Sebajingan apa pun gue pernah menjadi, seberengsek gimana pun gue dulu, seenggak tahu malunya gue waktu ngecengin cewek, gue tetap tahu satu hal; nikah itu sakral. Bukan cuma karena Tuhan, gue benci perceraian, tapi karena gue pribadi yang benci. Nggak ada di sekeliling gue yang menghalalkan dan mudah banget ambil pilihan itu. Karena menikah itu bukan cuma buat anuan dengan label halal. Bukan cuma buat ada yang bangunin subuh-subuh. Bukan cuma buat ada yang nemenin tidur. Bukan cuma ada yang diajak diskusi. Bukan cuma ada yang dikangenin tiap malam. Tapi lebih daripada itu. Menikah bagi gue adalah gue siap nggak bahagia karena kasih kebahagiaan itu buat dia. Bukan karena gue nggak mampu meraup dua kebahagiaan untuk kami, semuanya karena keterbatasan hukum alam. Kalau yang satu bahagia, ma