Kita Bertemu

937 Kata
Semburat cahaya senja menghias langit yang menemani banyak orang yang masih dalam perjalanan ke tempat mereka masing-masing. Sama halnya yang dilakukan Vina dengan langkah gontai berjalan kaki dari area kampus menuju kosan. Kegiatan ospek yang melelahkan belum lagi tugas yang harus dikerjakan bersama kelompoknya memakan waktu jam pulangnya menjadi lebih larut. Jarak 500 meter antara area kampus dan kosannya berubah menjadi berkilo-kilo meter rasanya. Sepanjang perjalanan pikiran gadis itu dipenuhi gerutuan karena perasaan lelahnya. Hingga satu suara sepeda motor yang seolah semakin mendekat membuat Vina berjalan semakin menepi juga mempercepat langkahnya. Namun tentu saja pengendara itu jauh lebih cepat dan sudah berada di samping Vina. Sedikit terkejut dan mencoba menggelengkan kepala agar lebih fokus melihat orang di sampingnya. Wajah yang familiar tapi Vina masih sulit mengingat orang tersebut. “Hai kamu lupa ya, aku petugas kesehatan yang ada pas temen kamu sesak nafas” ucap laki-laki itu riang. “Oooo iyaa hehe baru inget, pantesan kok kayak pernah lihat di mana” Vina mengingat laki-laki petugas kesehatan itu. “Kenalin aku Hanan” “Hi kak Hanan, aku Vina” Keduanya pun saling menjabat tangan dan Vina menjadi bertanya-tanya maksud kehadiran orang asing ini di hadapannya. “Ada apa ya kak?” “Ini mau nawarin formulir buat gabung ke anggota kesehatan kampus” “Hah? bukannya kegiatan recruitment hari terakhir ya kak?” “Kamu dapet jalur khusus, soalnya aku udah lihat sendiri kemampuanmu” “Waah orang dalem dong” celetuk Vina tanpa kontrol. “Hahahaha yaa bisa dibilang begitu, lihat-lihat dulu aja ini ada brosur juga formulir kalau kamu berminat bisa langsung kasihin ke aku pas di kampus besok” kalimatnya meyakinkan. “Okee aku terima ya kak, makasih lho udah ditawarin duluan hehe” “Iya, ini kamu mau pulang kan? kalau jalan kaki berarti deket dong. mau bareng aja gak? searah kok” Vina termangu dengan deretan pertanyaan yang sebagian besar memang sudah terjawab kebenarannya “Eh gausah deh kak, udah deket juga” “Gabakalan aku culik, udah sore banget lho” laki-laki itu menebak tepat alasan Vina. “Haha engga gitu kak tapi beneran tinggal deket kok itu di depan” alibi Vina yang benar adanya. “Beneran gamau?” “Iya kak gausah, duluan aja. makasih loh” “Jarang-jarang lho aku mau nawarin tumpangan ke orang lain” .....dih.... “Yaa berarti gausah kak gapapa” “Yaudah deh, jangan nyesel ya!” laki-laki itu berlalu pergi dan masih dapat Vina lihat bahwa dia masih mengamati Vina dari kaca spion. cowok aneh, senyumannya juga nyebelin komentar Vina dalam hati. *** "aku sudah sampai sini, ayo" "jangan sampai jatuh!" "tidak, tapi mungkin kamu sudah tidak ada di jok belakang lagi" "hiii sereeem" haahahahahah *** Hari berikutnya Vina benar-benar sudah mengisi formulir pendaftaran itu. Tidak ada kegiatan lain yang minat dia ikuti selain kembali memperdalam bidang yang telah ia geluti sejak kelas satu sekolah menengah atas. “Permisi kak aku mau ngumpulin formulir pendaftaran klub kesehatan” ucap Vina pada petugas kesehatan yang tengah berada di poskonya. “Lho kok kamu udah punya? kan masih…” “Dia punya ku” ……. Kalimat itu terpotong oleh satu suara yang membuat Vina dan kakak tingkat di hadapannya berkerut bingung. “Dia urusanku, kamu bisa balik tugas” perintah Hanan. “Oke kak” Kini Vina ditinggalkan berdua dengan orang yang memperkenalkan diri sebagai Hanan kemarin. Terjadilah obrolan mereka hari itu. “Kok kamu kasihin ke dia?” “Dia juga anggota klub kesehatan kan kak?” “Kan aku bilang serahin ke aku” “Aaah iya, maaf ya kak soalnya aku gatau kakak di mana” jawab Vina jujur. “Bisa nanya kan? kamu lupa nama aku?” ucap Hanan dengan mode kakak tingkat (menurut Vina). “Enggaaa, Kak Hanan kan?” “Nah itu inget, ga pengen ketemu lagi apa? tapi karena kamu daftar klub kesehatan jadinya kita bakal sering ketemu sih” ...eeee.... Satu hal yang Vina sadari dari orang bernama Hanan ini pd-nya selangit. “Udah ga sabaran ya mau gabung klub kesehatan? cepet banget udah diserahin hari ini” goda Hanan. “Yaudah besok aja deeeh” sebal dengan celotehan Hanan, Vina hendak merebut kembali kertas formulir di tangan laki-laki itu tapi dengan cepat Hanan mengangkatnya ke udara. “Eiits gausah, cuma nanya aku. Gitu aja ngambek” ish nyebelin “Udah kan kak, aku permisi ya kak” Vina tidak ingin lebih lama berada di sana. setelahnya Vina membalikkan badan dan bergegas pergi hingga dering ponsel menghentikan langkahnya. dirogoh saku tempatnya menyimpan ponsel dan terpampang satu nomor tidak dia kenal menghubunginya. enggan merespon Vina hanya menatap layar ponselnya hingga si penelpon berhenti menghubungi. belum juga vina beranjak nomor itu menghubungi lagi, untuk yang sekarang Vina pikir ini adalah panggilan penting. “Ha,, lo” “Gaya banget sih pake ga diangkat” “Hah?? ini siapa ya?” “Cowok ganteng” tuut tuut tuuut “Orang gila” Vina memutus sepihak panggilan itu karena dirasa tidak penting. Namun nomor yng sama masih menghubungi untuk kesekian kalinya. Cepat-cepat Vina menekan tanda menolak panggilan juga hendak memblokir nomor tersebut. “VINAAAA” Suara dari arah belakangnya membuat Vina menghentikan gerakan tangannya. Hanan mengangkat satu tangannya yang memegang ponsel dan tangan lainnya masih memegang kertas fomulir miliknya. Bersamaan dengan itu ponsel Vina berdering mengerti maksud Hanan dia pun mengangkat telfonnya. “Kenapaa di declined?” “Oh ini nomor kak Hanan, aku kira orang iseng” Vina masih menghadap Hanan yang berjarak beberapa meter darinya. ”Iyaaa jangan lupa di save!” “Okee” setelah itu Hanan berbalik berjalan menjauh. *** itu kamu? bukan ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN