Kampus itu sejak pagi buta sudah tampak hidup oleh orang-orang yang mengenakan almamater berwarna serupa. Hari ini pelaksanaan ospek atau secara jelasnya merupakan penyambutan mahasiswa baru dan pengenalan lingkungan kampus.
Seperti ospek pada umumnya yang mana para panitia seolah menyusun jadwal juga segala peraturannya yang akan mengundang sungutan tidak terima dari mahasiswa baru. Mengingat status mereka sebagai anak baru tentu saja protes itu tidak diungkapkan secara terang-terangan.
Seperti hari ini, pukul enam pagi Vina sudah berjalan menuju area kampusnya untuk mengikuti ospek hari pertama. Setengah tujuh pagi adalah batas akhir memasuki gerbang kampus itu dengan dalih pembicara dari istana kepresidenan akan mengisi acara pada pukul 07:30 sehingga menghindari keterlambatan, mahasiswa baru sudah harus berkumpul saat pagi-pagi sekali.
Sampai di kampus saat melihat arloji di pergelangan tangannya Vina tahu bahwa ia masih ada waktu 15 menit tersisa sebelum jam keterlambatan diberlakukan. Gadis berambut sebahu itu santai saja melintasi pelataran kampus menuju gedung auditorium tempat berlangsungnya acara.
Namun tak lama dari arah belakangnya sudah ada orang berteriak-teriak yang Vina tahu dari panitia divisi komisi disiplin yang mulai menyuruh mahasiswa baru segera mempercepat langkahnya memasuki gedung. Dengan malas Vina mengikuti arus maba yang mulai berlarian “Aaarghh ini masih pagii” batinnya bersungut.
Beruntung jaraknya untuk ke gedung sudah dekat namun ekor matanya melihat salah satu maba ambruk di dekat tangga ke arah gedung dia nampak susah mengatur napas. “AYO CEPAT MASUK!! MALAH LIATIN APA KAMU” Vina yang sudah berada di ambang pintu masuk auditorium diteriaki salah satu komdis yang melihatnya justru membalikkan badan dan berlari ke arah sebaliknya. Teriakan yang jelas ditujukan kepadanya justru tidak ia hiraukan dan memilih menghampiri gadis berjilbab sebayanya yang meski kesusahan bernafas tengah menghalau bantuan dari petugas medis kampus yang tak lain adalah seorang laki-laki.
“HEI MAU KEMANA KAMU?” teriakan komdis di belakangnya masih terdengar dan mungkin ia dikejar karena suaranya masih tepat dibelakangnya.
“Js hngaan ghak phapha” tolak gadis itu beringsut menghindari bantuan dari laki-laki di depannya. Tahu yang hendak dilakukan Vina komdis itu berteriak ke arah kakak petugas medis “KAMU PETUGAS MEDIS KAN??!” seolah menjelaskan kondisi yang ada sekarang bahwa tidak perlu repot menolong karena sudah ada yang bertugas. Kakak petugas medis pun akhirnya menghalau Vina yang akan mendekat. Tergesa Vina menarik nametag yang selalu ia gantungkan di tasnya “Alvina kak anggota kesehatan remaja dari kota krisan, biar Vina bantu” dia meminta persetujuan.
“MAU APA KAMU? SEGERA MASUK KE AUDITORIUM!!” komdis di belakangnya tak hentinya berteriak memerintah.
“Ga perlu kamu udah disuruh masuk, di sini udah ada petugas kesehatan” mendengar teriakan komdis itu membuat petugas kesehatan ini juga kukuh pendirian tak mengizinkan Vina mendekat.
Geram dengan perlakuan dua orang di sekitarnya ini Vina pun tak bisa menahan amarahnya dan dengan berapi-api dia bersuara “Aku tahu kakak petugas kesehatan tapi kakak juga tahu sendiri dia gamau kalau ditangani sama cowok. Dia butuh bantuan kak!! lagi pula team kesehatan juga belum lengkap baru kakak sendiri”
“JANGAN SEENAKNYA KAMU!!” komdis itu masih saja galak tak mau kalah. ”Komdis sialaaaan” Vina semakin frustasi dibuatnya. Demi melihat korban sesak nafas yang belum mendapat penanganan dan menolak bantuannya akhirnya meski ragu laki-laki si petugas kesehatan untuk menggeser tubuhnya untuk memberi akses Vina menolong korban.
