Alasan mempekerjakan sari

1280 Kata
Senakal-nakalnya pria, sejauh manapun dia berkelana, tetap saja tempatnya pulang adalah pada keluarga. Alex dengan wajah penuh kepuasannya, Dengan rambut dan kaos yang sudah terlihat acak-acakan, berjalan ringan menuju tempat peristirahatannya malam ini. Dia membuka pelan pintu kamarnya dan memelorotkan seluruh pakaiannya yang sudah bercampur bau dengan s****a dan cairan penuh cinta. Tanpa sadar bahwa di atas kasur sudah ada sesosok wanita yang tergolek damai dalam tidurnya. Badannya hanya terus berlalu, Masuk ke dalam kamar mandi dan membilas bersih seluruh tubuhnya yang basah oleh keringat. Rasa segar dan puas dia dapatkan malam ini. Selain mendapatkan tender besar dengan rekan bisnis yang menyenangkan. Dia juga mendapatkan bonus pelayanan tambahan, Bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, dia mendapatkan pelayanan paling terbaik dan paripurna dari sang empunya pemilik tubuh. Reni yang begitu lihat dalam memanjakan juniornya, acap kali membuat Alex begitu tergila-gila. Dia memuja setiap detik permainan panas mereka, Keduanya bahkan tidak ingin berhenti, Jika saja mentari tidak berteriak untuk segera terbit, mengganti malam menjadi pagi. Bibirnya terus bersiul. Mengingat betul setiap lekuk tubuh yang tercipta di dalam otaknya akibat percintaan panas mereka beberapa saat lalu. Saat Alex mengantarkan Reni ke depan rumahnya. Perempuan itu bahkan tidak mau berhenti. Alih-alih menuruti permintaan Alex untuk turun dari mobil. Perempuan itu malah naik ke atas paha Alex dan meminta Alex untuk mengulangi acara bercintanya seperti tadi. Terdengar v****r memang. Mereka b******a di dalam mobil dengan beralaskan jok mobil mahal Alex dan juga penerangan yang cukup terang di teras rumah milik keluarga Reni. Tidak ada perasaan was-was maupun takut dari raut perempuan tersebut. Siapa yang sangka di balik tampangnya yang anggun terselip kelakuan tidak normal dan sedikit gila dari wanita cantik bertubuh sintal tersebut. Alex mengerutkan keningnya saat keluar dari dalam kamar mandi, Suara dering ponsel menginterupsi perhatiannya. Sebuah notifikasi dengan nomor tanpa nama. Siapa lagi jika bukan Reni ? Wanita cantik itu dengan gila mengirimkan foto syur nya dan mengajak Alex untuk kembali b******a. Alex dengan tenang membalas pesan tersebut. Sembari mengusap kasar bibir basahnya dengan ibu jari. Jarinya sudah terlihat berkelana, mengetik satu persatu huruf hingga membentuk satu paragraf kalimat yang cukup untuk balasannya pagi ini. "Oke, Mungkin next week ! Karena Besok saya harus kembali bekerja. Terima kasih sekali lagi untuk malam panasnya. Semoga kerja sama kita terus berlanjut dengan baik untuk kedepannya, See you." Putus Alex sebelum menutup sambungan data di ponselnya. Seperti itulah Alex, Tidak suka basa-basi. Perkataannya terdengar simpel namun juga datar. Dia tidak menginginkan kontak fisik lebih selain bertukar Saliva. Di luar itu, dia tetaplah pribadinya yang bebas dan tidak mempunyai beban apa-apa. Badannya ia balikan setelah selesai dengan urusan ponselnya. Niat hati ingin melompat dan langsung tengkurap di atas kasur empuknya, mendadak berhenti saat sepasang kaki lengkap dengan tubuh damainya sudah lebih dulu mengisi ranjang empuknya. Sari sudah ada di sana. Dengan posisi menghadap ke arah sisi ranjang yang akan di tiduri olehnya. Perempuan itu layaknya seorang wanita yang sedang menunggui suaminya pulang bekerja, Dalam tidurnya bahkan tidak sedikitpun ada perasaan waspada. Saat sari tidur maka dia sudah lupa dengan sekelilingnya. Alex pun hanya bisa meloloskan napasnya saat tidak ada lagi harapan dari wanita Absurd di depannya. Merasa sudah tidak ada kekuatan lagi dalam dirinya, Alex pun lebih memilih berdamai, dia masuk ke dalam selimut dan ikut terlelap bersama. *** Sebelum sari bangun. Pria itu sudah lebih dulu bergegas turun dan merapihkan penampilannya. Aneh memang, Kamar milik siapa ? Namun kenapa harus dia juga yang ketakutan dengan kehadirannya ? Takut jika sari bangun dan memergoki dirinya saat tidur berdua dengannya di atas kasurnya ? Entahlah, Alex pun tidak yakin dengan alasan dia sebenarnya ? takut pada sari ? Ataukah hanya sekedar malas untuk di tanyai macam-macam oleh wanita Absurd tersebut. Merogoh kunci mobil dan juga jam tangan yang baru saja dia ambil dari dalam koleksi lemarinya. Alex merapihkan selimut sari yang sempat terbuka kemudian segera beranjak keluar untuk menemui putranya. Brukk__ "Aduh." Teriak Firdaus saat Alex tidak sengaja menubruk tubuh kerdil dan mungilnya. Firdaus bangun dari posisi tersungkurnya. Salah dia sendiri yang berjalan tidak hati-hati. Saking semangatnya dia untuk membangunkan sari, Firdaus sampai tidak tahu jika di depannya Alex tiba-tiba muncul dan menghalangi jalannya. "Kalau jalan hati-hati makanya ! Untung papa yang kamu tabrak, Coba kalau tronton, Bisa di Gilas kamu nak." Candanya sambil membawa firdaus ke dalam gendongannya. Anak itu cemberut. Sementara Alex hanya terkekeh sambil mencium gemas pipinya. "Temani papa sarapan ! Jangan ganggu Aunty nya dulu kasihan, seharian kemarin Aunty sibuk maraton keliling Jakarta." Kekeh nya lagi benar-benar membayangkan jika siang itu sari benar-benar mengelilingi ibu kota Jakarta dengan kaki telanjangnya sebelum benar-benar pulang ke kediaman pribadinya. "Aunty tidak punya siapa-siapa di sini. Daus bisa kan jaga Aunty selama Aunty ada di sini ! Jangan terlalu nakal, Jika Aunty marah, Daus dengarkan saja ! Marahnya Aunty bukan karena dia benci pada Daus, Tapi lebih kepada dia ingin Daus menjadi anak yang baik dan membanggakan keluarga. Daus paham kan apa yang papa bilang ?" Tanya Alex, Tetap mempertahankan komunikasi ringan dengan anak angkat semata wayangnya. Dia menyuapi Firdaus dengan sangat telatennya. Sampai makanan tersebut habis barulah Alex pergi dan berangkat untuk menjemput segudang pekerjaannya. "Papa berangkat, Jangan nakal selama papa tidak ada oke !" Perintahnya seraya menggendong Firdaus lalu mengecup bergantian pipi gembul nya. Alex menitipkan hal yang sama pada pengasuhnya. Selama dia dan sari tidak ada. Memang sudah tugas sang pengasuh untuk memastikan semua kebutuhan Firdaus terpenuhi baik saat di sekolah maupun saat berada di rumah. "Katakan juga pada sari untuk segera menyusul saya ke kantor. Bilang pada dia agar tidak perlu membuat keributan tidak penting seperti kemarin ! Sesampainya di kantor segera temui saya di ruangan saya ! Saya sudah menitipkan dia pada resepsionis. Jika sari sedikit saja membangkang pada perintah saya maka saya tidak akan segan-segan untuk memotong gajinya." Tegas Alex menatap tajam pengasuh Firdaus seolah-olah wanita itu perantara langsung antara dia dan wanita badung di seberangnya. Sang pengasuh hanya mengangguk. Dia pamit berdiri kemudian membawa firdaus serta merta dalam genggaman tangannya. *** Sari diam melongo saat pengasuh tersebut memperagakan setiap perkataan Alex yang di pesankan padanya. Dia tidak tahu apakah sari akan mengerti atau tidak ? Namun melihat dari gesturnya, Dia sepertinya paham, jika sari akan menuruti perintahnya. "Emang gila itu orang. Tidak ada basa-basi bilang maaf, seenaknya saja menyuruh orang untuk datang ke kantornya. Memangnya dia pikir dia siapa ?" Makinya sambil berkacak pinggang di antara dua penonton setia di depannya. Firdaus dan sang pengasuh hanya diam melongo melihat aksi mencak-mencak di hadapannya. Dengan polosnya pengasuh tersebut bahkan mengatakan. "Dia majikan kita Sar. Lu lupa ya ?" Jawabnya dengan aksen Betawi kental seperti ibunya. Sari mengatupkan tidak rela rahangnya. Sialannya pembantu ini malah mengingatkan sari siapa Alex sebenarnya. "Mau marah-marah aja gue kagak bisa. Heran deh. Makin kesini kenapa hidup gue makin susah aja ? Mau pulang kagak bisa, Mau telponan juga hp gue di sita." Rutuk nya sambil memangku Firdaus ke dalam kamarnya. Di tengah-tengah rasa cemasnya. Perempuan itu masih sempatnya-sempatnya memperhatikan keponakan dadakannya. Dia mendandani Firdaus bahkan mengantarkannya langsung sampai di depan pintu keluar rumahnya. "Hati-hati sayang ! Sekolah yang rajin ! Ingat pesan Aunty, jangan pernah membuat keributan saat di dalam kelas, Perhatikan apa yang guru ajarkan dan turuti semua perkataan suster ya !." Nasehatnya mencium silih berganti pipi kiri dan kanan Firdaus. Firdaus mengangguk. Dia mengecup kembali pipi sari sambil mencium tangannya sesuai ajaran sang Aunty. "Pinter. Nanti di sekolah juga seperti itu ya ! Jika ingin pamit pada orang yang lebih tua, Daus harus cium tangannya dan menunggu orang tersebut selesai bicara !" Hal ini jugalah mengapa Alex bisa setuju untuk membawa sari tinggal di rumahnya. Dia membutuhkan sosok seperti dirinya. Wanita yang dapat membimbing Firdaus dan mengajarkannya norma serta adab layaknya seorang ibu pada anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN