PART. 6 WAJAH ZACK

1004 Kata
Alena terbangun, saat merasakan benda basah, dan terasa dingin menyentuh pipinya. "Bangun, Al... " bisik suara serak, dan berat di telinga Alena. Alena tahu itu suara Zack. Alena berusaha membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Tadi malam adalah percintaan luar biasa baginya. Membuat tubuhnya terasa remuk redam. Seakan tubuhnya tak lagi memiliki tulang. Alena tak bisa menghitung, berapa kali ia mencapai klimaks, dari beberapa ronde percintaan mereka semalam. Zack sungguh bagai singa yang lapar. Menerkamnya dengan sangat liar. Seakan ia benar-benar tidak merasakan bersama wanita di atas ranjang begitu lama. Namun, Zack juga memberinya rasa puas yang luar biasa. Puas di tubuh, dan juga di dalam hatinya. Meski pada akhirnya, setelah percintaan panjang mereka usai, Alena merasakan tulang di tubuhnya bagai terlepas semua. Alena tak punya tenaga lagi, ia langsung tertidur pulas. "Apa kamu tidak ingin bangun, Al?" Zack menggoda Alena dengan usapan lembut di pipi istrinya itu. "Emhhh, aku lelah, aku masih mengantuk," gumam Alena yang tidak mampu untuk membuka matanya. Zack menatap tubuh istrinya yang tidur telentang dengan tubuh telanjang. Bekas kecupan yang merah, menghiasai tubuh, dan kedua paha Alena. Bahkan tampak nyata, dadanya Alena yang terlihat sedikit memar, dan memerah, karena ia terlalu kuat menyentuhnya. Satu bulan tanpa Alena, sungguh sangat menyiksa bagi Zack. Alena bagai candu bagi dirinya. Ia merasa sakau tanpa menyentuh Alena. "Apa kamu tidak penasaran lagi dengan wajahku?" Alena mendengar pertanyaan Zack yang memancing dirinya agar mau membuka mata. Pertanyaan itu berhasil membuat Alena membuka mata. Ditolehkan kepala ke arah Zack yang segera berdiri membelakanginya. Alena melihat, Zack hanya menggunakan handuk yang ada di pinggangnya. Tubuhnya terlihat tinggi, dan kokoh, kulit punggungnya berwarna coklat. Tampilan belakang Zack sudah membuat Alena terpesona. "Aku ingin melihat wajahmu, Tuan Zack.... " mohon Alena dengan suara khas orang bangun tidur. Ia bangun dari berbaringnya, lalu menutup mulutnya yang menguap. Dan, berusaha agar matanya yang masih sangat mengantuk bisa tetap terbuka. Alena melihat Zack memutar tubuh dengan gerakan perlahan. Alena masih berusaha membuka mata yang mengantuk dengan lebar. Matanya yang masih mengantuk, sontak benar-benar melebar, begitu melihat wajah Zack. Mata Alena tak berkedip untuk sesaat. Lalu, mata indah Alena mengerjap berulang kali. Seakan tidak percaya dengan wajah Zack yang ia lihat. Wajah Zack sangat tampan. Rahangnya kokoh, bola matanya hitam kelam, rambut, dan alisnya hitam tebal. Hidungnya tinggi, matanya lebar. Zack berjalan mendekat. Tatapan Alena turun ke d**a Zack. Sungguh bentuk tubuh yang sempurna, diusia Zack yang Alena tahu tidak lagi muda. Zack berdiri di hadapan Alena. Alena harus mendongak untuk menatap wajah Zack. Zack menatap lekat wajah Alena. Wajah Zack mendekati wajah Alena. "Apa wajahku sangat buruk?" Tanya Zack tepat di hadapan wajah Alena. Alena menatap semakin lekat wajah di hadapannya. Tangan Alena terangkat, diraba wajah Zack dengan perlahan. Zack memejamkan mata, merasakan sentuhan lembut Alena di wajahnya. Mata Zack terbuka, saat merasakan bibirnya dilumat lembut oleh bibir Alena. Mata Alena terpejam, dan terbuka saat merasakan Zack mengangkat tubuhnya. Alena didudukan di atas pangkuan Zack yang duduk di tepi tempat tidur. Alena melepaskan ciuman, matanya berbinar ceria. "Anda sangat tampan, Tuan