Tetapi ternyata drama ini belum juga selesai. “MASUK!!” titah komdis garang. s**l kini tasnya ditarik oleh komdis sok galak tadi, Tak ingin terlambat menangani temannya yang masih sesak nafas Vina menyentak tasnya membiarkan terlepas hingga berada di genggaman komdis itu.
Menatap nyalang petugas kesehatan Vina berbicara tak kalah garang “Kakak tau kan prosedur penanganan korban, amankan lokasi kak!!” setelah itu petugas kesehatan mulai menjauhkan komdis yang masih melotot menatap vina yang mulai membantu temannya.
“Kamu ga papa? bersandar di kaki ku yaa, jilbab kamu ga kenceng kan? maaf ini ikat pinggangnya longgarin aja sedikit. atur nafas pelan-pelan” Napas korban yang ia tangani mulai teratur. Setelah berhasil mengatur nafasnya gadis berjilbab itu mulai bisa berkomunikasi meski lirih.
“Hehe makasih yaa udah mau bantu, aku panik banget pas tahu mau ditolongin cowok”
Vina hanya tersenyum kemudian membukaan botol air putih yang dibawa gadis itu “Udah enakan?”
“Iyaa” Setelah itu gerombolan petugas kesehatan lain mulai berdatangan hingga sudah ada petugas yang perempuan. setelah menyampaikan kondisi korbannya Vina pun berpamitan untuk ikut temannya yang lain di dalam auditorium.
Vina sebenarnya ingin tertawa melihat komdis yang masih berada di penjagaan kakak laki-laki si petugas kesehatan. Tetapi melihat tatapan sok galak komdis itu membuat Vina sebal sendiri mengingat bagaimana orang itu meneriakinya. Refleks dia merebut kembali tasnya yang masih dipegang komdis itu dan dengan tatapan menusuk Vina berbicara “Besok lagi ga usah teriak di depan cewek! apalagi pas dia lagi sakit. Ga sopan” setelahnya vina melengos pergi memasuki gedung yang ia tuju sedari tadi.
Nampaknya kesialan Vina pagi itu belum selesai karena begitu masuk ruangan yang sudah penuh dengan mahasiswa baru Vina langsung mendapat tatapan horor dari semua komdis yang berjaga di ruangan itu. "Astagaaaa apa ia harus mendapat hukuman keterlambatan?" kemungkinan-kemungkinan buruk mulai menyerobot masuk pikiran Vina.
“Siapa yang suruh kamu masuk? yang telat masih mungutin sampah di belakang”
“kamu baru dateng ya?”
“wah telat tiga puluh menit”
“lupa jam masuknya jam berapa?”
“temenmu ga ada yang ingetin?”
Sungguh menyebalkan dikerubuti gerombolan komdis sok disiplin yang beraninya keroyokan seperti ini. Vina pening sendiri hendak menjawab pertanyaan memojokkan yang ditujukan untuknya. Apalagi lemparan pertanyaan menyudutkan dan nyinyir ini dari komdis perempuan yang tentu saja galaknya lebih dari yang laki-laki. Jelas Vina tidak mau membenarkan asumsi bahwa dirinya telat. Ia tepat waktu tapi berhalangan masuk sesuai jadwal.
“Suruh dia duduk” suara baritone di belakang Vina membuat seluruh anggota komdis yang tengah mengerubunginya terkejut.
“tapi dia telat kak” “dia baru aja masuk ruangan” sanggah anggota komdis lain.
“Aku ketua di sini, kalau aku nyuruh dia duduk berarti aku juga punya alasan pasti kenapa bisa merintah kayak gitu. Udah sana kamu duduk!” perintahnya lagi dan ternyata orang itu adalah orang yang sama yang tadi meneriaki Vina yang sedang menangani korban di depan tadi.
“Makasih kak, permisi ya kakak-kakak” Vina memecah kerumunan itu dan segera duduk di kursi yang telah disediakan.
"Bagus Vina hari pertama dan kamu sudah membuat masalah dengan para kakak tingkat yang kini menatapmu sinis. Baguuuus" Vina merutuki nasibnya begitu sampai di tempat duduk.