiknya untuk menjadi wanita panggilan kelas atas.
Lebih baik aku berdosa karena menikah terpaksa, daripada harus berdosa karena melayani lelaki-lelaki kelas atas itu. Lagipula, mungkin saja mereka akan mencibir, dan merendahkan aku, karena kondisiku yang seperti ini.
‘Si cantik yang pincang!’
Begitulah orang-orang menyebutku.
Tiba-tiba perasaan takut menyergapku, aku tahu melepas keperawanan itu pasti sangat sakit. Apa aku cukup kuat untuk menahan rasa sakitnya.
Bibir Tuan Zack tidak juga melepaskan pagutannya di bibirku, padahal bibirku sudah terasa membengkak.
Aku mengeryitkan kening dalam, saat rasa sakit menerjang milikku, milik Tuan Zack seperti pedang tumpul yang tanpa ampun merobek milkku.
“Baron benar, kamu masih perawan .... ” desisnya di depan telingaku, digigitnya lembut daun telingaku.
“Sa ... kit!!” Aku menjerit dengan suara nyaring, karena merasakan sakit yang luar biasa saat milikku paling berharga terenggut olehnya. Meski Tuan Zack sangat lembut dalam memperlakukan diriku, namun rasa sakit itu tak bisa dihindari. Sakit itu tetap aku rasakan, menghadirkan air mata di kedua sudut mataku. Namun tak ada penyesalan yang aku rasakan. Karena kehormatan ku, aku serahkan pada orang yang sudah seharusnya menerima persembahan paling istimewa milikku.
Setelah semua usai.
Tuan Zack mengecup keningku lembut.
“Tidurlah, Al, pintu aku kunci dari luar, para pelayan akan datang melayanimu pagi hari, pulihkan tenagamu dengan beristirahat,” bisik Tuan Zack, aku tidak bisa membuka mataku, aku sangat lelah, tapi aku bisa merasakan dia menyelimuti tubuhku sebelum ia keluar dari dalam kamar.
***
Aku terbangun karena merasa silau dari cahaya matahari yang masuk dari jendela, tirainya dibuka oleh salah satu pelayan Tuan Zack.
“Selamat pagi, Nyonya, kami akan membantu anda untuk mandi,” salah seorang dari kedua pelayan itu menyingkap selimutku, untungnya tadi malam aku sempat membersihkan diri, dan mengenakan lagi pakaian tidurku.
Sedang pelayan yang satu lagi sudah masuk ke dalam kamar mandi terlebih dulu.
Mereka berdua kembali membantuku membersihkan diri, dan sepertinya ada pelayan lain yang sudah merapikan tempat tidurku saat aku mandi tadi, karena saat aku kembali ke dalam kamar, tempat tidurku sudah kembali rapi. Dan ada satu hal yang membuatku sangat terkejut.
Ada sepasang seragam sekolah di atas tempat tidur.
“Nyonya akan pergi ke sekolah seperti biasanya, dan akan diantar jemput oleh supir Tuan Zack setiap harinya,” kata Jemima, salah satu dari pelayan itu. Saat mandi tadi aku sempat menayakan nama mereka. Jemima, dan Felicia, itulah nama mereka.
Mataku memanas, air mata turun di pipiku, ini hal yang tidak pernah aku duga sama sekali, Tuan Zack yang aku kira akan mengurungku, dan hanya akan menjadikan aku sebagai b***k nafsunya, ternyata dia punya hati yang baik juga.
Pengetahuanku tentang Tuan Zack sangat minim. Aku hanya tahu dari Baron, kalau dia adalah seorang pria kaya yang sering datang ke asrama Nyonya Amber. Baron bekerja sebagai tukang pukul senior di sana.
Dengan penuh semangat aku mengenakan seragamku yang baru.
"Ini tas sekolah, Nyonya, buku pelajaran Nyonya ada di atas meja, di sudut sana," tunjuk Felicia ke arah meja di sudut kamar. Aku baru memperhatikan kalau di atas meja itu ada buku pelajaranku, juga sebuah laptop.
"Kami permisi, Nyonya, sebelum berangkat sekolah, Nyonya bisa sarapan dulu di ruang makan."
"Terima kasih, Felicia. Apa Tuan Zack akan sarapan bersamaku?" tanyaku penasaran. Berharap, pagi ini, aku bisa melihat wajah Tuan Zack. Aku ingin mengucapkan terima kasih langsung padanya.
"Tidak, Nyonya, Tuan Zack sudah pergi tadi malam."
"Pergi! Pergi ke mana, Jemima?"
"Maaf, Nyonya, saya tidak tau kalau soal itu."
"Ehmm ... aku hanya ingin berterima kasih atas semua kebaikannya, bisa kamu sampaikan ucapan rasa terima kasihku?"
"Sebaiknya Nyonya bicara dengan Nyonya Emma soal itu. Nyonya Emma adalah orang yang menerima langsung perintah dari Tuan Zack, dia adalah pengurus rumah ini."
"Baiklah! Terima kasih, Jemima, Felicia, aku akan segera turun setelah menyiapkan keperluan sekolahku."
"Kami permisi, Nyonya." Jemima, dan Felicia membungkuk hormat sebelum ke luar dari kamarku.
***
Aku menuruni tangga dengan langkah lambat, kakiku yang tidak sama panjangnya memang membuatku sedikit kesulitan karena memang tidak terbiasa turun naik tangga seperti ini.
Diujung tangga tampak berjejer beberapa orang wanita yang memakai pakaian sama dengan Jemima, dan Felicia.
Ada juga seorang pria yang mengenakan seragam yang sering dikenakan supir pribadi seperti di film-film. Seorang wanita yang paling tua diantara yang lainnya, menyambutku dengan memegang jemariku. Kuperkirakan usianya tidak kurang dari 50 tahun.
"Selamat pagi, Nyonya, kenalkan saya Emma, biasa dipanggil Nyonya Emma. Saya pengurus rumah tangga paling senior di sini, mohon maaf kalau saya tidak menyambut kedatangan Nyonya tadi malam, dikarenakan saya sakit," wanita itu bertutur dengan sangat lembut.
"Perkenalkan nama saya, Alena." Aku membungkuk hormat kepada Nyonya Emma.
"Ya, Nyonya, selamat datang di rumah ini, Nyonya bisa meminta apa saja pada saya. Oh ya, saya perkenalkan penghuni rumah lainnya, mereka semua adalah pelayan di rumah ini. Ini Nyonya Laura, dia kepala dapur di rumah ini, apapun yang ingin Nyonya makan, katakan saja kepadanya."
Nyonya Emma menunjuk kepada seorang wanita yang usianya mungkin lebih muda sedikit dari Nyonya Emma sendiri. Nyonya Laura membungkuk ke arahku. Aku juga membungkuk ke arahnya.
"Ini Jemima, dan Felicia, Nyonya bisa memanggil mereka kapanpun mereka Nyonya butuhkan, mereka adalah pelayan pribadi Nyonya." Nyonya Emma menunjuk ke arah Jemima, dan Felicia yang langsung membungkuk ke arahku, aku tersenyum kepada mereka berdua, mereka membalas senyumanku.
"Ini Sissy, Paulina, Rosana, Maura, Karen, Elisa, dan Katty, mereka juga pelayan di rumah ini." Nyonya Emma memperkenalkan satu persatu pelayan yang lainnya.
Mereka membungkuk ke arahku, aku juga balas membungkuk ke arah mereka.
"Ini Brad, dia supir pribadi Nyonya, dia yang akan mengantar jemput ke sekolah," Nyonya Emma memperkenalkan pria tinggi besar yang memakai uniform supir itu ke arahku.
Tubuhnya tinggi dan tegap, wajahnya ditumbuhi jambang, dan kumis yang cukup lebat, ia mengenakan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
"Selamat pagi, Nyonya, saya siap mengantarkan Nyonya kemanapun juga."
Brad membungkukkan tubuhnya, tanpa melepas kacamata, dan topinya. Aku juga membungkuk menyambut salamnya.
"Sebenarnya masih banyak pekerja pria lainnya, tapi Tuan Zack melarang pekerja pria untuk masuk ke dalam rumah, jadi hanya pelayan wanita, dan Brad yang saya perkenalkan kepada anda," kata Nyonya Emma, aku hanya mengangguk mendengarkan ucapannya.
"Sebaiknya Nyonya sekarang sarapan sebelum pergi ke sekolah. Jemima, dan Felicia yang akan melayani Nyonya."
"Terimakasih," sahutku.
BERSAMBUNG