Zack," puji Alena dengan tulus. Tatapannya tak beralih dari wajah Zack. "Benarkah aku sangat tampan? Usiaku sudah lebih empat puluh tahun, Alena." Zack tersenyum kaku. Alena berpikir kalau Zack pasti bukan orang yang suka tersenyum. "Biasanya, pria seumuran anda, semakin terlihat memancar ketampanannya." Alena menyusuri rahang Zack dengan jemarinya. "Kamu pintar memuji ternyata. Sebaiknya kamu mandi, sebelum aku tidak mampu menahan napsuku lagi." Alena diturunkan dari atas pangkuan Zack. Zack memukul pelan b****g Alena. Agar Alena segera masuk ke kamar mandi. "Kenapa harus ditahan, aku akan dengan senang hati melayani anda." Alena mengusap d**a Zack untuk menggoda. "Hey! Kau sudah mulai belajar menggoda, heeh!" Mata Zack melotot ke arah Alena. "Aku hanya menggoda anda. Bagiku, anda adalah pusat dari duniaku saat ini." Alena masih mengusap d**a Zack perlahan. "Al, Kita sudah marathon bercinta tadi malam, apa kau tidak merasa lelah?" Tanya Zack. Alena tersenyum. "Dia bangun, iyakan?" Alena tidak menjawab ucapan Zack, tangannya justru melepaskan handuk di pinggang Zack, lalu menyentuh lembut milik Zack dengan telapak tangannya. "Alena ...." Zack mengerang pelan, Alena mendorong d**a Zack, sampai punggung Zack menyentuh kasur. Lalu ia membungkuk di antara kedua paha Zack. Ia ciptakan kenikmatan untuk Zack lewat mulutnya. Sebelum ia berikan Zack menu utama. *** Alena terbangun. Setelah sesi bercinta dipagi hari tadi, ia kembali tertidur. Ditatap sekelilingnya, dan ia baru menyadari sekarang, kalau ini bukan kamarnya. Ia menduga, kalau ini adalah kamar Zack. Dan, ia yakin, Zack pasti membawanya ke sini setelah mereka marathon bercinta tadi malam. Zack sudah tidak ada lagi bersamanya. Namun, saat ia bangkit dari berbaring, Alena menemukan setangkai mawar berwarna putih, beserta selembar surat di atas bantal di sampingnya. Alena meraih kertas itu, dibaca dalam hati tulisan yang ada di atas kertas. My Little Angel. Al-ku tersayang. Maaf, karena aku meninggalkanmu. Aku harus bekerja, aku tidak tega membangunkanmu. Terima kasih, sudah membuatku sangat bahagia. Pintu aku kunci dari luar, tekan bel, dan panggil Emma untuk membukakan pintu, jika kamu ingin keluar. Dari suamimu. Zack Alena tersenyum, didekatkan mawar itu ke hidungnya. Ia hirup aroma wanginya. Lalu ia beringsut turun dari atas ranjang. Ia letakan surat, dan mawar diatas meja. Ia ingin berendam, untuk sedikit menghilangkan penat di tubuhnya. Hatinya benar-benar berbunga-bunga. Zack ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Wajah Zack sangat tampan, dan sikapnya, tidak lagi sedingin biasanya. Sikap Zack kini terasa sangat hangat bagi Alena. Mengusir kecemasan yang ada di hatinya. Perasaan takut akan nasib masa depannya mulai terkikis. Dengan mengijinkan dirinya kembali ke sekolah, artinya Zack memperhatikan pendidikannya. Itu membuktikan kalau Zack tidak menganggapnya hanya sekedar pemuas nafsu belaka. Perasaan Alena jadi berbunga-bunga. Ia berendam dengan hati gembira. Zack memang bukan orang yang mudah tertawa, terlihat tidak mudah membangun komunikasi juga, tapi Zack jelas tampak berusaha, untuk membuat Alena merasa nyaman bersamanya. Itu yang Alena rasakan. Dan, hal itu membuat Alena sangat senang. Alena tidak tahu, dunianya bukan hanya tentang dirinya, dan Zack saja, tapi ada masalah yang ia harus hadapi nantinya. Masalah yang akan datang mendera, mengganggu rumah tangga, dan kenyamanan hidupnya. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN