4. Ngajak Ribut

1047 Kata
Jangan menyalahkan rupa karena terlalu sempurna. Lihatlah, ada banyak manusia yang insecure di luar sana. -Kang Dani Seblak- Putar balik demi menghindari kerumunan rusuh para cewek? Adalah jawaban yang ingin Dani lakukan, tetapi ia lupa ada sebuah ransel yang ditinggalkan di dalam kios! Memaksanya tetap berada di jalan yang sama. Maju ke depan, melewati belasan pasang mata yang berbinar mendamba. Seakan ingin melahap tubuhnya bulat-bulat. Menelan paksa ludah, mulai kembali melangkah. Begitu pula kumpulan cewek yang bisa disebut geng bengal dari SMK Sayang. Dua gadis yang tak mampu berkedip, lalu saling berbisik akan wajah rupawan Dani, hanya mampu ternganga. Berakhir tubuh Dani berhasil melewati. Langsung membuka pintu kios dengan gemetar. "Asli, woi! Jangan-jangan dia jelmaan, Yayang Bright!" oceh seorang cewek yang memiliki t**i lalat tepat di samping kiri bibir bergincunya. "Bisa juga sodaraan? Ah, gila pasti tuh cowok gak ngerti bahasa Indonesia!" pikir gadis dari kerumunan lain. Sampai sosok cewek dengan rambut diikat ke belakang asal, menjadi incaran. Namanya Dayana atau kerap dipanggil Patung Dayana oleh teman tak diharapkan di kelasnya. "He, Patung!" seru Denis, cewek paling cetar membahana penampilannya. Seketika belasan orang yang berada di halte membisu. Kecuali Dani yang tak jauh dari sana, susah payah memasukkan kunci untuk membuka pintu kios barunya. Dayana yang tak asing mendengar suara Denis, menoleh malas. Masih terbuka lembaran n****+ yang sedang ia baca. Denis berjalan menghampiri, tidak lupa sudut matanya berjaga-jaga mengikuti gerak-gerik Dani. "Lu jago bahasa Ingglis, kan?" tanya Denis dengan logat cadel khasnya. Dayana menatapnya malas. "Mau uji coba?" tanyanya balik, menciptakan bisik-bisik akan terjadi perang mulut yang sengit. Namun, sebelum Denis menjawab sosok Danu sudah datang. Semakin panas dingin saja suasana di sana. Mengapa tidak? Danu Bromosto adalah anak sebelas yang sudah ditunjuk menjadi ketua basket sejak duduk di kelas sepuluh. Lihat saja tubuh tegak dan berototnya. Seketika wajah rupawan Dani terhempas jauh karena kedatangannya. Aneh bin ajaib, Denis yang menjadi incaran Danu tak pernah sekalipun berniat membalas rasa yang tercipta atau kerap disebut sebagai rasa suka. Apalagi semenjak menangkap wajah rupawan milik Dani bak aktris Thailand. Baginya, sekarang waktu yang tepat untuk keluar dari zona menjomlo atau dikejar most wanted-nya SMK Sayang. "Balik, yuk, kamu gak bawa mobil, kan?" ajak Danu dengan lembut. Jeritan kecil tertahan karena iri mulai bermunculan, tetapi Denis tidak peduli sama sekali. "Gua gak butuh pelhatian lo, ya!" Pendengaran kalian tidak salah, Denis memang cadel. Ia tak mampu mengucap huruf R dengan jelas. Yang ada penolakannya barusan menciptakan kesan lucu. Jadi, tidak asing baginya saat beberapa orang menyapanya dengan sebutan Denis Cadel. Sayang banget, udah cantik, tajir, eh ... malah cadel. Hilang sudah pesonanya. Kecuali bagi Danu, sosok Denis adalah paling sempurna baginya, mau ditolak ribuan kali kek, sebelum janur kuning melengkung ia akan tetap berusaha. Selanjutnya setelah mendengar penolakan untuk kesekian kalinya, Danu menatap kepergian Denis dengan satu dayangnya yaitu Dena Beloon. Jangan tanyakan kenapa Denis memilih dayangnya Dena, jawabannya adalah karena dia pintar juga langganan peringkat ketiga. Lalu mengapa nama panggilannya diakhiri beloon? Itu dikhususkan untuk Denis. Baginya jika bercerita soal cogan kepada Dena, berasa ada di planet lain. Pertanyaan A respon yang Dena berikan adalah W. "Gila, sih, Kak Dendis yang dulu KETOS di SMP milih Si Dwita l***e