TEACHER TEACH ME
——
Jessy benci keadaan ini. Matanya menatap penuh kesal seorang pria yang tengah tersenyum pada gadis-gadis seusianya.
Perempuan itu membuang muka, memilih mengabaikannya. Lihat saja. Dia akan membuat pria itu merasakan perasaan yang sama dengannya nanti. Dendamnya dalam hati.
***
"Kamu kenapa, Jessy?" Rudy bertanya panik saat gadis cantik yang duduk dibangku sebelahnya tampak memijat keningnya beberapa kali, tampak kesakitan.
"Aku pusing, bisa antar aku ke UKS?"
Mereka saat ini sedang berada di bangku taman belakang. Tadi Rudy tengah asik mendengarkan musik sendiri dan tiba-tiba gadis itu sudah duduk disampingnya sambil meminta izin dengan senyuman manisnya.
Laki-laki bodoh mana yang menolak senyuman gadis cantik itu?
Jessy cukup terkenal disekolah. Dia cantik, pintar dan salah satu anggota cheers. Dia benar-benar gadis sempurna dia mata laki-laki manapun.
"Baiklah, ayo aku antar," Rudy merangkul gadis itu, membawanya menuju UKS. Tanpa laki-laki itu tau, senyum licik gadis itu muncul perlahan di bibir.
Saat mereka memasuki UKS, hanya ada Tomy disana. Pria itu adalah guru muda disana, mengajar biologi dan dia sudah menjadi pembimbing anggota UKS beberapa bulan ini, makanya pria itu lebih banyak menghabiskan waktu disana.
"Permisi, pak," ucap Rudy pelan memasuki UKS dan meletakkan tubuh Jessy kesalah satu ranjang.
Pria itu menatapnya beberapa saat. Sebelum bertanya. "Dia kenapa?"
Rudy hanya menggaruk kepalanya salah tingkah saat Jessy memintanya untuk tidak pergi ke kelas. "Dia pusing pak."
Tomy diam, lalu mengangguk, membuang muka kearah laptopnya.
"Rudy, kamu bisa menutup tirainya sebentar? Aku mau bicara sesuatu," ucap Jessy tiba-tiba. Rudy yang tertarik dengan gadis itu pun mengangguk dengan polos, hanya menurut lalu menutup tirai mereka. Tomy, sang guru menatapnya datar namun Rudy tetap menuruti perintah sang gadis.
"Ada apa, Jess?" Rudy sedikit gugup saat gadis itu mengubah posisinya menjadi bersandar pada kasur.
"Kamu bisa mendekat kearahku sebentar?" bisik Jessy. Entah Rudy benar atau ini hanya hormon liarnya yang berfikir bahwa suara gadis itu terdengar begitu sensual dan penuh godaan.
Rudy mengangguk. "Ada apa?" tanyanya menundukkan kepala, menatap gadis itu.
Jessy tersenyum menggoda, membuat Rudy menelan ludah gugup. Tiba-tiba tangan lentik gadis itu menarik dasi Rudy, lalu berbisik tepat di telinga laki-laki itu. "Kamu cukup menarik," lalu tanpa bisa dicegah, bibir Jessy sudah melumat bibir laki-laki itu.
Rudy terkejut, namun sebagai laki-laki, ia merasa nafsunya meningkat. Menikmati cumbuan gadis itu walau tidak mengerti ciuman tiba-tiba Jessy. Ia membalas lumatan bibir gadis itu, kakinya menaikki ranjang UKS, mempererat ciuman mereka.
Mereka makin tidak terkendali.
Mereka bergumul dengan panas, tepat saat tangan Rudy mulai meremas d**a gadis itu dari luar seragamnya, Jessy mendesah cukup kuat. "Ahhh, Rudy! Hmmp!"
Kejantanan Rudy sudah mengeras, merasa mendapatkan lampu hijau karena desahan itu. Namun karena terlalu larut dalam gairah, dia melupakan ada sosok lain diruangan itu.
"KALIAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" teriak marah Tomy menyibak tirai mereka.
Tampak dua sosok remaja yang terkejut, namun wajah mereka merah, terengah-engah penuh nafsu.
Rudy tersadar, buru-buru turun dari ranjang, matanya menatap takut-takut pada sang guru. "Pak, saya—,"
"KAMU KEKELAS SEKARANG! DAN JESSY TINGGAL DISINI!"
Merasa tidak punya pilihan lain, Rudy memilih kabur darisana. Meninggalkam sang guru yang murka dan Jessy yang tampak tak peduli diranjang itu.
Nafas Tomy memburu. Dia menatap gadis itu berang. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya tajam.
Jessy menaikkan alisnya, tidak peduli. "Hanya bersenang-senang, maaf pak menganggu, saya nggak bakal melakukan hal itu di UKS lagi," lalu Jessy berdiri, melewati Tomy. Namun saat dia hendak membuka pintu, pria itu terlebih dulu dengan cepat mengunci pintu UKS.
Jessy mendelik marah. "Buka pintunya pak! Bel masuk berbunyi!"
Tomy mendesis tajam. "Memangnya aku peduli?!" katanya. "Aku lebih tertarik untuk menghukum gadis liar yang hampir bercinta di UKS dengan laki-laki lain!" bentaknya.
Jessy menatap mata Tomy menantang.
Pria itu menatap Jessy tajam. "Buka pakaianmu."
"Tidak mau!"
"Aku bilang buka pakaianmu! Lepas satu persatu didepanku?!!" teriaknya marah.
Jessy tersenyum miring. "Baik, kalau itu keinginan bapak." bisiknya. Gadis itu mulai membuka dasinya, lalu dengan perlahan membuka satu persatu kancing seragamnya. Tomy memperhatikannya. Dan setiap gadis itu membuka kain demi kain yang menutupi tubuhnya, membuat nafas pria itu makin memburu. Beberapa kali jakunnya bergerak menelan saliva.
Jessy menurunkan rok sekolahnya dengan pelan, menggoda pria itu. Lalu ia menatap mata Tomy saat tubuhnya hanya tertinggal pakaian dalamnya. "Apakah ini juga harus saya buka, pak?" tangan gadis itu menyentuh pinggiran payudaranya.
"Ya, lepas semua." ucap Tomy dengan mata yang makin liar menatap tubuh itu.
Jessy membuka penutup didadanya, membuat daging disana menyembul memperlihatkan d**a berputing merah muda disana, lalu ia menurunkan celana dalamnya, membuat ada sesuatu yang mulai menggembung dicelana guru muda itu.
Jessy sudah telanjang sepenuhnya. Dia menatap pria didepannya dengan tatapan polos. "Oh, ada sesuatu di celana bapak, apa itu? Sepertinya besar sekali."
Tomy mengumpat, mendorong gadis itu kesalah satu ranjang. "Gadis sialan!" Jessy memekik saat pria itu membawa tubuhnya kesalah satu ranjang disana.
"Menungginglah!"
"Kenapa aku harus?" Jessy masih tidak mau kalah.
"Aku bilang menungging! Ini hukumanmu gadis nakal!" tangan pria itu membantu tubuh jessy menungging, memperlihatkan bokongnya dan bongkahan vaginanya disana.
"Ahhh!" gadis itu menenggelamkan wajahnya dibantal saat Tommy menampar bokongnya.
Plak.
Tamparan itu kembali hadir, membuat desis sakit Jessy terdengar memenuhi ruangan itu.
"Ahhmmmp!!" Jessy membungkamnya kuat-kuat saat jari-jari besar pria itu menyentuh pinggulnya, turun menuju b****g, menyentuh ringan vaginanya.
"Ahhh!!!" satu jari pria itu masuk, hanya sebentar sebelum menariknya kembali.
"Kenapa bagian ini basah?" pria itu bertanya dengan wajah polos, lalu menusuknya lagi dengan jari. "Oh, kenapa malah tambah basah? Apa kamu bisa menjawabnya, Jess?"
Jessy tidak dapat bicara nafasnya tersengal karena godaan kecil Tomy.
Kali ini jari-jari itu bergerak naik-turun, menyusuri v****a basah itu, sebelum Tomy memasukkan jari telunjuk dan tengahnya kedalamnya. Tubuh Jessy mengenjang merasakannya.
Pria itu menyeringai melihatnya. Lalu tangannya mulai bergerak pelan, menusuk-nusuk v****a muridnya itu. "Hmm, didalam vaginamu hangat sekali, Jessy." pria itu masih menggodanya.
"Ahhhhhh, T-tomy, lebih cepat! Hmmp, ohhhh," Jessy mendesis serak, mulutnya membuka merasakan betapa nikmatnya jari-jari itu menusuk sesuatu didalam dirinya.
Tomy menuruti perintah gadis itu, dia menarik b****g itu lebih tinggi, lalu menusuk v****a itu lebih cepat. Desahan Jessy bertalu-talu disana. Pekikannya memenuhi ruangan itu.
"AHHH, TOMY! A-AKU!! AHHHHH!" kali ini pekikkanya lebih keras, o*****e gadis itu datang, Tomy mengeluarkan jarinya dari v****a gadis itu, menatap jarinya yang penuh cairan kental.
Tubuh Jessy merosot, nafasnya terengah-engah. Tomy membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. Wajahnya memerah melihat pria itu menatapnya dengan tatapan liar.
Mata Jessy terbuka lebar melihat Tomy melepaskan ikat pinggangnya, menurunkan celananya dan melepas kain yang membalut tubuhnya hingga dia sepenuhnya telanjang.
Jessy menikmati pemandangan itu. Gadis itu meneguk salivanya menatap otot-otot di tubuh pria itu.
Tomy menaikki ranjang, dia melebarkan paha muridnya dengan kedua tangannya yang kekar, membuat Jessy mendesah.
"Ahhh," jari Tomy kembali menyentuh vaginanya.
Lalu, tubuh pria itu mendekat, Jessy mencari pelampiasan saat kejantanan Tomy mulai memasuki miliknya. Pria itu memejamkan mata saat penisnya diremas kehangatan disana. "Ohhh, masih nikmat seperti biasa." desah pria itu.
Tomy mulai bergerak, awalnya dengan irama yang begitu lembut. Tangannya menggapai gundukan p******a milik gadis itu, lalu meremasnya pelan.
"Ahhhh,"
"Shhhhh, ohhhh,"
Gerakkan mereka makin cepat, Jessy menjerit beberapa kali.
"Ah, ah, ahh!!"
"Oh, s**t! Sialan kamu jess!" Tomy menyentak lebih dalam, menusuk lebih cepat dan brutal. Membuat Jessy menutup mulutnya dengan tangan karena dia siap berteriak kuat-kuat karena kenikmatan yang dia dapatkan.
"Ahhh!! Ah, ah, sshhhhhh!!"
"Ahhh, ohhhh!!!"
Dan dengan hentakkan kuat, o*****e itu datang. Tomy mengeluarkan kejantanan, menyemburkan cairan putih miliknya di perut rata gadis itu.
Tubuh Jessy tidak berdaya, dia tidak dapat menutup pahanya yang terbuka lebar dimata pria itu.
Tomy mendesah nikmat. Dia merebahkan tubuhnya disamping gadis itu, mengecupnya lembut.
"K-kita akan dapat masalah, j-jika tidak segera membereskan kekacauan ini." ucap Jessy ditengah nafasnya yang masih pengap.
Tomy tersenyum kecil, mencubit ujung p****g merah muda gadis belia itu. "Aku tidak peduli." bisiknya. "Kenapa kamu lakukan ini, ha? Kamu mau melihatku mengamuk karena telah berani membuatku cemburu?"
Jessy merubah posisi tubuhnya, menyembunyikan kepalanya di d**a telanjang Tomy. "Kamu yang membuatku kesal duluan! Kamu senangkan, berada diantara gadis-gadis muda disini?"
"Dari mana kamu mengambil kesimpulan itu, ha? Kamu tau seberapa gila aku dengan dirimu." Tomy mengambil tisu, mengelap cairannya yang berada diperut gadis itu. "Hah, seharusnya ini akan menjadi calon anak-anakku," desahnya. "Cepatlah lulus, aku ingin keluar dalam dirimu. Agar kita punya anak."
Jessy mendongak menatap pria itu. "Salah siapa menikahi gadis belia sepertiku."
"Sudah kubilang, aku mencintaimu. Kalau tidak, mana mau aku menikah denganmu." ucap pria itu mencium bibir yang menjadi candunya. "Jangan pernah membuatku cemburu lagi, aku bisa gila."
"Kalau begitu jangan datang lagi ke sekolahku! Kamu itu harusnya mengurus perusahaanmu! Bukan main-main menjadi guru disekolah ini!"
"Aku cuma mau mengawasimu."
"Dasar gila!"
"Aku memang tergila-gila denganmu."
***