Ana memasuki sebuah toko bunga, gadis itu memang sudah berencana ingin menambah koleksi tanaman bunganya. Namun karena kesibukan, dia baru bisa meluangkan waktunya. Aroma bunga, tercium jelas di hidung mancung Ana. Rasanya sangat segar sekali, begitu pikirnya.
"Selamat pagi, Nona! Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang wanita berumur sekitar 29 tahun dengan celemek di tubuhnya.
"Tentu, kenalkan namaku Ana. Aku ingin menambah koleksi tanaman bungaku." Gadis mengulurkan tangannya.
"Miss Julie." Miss Julie membalas uluran tangan Ana.
"Ikutlah denganku! Aku punya banyak tanaman bunga yang kau inginkan, Ana," ucapnya.
Ana mengikuti langkah Miss Julie, ternyata toko ini sangat luas. terbukti dari beberapa lorong dengan jenis tanaman bunga berbeda.
"Ana, di sini ada beberapa jenis tanaman bunga yang berbeda, Kau bisa menelusurinya di setiap lorong toko ini. Aku harus kembali ke depan, Jika kau perlu bantuanku. silahkan pencet tombol hijau yang terpasang di depan setiap lorong," jelasnya.
"Baiklah, Miss Julie!"
"Maaf, Aku tak bisa menemanimu berkeliling. seperti yang kau lihat, hari ini Aku berjaga sendiri. Pekerjaku sedang izin." Miss Julie meminta maaf pada Ana.
"Aku mengerti Miss, Kau bisa meninggalkanku," balas Ana lembut.
Setelah kepergian Miss Julie, Ana menyusuri tiap lorong tanaman bunga yang ada di toko itu. Memilih bunga mana yang akan dibelinya. Namun saat gadis itu berada di lorong ketiga, dia begitu tertarik dengan sebuah bunga berwarna ungu. Batangnya berbentuk rerumputan dan daunnya berbentuk menjari. Ana mendekati tanaman bunga tersebut, matanya memperhatikan bunga itu secara detail. sepertinya gadis itu pernah melihatnya, tapi sungguh Ana lupa. Karena rasa penasaran pada bunga tersebut, Ana memencet tombol hijau di tiang kayu depan lorong yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian datanglah Miss Julie, pemilik toko bunga menghampiri Ana dengan senyuman.
"Apa Kau sudah menemukannya?" tanyanya pada Ana.
"Mmm... sepertinya begitu Miss Julie, tapi sebelum kubawa pulang. Bolehkah Aku bertanya tentang bunga itu?" tunjuknya pada sebuah bunga yang membuat rasa penasaran muncul.
"Dengan senang hati, Ana." tutur Miss Julie lembut.
Miss Julie mengangkat tanaman bunga itu menuju sebuah meja bundar, tepat berada di belakang lorong. Mereka kemudian duduk secara berdampingan. Ketika Ana ingin menyentuh bagian atas tanaman bunga tersebut, Miss Julie mencegat tangannya.
"Jangan, Ana!" Ana yang bingung, mengedikkan kedua bahunya tanda tak mengerti.
"Akan kujelaskan, Ana. Jadi dengarkan baik-baik! Kau tahu bunga ini, BERBAHAYA!" ucapnya, ada penekanan pada kata terakhir yang di ucapkan Miss Julie dan gadis itu hanya mengangguk sebagai balasannya.
"Bunga ini bernama Aconitum, atau juga dikenal dengan sebutan Aconite, Monkshood, Wolf's bane, Leopard's bane, Women's bane, Devil helmet atau Blue rocket. Tapi kebanyakan orang mengenalnya dengan Aconite Flower, Aku belum memastikan, kenapa bunga yang satu ini mempunyai banyak nama? Atau mungkin karena spesiesnya? Tapi kupikir bunga ini benar-benar istimewa," jelasnya pada Ana.
"Sepertinya , aku sependapat denganmu, Miss Julie. Aku benar-benar baru pertama kali melihat bunga Aconite, Lalu kenapa Aconite ini berbahaya, Miss? Apa ada hubungannya dengan tindakanku yang ingin menyentuh bunga ini? tanyanya.
"Tentu, Aku akan menjawab pertanyaanmu, Ana. Kau harus tahu, Ana. bunga Aconite ini sering dijumpai pada pegunungan di bagian utara Hemisfer, tumbuh di dataran lembab yang diakibatkan oleh kabut pegunungan. Bunga Aconite tumbuh dengan menampung banyak air dan dapat menyerap tanah di padang rumput pegunungan. Lihatlah! daunnya berbentuk menjari dengan tiap daun terdiri dari lima sampai tujuh bagian, yang setiap bagian tersebut terdiri lagi tiga bagian yang kasar dan terdapat duri tajam." Miss julie menghela napas sebentar sebelum melanjutkan penjelasannya, sedangkan Ana sibuk memperhatikan setiap sisi bunga tersebut.
"Bunga Aconite memiliki sebuah taji cekung, yang berada di puncak paling atas yang memuat nektar," jelas Miss Julie sembari menunjuk bagian atas bunga Aconite tanpa menyentuhnya.
"Apa nektar Aconite ini yang berbahaya, Miss?" tanyanya.
"Aku juga tak tahu Ana, Apakah nektar ini yang berbahaya? tapi setahuku jika kita menyentuh bagian mahkota-nya maka akan mengakibatkan keadaan mati rasa dan perih. Dan yang saat ini di hadapan kita adalah Aconite Napellus, jenis yang paling dikenal dan dianggap sangat penting dalam ilmu pengobatan dan ilmu racun," jelasnya lagi pada Ana.
"Aku tak menyangka, Miss Julie. Jika bunga yang terlihat indah ini ternyata berbahaya." Ana bergidik ngeri, membuat Miss julie tersenyum.
"Ini paling penting, Ana. Spesies Aconite Ferox dan Aconite Napellus yang dianggap paling mematikan dari tanaman ini adalah bagian akarnya," ucapnya.
"Akar? Mematikan?" tanya Ana pada Miss Julie.
"Iya, Ana. Akarnya mematikan karena di bagian akarnya mengandung Alkaloid Pseudacontine dalam jumlah besar, racun yang sangat mematikan. Orang Nepal biasa menyebutnya Bikh, Bish, atau Nabee. Dan yang paling menarik juga, bukan hanya mematikan tapi bunga Aconite juga bertindak sebagai obat. Satu hal juga yang perlu kau ketahui, Ana. Species A. Ferox, dapat mendeteksi manusia serigala," jawabnya panjang lebar.
"Wow, bunga ini benar-benar membuatku takjub. Apa lagi yang Miss Julie ketahui tentang bunga ini?" tanyanya antusias.
"Kupikir, Kau benar-benar tertarik dengan bunga ini. Tapi hanya itu yang ku tahu, Ana."
"Oh ...! Bolehkah Aku bertanya sekali lagi? Itupun jika Miss Julie tak keberatan," tutur Ana lembut.
sebuah senyuman tercetak di bibir Miss Julie. "Katakanlah, Aku senang membantu gadis cantik sepertimu."
"Jangan memujiku, Miss Julie. Rasanya Aku ingin melayang." Miss Julie terkekeh.
"Apakah ada Seseorang yang pernah membeli bunga ini di toko Miss Julie, sebelumnya?" tambahnya.
"Tidak, Ana. Kau yang pertama, itu pun jika kau tak membatalkan niatanmu setelah mendengar penjelasanku tentang bunga Aconite ini," jawabnya.
“Tapi kenapa kau menjual bunga berbahaya seperti ini jika kau tahu bahwa takkan ada pembeli yang tertarik?” sela Ana
Miss Julie dengan cepat menjawab, “Kurasa seseorang sudah mendapatkannya.” Ana menatap Miss Julie. Benar saja, buat apa dia bertanya hal semacam itu. Bukankah dia ingin membelinya.
"Baiklah, Aku akan mengambilnya Miss Julie. Tapi jangan memberiku harga yang tinggi, karena Aku bisa saja lari," candanya pada Miss Julie.
"Kupastikan kau akan mendapatkan harga yang sesuai untuk bunga ini, Ana."
Miss Julie mengangkat bunga Aconite itu ke depan dan diikuti oleh Ana. setelah membayar bunga itu, dia pamit.
"Biar Aku yang membawakanmu, Ana. kurasa gadis cantik sepertimu, Tak akan sanggup mengangkatnya," ujarnya pada Ana.
"Hei, Aku tak selemah itu Miss Julie. Tapi dengan senang hati jika kau ingin membantuku," Ana terkekeh. Miss Julie langsung membawa bunga itu ke bagasi mobilnya.
"Ana..." panggil Miss Julie, ada sedikit jeda saat memanggil Ana. "Iya, Miss Julie."
"Kenapa kau sangat tertarik dengan bunga Aconite ini? dari sekian banyak pelangganku, hanya kau yang melirik bunga ini. Bahkan kau membelinya," tanya Miss Julie, pertanyaan Ana seperti berbalik pada gadis itu kembali.
Ana tersenyum lalu memegang pundak Miss Julie. "Tak semua orang bisa melihat keindahan bunga ini, Miss Julie. Seperti yang kau katakan meski beracun tapi bunga Aconite juga bertindak sebagai obat."
"Apakah pernyataan ini tak cukup menarik, jika Aku membelinya?" tambahnya.
"Pemikiran yang luar biasa, Ana. Sepertinya Kau telah menemukan sesuatu dalam bunga ini, Kau bukan hanya cantik tapi kurasa kau pribadi yang sangat cerdas," pujinya.
"Makasih, Miss Julie! senang bisa berkenalan denganmu, kalau begitu Aku pamit dulu." Ana menjabat tangan Miss Julie lalu segera pergi. Namun sebelum Ana benar-benar pergi, Miss Julie mengatakan sesuatu.
"Ana, racun tetaplah racun! Meski terlihat begitu indah di luar tapi kau tak pernah tahu, Apa yang tersembunyi di dalamnya?" Ana mengedikkan bahunya, dia tak mengerti maksud Miss Julie.
"Oh, Ana. ingat simpan bunga itu di tempat yang lembab agar kau tetap bisa melihat keindahannya," tambahnya. Gadis itu menaikkan jempolnya dan berlalu dari toko Miss Julie.
***
Setelah Ana sampai di rumah, dia langsung memperbaiki tatanan bunga Aconite yang dibelinya dari toko Miss Julie. Ana menyimpan bunga itu di halaman belakang rumahnya. Menurutnya, Suhu di halaman belakang sangat cocok untuk bunga
Aconite, tempat yang lembab. Kemudian gadis itu bergegas untuk mandi, waktu luangnya kali ini akan digunakan untuk mencari tahu sesuatu.
Ana terlihat begitu segar saat sudah mandi, kemudian setelah menyimpan handuknya. Dia duduk di meja, tepat berada di sebelah kiri tempat tidurnya. Kamarnya, terlihat begitu mewah. paduan abu-putih sangat mencolok di kamar ini. tak seperti Gadis yang seumurannya, yang menyukai warna cerah. Baginya, warna seperti itu tak pernah membosankan. Lalu di samping mejanya, terdapat sebuah lemari besar yang menyimpan ribuan buku, tentu sesuai dengan otak cerdasnya. Ana membuka Notebook-nya, lalu mencari file yang diinginkan. Tangannya menopang dagu, sembari melihat file yang berjudul 'Kematian Ceo James, Menyisakkan Teka-Teki'.
Jari telunjuknya sibuk menekan tuts arah bawah di keyboard Notebook-nya, jarinya tertahan saat melihat gambar sebuah bunga tepat berada di atas mayat James.
"Bunga Aconite?" ucapnya dengan nada bertanya.
Bukankah bunga yang di temukan pada tubuh korban sama seperti dengan bunga yang dibelinya pada Miss Julie? Pikirnya. Hanya saja warna bunga itu berbeda, bunga yang ditemukan pada tubuh James berwarna kuning sedangkan bunga yang dibelinya berwarna ungu. Ana lalu memperbesar gambar bunga tersebut, Dia melihat secara detail. Bunga ini memang Aconite, tapi Miss Julie tak mengatakan jika bunga Aconite mempunyai banyak warna. Apa bunga yang di temukan di tubuh James, juga beracun? Jika iya, Apakah Sang Pembunuh menggunakan racun bunga Aconite untuk membunuh korban lalu menyayatnya? Atau pembunuh menyayat tubuh korban terlebih dahulu sebelum akhirnya menghabisi korban dengan racun bunga tersebut?.
Sekelumit pikiran muncul di otak Ana, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin Ana lontarkan pada sang pembunuh tapi rasanya itu sangat 'Mustahil' untuk di lakukan. Batinnya menerka-nerka, bunga Aconite adalah lambang kebencian. Setidaknya begitu yang didapatkan dari bukunya. Sepertinya pembunuh itu terkait erat dengan James. Tentu ini bukan pembunuhan biasa, bisa saja James melakukan kesalahan yang membuat si pembunuh geram.
Pasti ada alasan di balik semua ini, Ana merasa pembunuhan ini sudah direncanakan dengan sangat baik. Terbukti dari pintarnya sang pembunuh menghilangkan jejak. Namun gadis itu belum bisa mengetahui, bagaimana wujud sang pembunuh? Dia perlu banyak bukti untuk membenarkan argumennya.
Author note:
Bunga yang terlihat Indah tapi mematikan. Hebatnya bisa jadi obat juga, bagaimana menurut kalian?