dibanding gua," ucap Denis waktu lalu. Dena yang mendengar berpikir sejenak sebelum berucap, "Mantannya Si Dwita jadinya suka sama elu, gitu?' tanya Dena. Denis menatapnya kesal. "Apa ulusannya mantan Si l***e sama gua? Lu, punya otak beloon banget, sih!" ketusnya. "Kok ngegas, sih? Mantannya gimana, dong? Harusnya kita dukung Si Dwita balikan, gitu?" Lebih baik melupakan temannya sejenak, tetapi Denis kembali berpikir. Nanti siapa yang akan mengerjakan tugasnya selain Dena? Jadi, selama dua tahun ini Denis sudah biasa dengan beloonnya otak Dena dan cerdasnya dalam soal pelajaran sekolah. Mungkin memiliki kepribadian ganda? Semoga saja. Keduanya mendekati Dani yang sudah menjinjing ransel di belakang punggung, saat berbalik alangkah kagetnya mendapati sosok Denis yang memiliki paras rupawan khas orang Rusia. Hidung mancung kemerahan, rambut pirang kecokelatan terurai. Jangan lupakan bibir merah meronanya. Dihiasi lip tint, semakin menggoda iman. "Yang punya kios, ya?" tanya Denis diakhiri senyum genit. Dani menggeleng cepat. Dena yang baru ngeuh akan rupa Dani menjerit keras, melengking bak orang gila. "Lu kesulupan!" sentak Denis sambil mencekal pergelangan tangan Dena. Mulut Dena mangap-mangap. "G—gua gak mimpi 'kan, Nis?" gagapnya. "Mimpi apa?" sosor Denis mulai kesal. "Lo, Bright, kan?" Tuh, dia emang telat mikir apa gimana, sih? Oh, ya, baiklah tingkat beloon Dena semakin mendarah daging. Denis mendorongnya kasar sampai ke belakang. Tinggal dia yang berhadapan langsung dengan Dani yang hanya mampu terdiam membisu menunggu ucapan apa yang akan terlontar, dari bibir mulus kemerahan milik Denis. Sebelum berucap, Danu menjadi manusia pengganggu lagi. Padahal dia siapa? Pacarnya Denis? Oh tentu saja bukan, tetapi setelah dia menatap penampilan Dani yang tidak pantas disebut benalu gampang disingkirkan, mengingat wajah rupawan sangat aduhai. Danu kembali berontak. "Dia pacar gua, lu jangan ganggu, ya!" Ancaman yang Danu berikan sangat mengganggu telinga Denis. Denis menatapnya malas. "Sejak kapan gua pacalan sama lu? dalem mimpi, ya?" Danu terlihat berpikir sejenak lalu membalas, "Sejak masuk SMK!" Semua orang yang menonton kembali berbisik ria, "Padahal, ya, Danu itu ganteng ngapain sih harus ngejar Si Denis Cadel mulu? Heran, deh!!" "Tauk, keliatanya jadi sad boy nanti. Harusnya dia ngejar gua aja, ya," harapnya sambil membayangkan Danu merangkul dan menggenggam. Saat semua orang sibuk memerhatikaan Denis dan Danu. Dani bergerak cepat menjauhi kerumunan. Belum juga dagang sudah mendapat masalah, bagaimana nantinya? Sosok Dayana yang mengetahui Dani menjadi incaran nampak tak peduli, ia kembali membaca n****+ di genggaman. Kecuali teman sebangkunya, yaitu Desi. Gerak geriknya tetap mengikuti arus percintaan dan masalah yang dibesarkan, antara Denis dan Danu. Sudah menjadi hal biasa dan disayangkan sikap Danu ditolak mentah-mentah oleh Denis. Dulu ia mempertahankan sang kakak kelas dingin nan jutek, berakhir di saat perpisahan tiba semuanya tetap sama. Denis dalam status jomlo dan Danu menjadi cowok yang ngejar-ngejar cewek puluhan kali menolaknya. "Gara-gara elu, sih! Kapan kita pacalan, Blomo!" sentak Denis. Hanya Denislah gadis yang memanggil Danu saat kesal dengan nama kepanjangannya. Membuat Danu mati gaya, panggilan tersebut baginya adalah hal yang berbeda dari perempuan lain. Ah, tidak salah ia mengejar Denis, sampai kapan pun dipastikan takkan sia-sia perjuangannya. "Ngapain juga deketin tukang dagang? Udah jelas gua paling tajir, gimana sih," hina Danu, masih dengan wajah dimanis-maniskan agar Denis cepat luluh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN