BAB 07

1017 Kata
Alea melihat orang yang ada di depannya yang duduk dengan senyuman sopan dan wajah menunduk. Ia tahu siapa lelaki di depannya ini, orang kepercayaan mantan suaminya yang b******n. Ia tidak lupa, kalau besok pagi dirinya harus ke apartemet Vanno. Namun, hari ini Alea harus menemukan rumah kontrakan yang harganya murah dan bisa dibayar pakai uang kerjanya di kafe. “Ada apa?” tanya Alea yang bertanya duluan. Setelah hampir sepuluh menit lelaki di depannya yang masih diam saja, tidak mengatakan apapun. Ia penasaran dengan apa yang dikatakan oleh lekaki di depannya. “Kalau kau mau mengatakan dan mengingatkan saya yang harus ke apartemen besok malam. Ya. Saya ingat itu, jangan takut kalau saya kabur. Saya tidak akan kabur. Saya sudah mengambil semua uang dari Vanno, juga lelaki itu menambah uang dengan meletakan ayah saya di ruangan mahal di rumah sakit.” Alea tidak sabar dan mengatakan semuanya, dia mau cepat-cepat pergi dan mencari lagi kontrakan yang sudah dua jam dirinya mencari belum menemukan sesuai di kantongnya. Lelaki itu tersenyum. “Bukan begitu Nona, saya mau menyampaikan kalau Tuan Vanno sudah menyediakan rumah untuk ayah anda, ini kunci rumahnya, dan ini alamat rumahnya. Anda tidak perlu untuk mencari rumah lagi.” Lelaki itu mengulurkan kunci rumah dan alamat rumah yang diberikan oleh Vanno pada wanita tersebut. Mata Alea menatap pada kunci yang ada di atas meja dan juga alamat rumah. Alea menggeleng dan mendorong. “Saya tidak bisa menerima ini. Semakin banyak saya mengambil uang atau barang yang diberikan oleh Vanno pada saya. Maka makin banyak pula hutang saya padanya, dan saya semakin terjebak dengan Vanno.” Alea tidak mau menerima barang yang diberikan oleh mantan suaminya itu kembali padanya. Lebih baik dirinya menolak apa yang diberikan oleh mantan suaminya, dibanding ia harus terjebak semmakin kama dengan Vanno lalu lelaki itu pasti selalu mengungkit apa yang diberikan olehnya pada Alea dalam kata penuh hinaan dan tidak sanggup di dengar oleh Alea kalau lelaki itu sudah berbicara begitu pedas sekali. “Maaf sekali Nona. Tuan Vanno tidak menerima penolakan, dia tidak mau anda menolak apa yang sudah diberikan olehnya pada anda. Anda harus menerima ini, juga, anda pasti sudah tahu kalau Tuan akan membebaskan anda sampai dia-“ Lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya. Ia menatap iba pada Alea yang sudah meneteskan air matanya sekarang. Lalu ia mengangguk kaku. Tentu saja dia tahu itu, kalau Vanno akan memakai dirinya sampai lelaki itu bosan. Tapi, Alea masih tidak menerima rumah yang diberikan oleh Vanno padanya. Drrtt…. Drrttt… drrttt… Suara Handphone milik lelaki di depan Alea berbunyi. Alea menatap dengan alis terangkat, lelaki itu mengangkat teleponnya dan membesarkan suara. Lalu meletakan di tengah meja. “Alea sayang, kau sudah menerima kunci rumahnya? Kau tidak perlu mencari kontrakan lima ratus ribu perbulan. Itu tidak ada sayang. Lebih baik kau terima saja rumah itu lalu tempati. Untung-untung sebagai pelayanan dirimu nanti kalau kau memuaskan. Tua bangka itu harus tinggal di tempat yang bersih bukan? Kau tidak mau membawanya ke rumah kontrakan yang kumuh? Yang bisa memperparah penyakitnya lalu mati. Dan perjuanganmu sia-sia. Lebih baik terima saja. Jangan lupa untuk ke apartement besok malam sayang, aku menunggumu baby.” Sambungan telepon itu mati. Alea menatap kosong pada kunci rumah di depannya, ia tidak mau menerima rumah itu, tapi mencari rumah yang murah untuk ditempati bersama dengan ayahnya, tentu saja tidam ada. Dan pasti lingkungannya tidak sebersih tempat tinggal mereka. Alea dan ayahnya tidak suka dengan tempat tinggal yang kotor. Kost tempat Alea saja, yang lumayan bersih dan tidak terlalu kotor, kalau ada anak kost yang lain membuat dapur kost menjadi kotor dan tidak dibersihkan Alea tidak akan memasuki dapur itu memilih untuk membeli makanan di luar dibanding memasak. “Nona, lebih baik anda terima saja. Anda sudah mendengar sendiri bukan, apa yang dikatakan oleh Tuan Vanno, kalau anda menolak rumah ini, bukan hanya anda yang akan kena masalah. Tapi saya juga, karena saya tidak bisa membuat anda menerima rumah ini. Saya mohon…” lelaki itu menatap Alea memohon, menerima rumah yang diberikan oleh Vanno. Dengan ragu tangan Alea mengambil kunci rumah tersebut, lalu menatap kunci rumah dan alamat rumah itu di tangannnya. Alea tersenyum tipis lalu melihat pada lelaki di depannya. “Kau sudah tenang sekarang. Karena aku sudah mengambil kunci rumah dan juga alamat rumah ini. Kau tidak perlu takut lagi Vanno memarahi dirimu. Aku mau kembali bekerja sekarang,” Alea yang berdiri di tempat duduknya. “Nona, Tuan Vanno melarang anda untuk bekerja di kafe.” Alis Alea terangkat. “Kenapa? Apalagi yang dimau oleh lelaki itu hah?!” Alea sudah kesla dengan semua yang dilakukan oleh Vanno. Seolah hidup Alea sekarang adalah milik lelaki itu. “Tuan Vanno mau anda fokus saja pada dirinya, tidak usah bekerja, karena dia tidak mau anda lelah saatb melakukannya dengan-“ “Stop! Bilang padanya. Kalau aku tetap bekerja. Aku tidak suka dilarang untuk tidak bekerja, aku mau memberi ayahku makan pakai apa? Kalau aku tidak bekerja?!” Alea tidak mau mendengar lanjutan ucapan lelaki itu barusan, yang sama saja mengingatkan Alea sudah menjadi w************n yang tubuhnya bisa dibeli pakai uang. Lelaki itu hanya diam saja melihat Alea sudah pergi. Ia mengirim pesan pada boss nya itu, kalau Alea tidak mau dilarangg untuk bekerja. Ia tidak bisa melarang wanita itu lagi, yang terpenting rumah dan alamat rumah itu sudah diterima oleh Alea. *** Vanno menyeringai, ternyata mantan istrinya itu pembangkang sekali. Sudah disuruh hidup enak, cuman mengakang di depan Vanno tidak perlu bekerja menjadi pelayan cukup melayani Vanno di atas ranjang saja. Wanita tersebut menolak. Masih tetap mau bekerja dan memilih hidup susah. “Kau memang wanita miskin pekerja keras sekali Alea. Lihat, apakah kau nanti masih bisa bekerja sayang, setelah aku menyentuh dirimu dan membuat kau tidak bisa jalan oleh milikku yang keluar masuk di lubangmu yang sempit dan katanya masih perawan itu.” Vanno tertawa kecil dan menyesap minuman yang ada di tangannya pelan. Sembari membayangkan indahnya tubuh Alea, yang sudah tidak sabar sekali ingin disentuh oleh dirinya. Vanno ingin menarik Alea, lalu membawanya ke atas ranjang dan memasuki Alea kasar. Sabar ... hanya menunggu satu hari lagi. Vanno bisa melecehkan tubuh Alea.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN