PROLOG
Mengubah nasib. Memaksa diri tidak lagi berada di bawah orang agung yang diberikan singgasana. Relakan dahulu kebersamaan dengan orang tersayang, demi menjaga kelak di masa yang akan mendatang tetap baik-baik saja. Tanpa hambatan melintang, seperti banyak hutang.
-Kang Dani Seblak-
Kata orang jangan meragukan soal ketampanan yang saya miliki sejak kecil. Namun, saya mencoba berpikir cepat saat langkah selanjutnya menuju pendidikan tinggi. Terpaksa berhenti harus sadar diri karena perekonomian keluarga tak menjanjikan semua harapan tergapai sesuai harapan.
Orang miskin. Kerap kami mendengar lelucon tersebut, lalu dibandingkan dengan ketampanan saya yang luar biasa. Sempat ada seseorang memberitahukan pekerjaan aneh, bahkan baru pertama kali saya denger.
"Jual aja diri elu, lumayan layanin ibu-ibu berduit! Gak capek kerjanya."
Meskipun tergolong orang miskin. Jalan pikiran tetap mengalir sesuai ajaran Islam yang sejak dini diberikan Bapak sama Emak. Detik berikutnya, memilih pergi menuju Kota orang adalah jawaban. Peluang mencari uang, berusaha memberikan hasil terbaik untuk kedua orang tua dan masa yang akan mendatang.
"Ke Bandung? Terus kamu mau hidup di mana? Sama saha di sana, teh? Osok ngaco kitu Si Dani, mah, Pak!"
"Gak papa atuh, Neng, daripada di sini terus. Emang warung bakso yang Dani bantu banyak pelanggannya, tapi kalo gajinya gak naik-naik percuma!"
Bapak memang selalu memberikan restu ke mana pun saya pergi, sedangkan Emak kebanyakan ngomel, mikir panjang pokoknya cerewet. Mengingat anaknya cuma saya doang. Mungkin, gak bisa ngasih jatah nyuci baju sama nyuci piring lagi kali.
"Terserah atuh, asal jangan kerja anu aneh-aneh. Karena semua yang kamu jalanin, nanti dipertanggungjawabkan di akherat," pesan Emak.
"Iya, Mak, lagian Dani mau dagang seblak aja. Udah tau resepnya 'kan dari zaman dulu dari, Emak!"
"Hati-hati aja, di kota orang mah. Jangan padu ngomong, kudu bisa nahan emosi sama bedain. Mana orang jahat sama orang baik." Kembali Emak takut akan dunia luar di sana. "Nanti sama siapa berangkatnya?"
"Sendiri aja, punya kenalan kok. Gampang tinggal nyari kontrakan nanti."
Masalahnya, ada yang bisikin dari jauh hari sebelum niat ke Bandung dagang tuh. Temen saya namanya Dono, sekarang jadi tukang judi. Nanti nasib saya di sana gimana, ya? Duh, jangan sampe Bapak sama Emak tau. Berabe gak bakal dikasih izin.
"Kerja apaan kenalan yang mau bantu di sana? Punya perusahaan? Gede gak?"
Emak lagi yang nanya.