Bab 18 - Maaf Katanya

1520 Kata

"Ayah... " gumamku lirih, menatap nanar ayah dibawah derasnya hujan. Tetapi tidak dengan air mata yang ia hadirkan, terasa menyesakkan saat melihat dengan nyata Ayah menangis seperti ini. Walaupun airmatanya tersamarkan oleh hujan tetapi aku bisa melihat dengan jelas nyatanya hal itu, rasa penyesalan sangat besar terlihat dari matanya tetapi bukannya iba aku hanya merasa muak akan itu bahkan ada sedikit kesenangan melihatnya hancur sepertiku. Bukannya berlari memeluknya aku hanya terdiam terpaku menatapnya dengan sorotan tidak tertarik sama sekali, keinginanku akan kasih sayangnya sudah tidak ada tergantikan dengan kebiasaan. Sudah cukup, cukupkan semuanya. Kata-kata yang dilontarkannya sudah cukup akan kehancuran untukku, dia bukan pahlawanku lagi, dia sudah menjadi orang asing da

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN