TIGA PULUH EMPAT

1771 Kata
Melihat ekpresi wajah Adrian yang penuh makna, Nina langsung meminta penjelasan dari Adrian. Namun sebelumnya, Poppy sudah izin untuk duduk di meja yang sudah dipesan oleh temannya. “Tolong beri tahu mengapa reaksimu seperti itu?” Ujar Nina. Adrian kemudian mengaku jika sebenernya hal yang ingin dia ceritakan berhubungan dengan kejadian semalam yang Nina alami. Saat Nina bercerita, dia tahu bahwa itu bukanlah Poppy melainkan penunggu kantor yang suka menyamar jadi sosok tertentu. Karena kemampuan uniknya itu, Adrian tidak hanya bisa melakukan kilas balik tapi dia juga bisa melihat makhluk yang tak kasat mata. Memang tidak semua, hanya makhluk yang memiliki energi besar sehingga bisa memperlihatkan wujudnya di depan Adrian. Dan ada satu makhluk yang menjadi penunggu di kantor mereka sejak lima tahun terakhir. Itulah mengapa Adrian tidak pernah membiarkan Nina lembur di kantor sendirian karena makhluk itu pasti akan menampakkan diri karena dia begitu merasa kesepian berada di sana. Adrian pertama kali melihatnya saat dia sudah bekerja selama dua bulan. Kala itu, Adrian sedang di dapur kantor untuk memasakan makanan kira-kira pukul 6 sore. Ya, saat itu Adrian sedang lembur karena dia dipercaya untuk menangani suatu project bersama anggota tim lainnya. Ketika sedang menunggu microwave berbunyi, tiba-tiba ada seorang wanita yang berjalan memasuki dapur dengan kepala menunduk. Wanita itu mengenakan kemeja polos dan celana hitam persis karyawan lainnya. Jadi ya, Adrian pikir dia adalah salah satu karyawan di sana juga, lagi pula dia belum mengenal karyawan secara keseluruhan. Wanita itu kemudian berdiri di depan dispenser, tapi tidak melakukan apapun, hanya menunduk hingga Adrian selesai memanaskan makanannya. Adrian yang penasaran lalu menghampiri wanita itu dan bertanya, “Maaf mbak, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya. Tidak ada respon apapun selama satu menit, “Mbak?” Tegurnya. Saat itu sama sekali tidak ada perasaan aneh apapun yang Adrian rasakan. Selain karena hari belum begitu gelap, ada banyak juga karyawan yang belum pulang karena minggu itu adalah musim lembur. Hingga beberapa detik kemudian, wanita itu berbalik badan hingga posisinya berhadap-hadapan dengan Adrian. Perlahan dia mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk, menatap Adrian dengan tatapan kosong dan ekspresi wajah yang begitu sedih. Saat itu juga Adrian langsung sadar bahwa itu bukanlah manusia, melainkan makhluk halus. Dia kemudian melihat pergelangan tangan wanita itu bengkak dan dipenuhi dengan darah. Mendadak tubuh Adrian terasa lemas dan gemetar, dia bahkan hampir kencing di celana karena terlalu takut. Meski sebenarnya, itu bukan kali pertama Adrian melihat hantu, sebelumnya dia sudah pernah melihat miss K di pohon yang ada di rumah Abah-nya. Tapi berhadap-hadapan dengan hantu dan hanya berjarak kurang dari satu meter, baru kali itu Adrian alami. Tak ingin membuat keributan di kantor, Adrian pun melangkah mundur pelan-pelan, hingga ketika sudah di ujung pintu, Adrian langsung berlari menuju ruangannya. Nina sebenarnya ada di hari itu, Adrian yang memasuki ruangan dengan terburu-buru sempat menabrak Nina. Ketika Nina bertanya, “Kau kenapa?” Adrian hanya tersenyum sambil menggeleng, “Gak apa-apa kok, cuma pengen buru-buru makan aja hehehe” Jawabnya seraya menunjukkan makanan yang baru dia panaskan. Adrian tidak menceritakan kejadian tersebut pada siapapun, dia tidak ingin berita tersebut terdengar hingga ke seluruh telinga karyawan hingga mengganggu kenyamanan mereka. Namun suatu hari, ketika dia sedang mengobrol dengan satpam kantor, Adrian memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut. “Pak Ujang sudah berapa lama jadi satpam di sini, Pak?” “Wah, saya sudah sepuluh tahun kerja di sini, A.” Jawabnya, karena dia tahu Adrian asli Sunda, jadi dia memanggil Adrian dengan panggilan Aa. “Oh, sudah lama juga ya. Kalau gitu bapak tahu banyak dong tentang kantor ini?” “Tentu. Kenapa memangnya? Ada karyawan yang disuka? Mau saya salamin gitu ke orangnya?” Tanyanya sambil tertawa kecil. Konon Pak Ujang sering menjadi mak comblang antar karyawan di sana. Beberapa orang sudah berhasil jadi pasangan karena dicomblangi olehnya. Adrian ikut tertawa, entah mengapa dia merasa justru karyawan-karyawan seperti satpam dan OB lah yang lebih ramah dan asyik untuk diajak mengobrol dibanding staff-staff lainnya. “Tidak, Pak. Saya Cuma mau tanya, selama bapak bekerja di sini, bapak pernah melihat sosok wanita yang pergelangan tangannya bengkak dan penuh darah gak ya?” Pak Ujang yang tadinya hendak menyeruput kopi hitam mendadak tidak jadi, “Lho…si Aa teh pernah ngeliat juga?” Adrian mengangguk, “Iya pak, saya lihat di dapur kantor beberapa hari yang lalu pas sedang lembur. Dia penunggu di sini ya, Pak?” Tanyanya memastikan. Adrian tahu setiap tempat pasti tidak hanya dihuni oleh manusia tapi juga sosok lainnya. Oleh karena itu setiap dari kita harus menjaga sopan santun dan tata krama agar bisa hidup berdampingan dengan yang lain. Manusia tidak boleh lupa kalau ada banyak makhluk yang berpenghuni di dunia ini. “Iya benar A, dia teh penunggu di kantor ini. Ah, padahal sudah saya bilang jangan suka mengganggu karyawan yang lagi lembur, tapi tetap aja dia teh ngelakuin itu, mungkin karena kesepian dan gak tahu harus apa. Sementara dia belum bisa menuju ke sana.” Ungkap Ujang, satpam yang berkulit sawo matang itu. “Belum bisa menuju ke sana? Maksudnya apa ya, Pak?” Pak Ujang lalu menceritakan kisah di balik wanita yang Adrian lihat beberapa saat lalu. Kata Pak Ujang, dia adalah wanita yang bunuh diri pada lima tahun yang lalu. Wanita itu depresi karena mengalami banyak masalah di hidupnya. Dia diselingkuhi oleh calon suaminya padahal dua minggu lagi mereka akan menikah. Dia juga baru di-PHK dari kantor lamanya padahal dia merupakan tulang punggung keluarga. Tak berhenti sampai di situ, dia divonis menderita penyakit lupus. Karena tidak kuat menghadapi semua masalah itu, dia akhirnya mengakhiri hidupnya dengan memotong urat nadi di pergelangan tangannya. Itu lah mengapa saat Adrian melihatnya tempo hari, pergelangan tangannya sangat bengkak dan berlumur darah. Pak Ujang juga cerita kalau dia pernah “berbincang” dengan sosok tersebut, saat beliau tanya mengapa dia bergentayangan di kantor itu, sosok tersebut berkata bahwa perusahaan itu adalah perusahaan terakhir yang dia lamar sebelum bunuh diri. Dan ternyata beberapa minggu kemudian diumumkan bahwa dia lolos seleksi berkas. Sambil menangis, dia juga berkata bahwa dia belum bisa pulang ke alam sana karena dia sudah mendahului takdir. Kedatangannya tidak diterima karena memang belum waktunya. Akibatnya roh-nya terjebak dan tidak bisa kemana-mana, ke akhirat tidak bisa, di dunia manusia pun tidak bisa. Itu lah mengapa dia selalu ada di kantor ini, karena dia berpikir jika saja dirinya masih hidup, mungkin dia sudah menjadi karyawan di sana. Adrian mendengarkan cerita Pak Ujang dengan serius. Dia tidak menyangka jika mengobrol dengan satpam kantor bisa seasyik itu. “Lantas mengapa dia sering menganggu karyawan yang lembur, Pak? Terus apa karyawan di sini tahu tentang sosoknya?” “Ya itu tadi, seperti yang saya bilang sebelumnya kalau dia kesepian. Dia butuh seseorang untuk menemaninya. Dia ingin orang-orang tahu bahwa ada dia di kantor ini. Tapi karena baru bisa muncul setelah matahari terbenam, jadilah hanya karyawan-karyawan yang lembur saja yang mungkin pernah melihatnya. Satu dua karyawan sudah tahu tentang ini, tapi ya mereka memilih tetap tenang saja selagi sosok itu tidak mengganggu. Tapi setahu saya, dia biasanya menyamar menjadi orang lain, seperti misalnya mewujudkan diri jadi staff yang lain, atau bahkan jadi petugas kebersihan. Kayaknya baru saya dan Aa yang pernah melihat wujud aslinya. Orangnya cantik kan, A? Sangat disayangkan kisah hidupnya jadi miris begitu.” Adrian mengangguk paham sekaligus mengiyakan pertanyaan terakhir Pak Ujang. Wajah wanita itu memang cantik tapi terdapat kesedihan yang begitu mendalam di rawut wajahnya. Sekarang Adrian paham mengapa dia sama sekali tidak menemukan aura yang lain selain kesedihan dari sosok wanita itu. Dia kesepian, terjebak di alam yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Pergi tidak bisa, pulang pun di tolak. Dia terlihat begitu menyesali perbuatannya, tapi sadar sudah tidak ada yang bisa dilakukan untuk saat ini. Dia mencoba untuk berkomunikasi dengan orang-orang di dunia, tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Beberapa orang ketakutan dan sebagian lagi merasa terganggu padahal dia tak ada sedikit niatpun untuk itu. Tapi mau bagaimana, sebab dunianya sudah berbeda. Mungkin dia merasa jika dia menampakkan diri menjadi seseorang yang masih hidup, orang lain tidak akan takut dengan keberadaannya, seperti yang dia lakukan pada Nina semalam. Namun justru hal itu bisa menyebabkan kesalahpahaman, ketidaknyamanan, serta ketakutan yang pihak-pihak terkait. Nina tak bisa berkata apa-apa saat mendengar cerita Adrian. Kejadian itu terjadi sejak bertahun-tahun lalu tapi Adrian tidak pernah bercerita padanya. Ya, Adrian memilih untuk menyimpan rahasia itu karena tidak ingin Nina ketakutan, karena dia tahu teman wanitanya itu sangat takut dengan hal-hal gaib. Nina bahkan tidak pernah berani untuk menonton film horror. Sebagai bentuk kasih sayang untuk sahabatnya, Adrian selalu menemani Nina ketika dia harus lembur. Setidaknya dia ada di samping Nina kalau-kalau sosok hantu itu menampakkan diri. Tapi setelah Adrian mengundurkan diri dari kantor, tentu dia tidak lagi bisa melakukannya. “Nin…Nina?” Adrian menyadarkan Nina yang sejak tadi tak berkedip. “Sorry…sorry…gue masih mencerna cerita ini. Lihat, gue merinding!” Ucapnya seraya menujukkan kedua tangannya. Benar, bulu-bulu tangannya berdiri semua. “Terus, apa setelah kejadian yang pertama itu, kau masih sering melihatnya?” Adrian tertawa kecil, dia meraih tangan Nina, lalu mengusap-usap agar bulunya tidak lagi merinding. Adrian tidak sadar kalau tindakannya itu justru membuat hati Nina berdetak kencang. “Aku sempat melihatnya beberapa kali, kadang dia menampakkan wujud aslinya, atau sesekali berwujud orang lain. Dan entah mengapa, setiap kali dia berwujud orang lain, aku pasti menyadarinya. Makanya ketika semalam kau bercerita, aku langsung tahu bahwa itu bukanlah Poppy, melainkan sosok wanita yang pernah aku lihat.” Nina membelalakkan mata, “YA!!! Kenapa kau tidak bilang padaku lebih awal? Kau tahu aku merasa seperti orang tidak waras saat berbicara dengan Poppy yang asli tadi? Aku berkata bahwa semalam lembur dengannya padahal dia sama sekali tidak datang ke kantor.” Ujarnya protes. “Kalau aku kasih tau dari semalam, kau pasti tidak akan bisa tidur nyenyak. Jadi ya, lebih baik aku kasih tahu malam ini saja.” Adrian membela diri. Tapi memang dia khawatir jika Nina tidak bisa istirahat dengan tenang padahal habis lembur seharian. “Dan apa menurutmu nanti malam aku bisa tidur nyenyak????” Nina tancap gas, setelah mendengar cerita dari Adrian, dia pasti tidak berani tidur sendiri malam ini. Nina pun sedang memikirkan bagaimana nasibnya nanti malam. “Kau tidak perlu khawatir, yang penting jangan lupa berdoa sebelum masuk rumah dan sebelum tidur. Nanti malam aku temani via telpone deh, sampai kau tertidur nyenyak.” “Tidak hanya itu! Kau juga harus mengantarku pulang malam ini.” Rengeknya. Nina mungkin mampu bersikap dewasa dalam segala hal, tetapi untuk urusan yang satu ini, dia tak mungkin bisa. Adrian tertawa sekaligus mengiyakan permintaan Nina. Selanjutnya mereka langsung menyantap seafood saos padang meski tidak lagi terasa nikmat di lidah Nina karena sosok Poppy palsu masih membayanginya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN