"Aku akan melupakannya jika kau berani bertaruh kalau kau tak pernah menikmati apa yang kita lakukan malam tadi, Lintang." Dengan gigi bergemeretak, Mas Daniel menatapku sengit sebelum beranjak ke kamar mandi. Menanggapi ucapan serupa olok-olokan yang dia lontarkan, membuatku mendesah singkat. Sungguh, aku lelah dengan segalanya perangainya, juga dengan ketololanku sendiri yang semudah itu larut dalam belaiannya. Memang terlalu munafik jika aku mengatakan kalau aku tak menikmatinya. Namun, bukankah aku masuk dalam kategori manusia super bodoh jika semudah itu melupakan semua hinaannya yang menyakitkan dan berubah menikmati setiap sentuhan bahkan belum sampai 24 jam setelah semua hinaan pedas itu kudapatkan? Tak mau berdebat, aku memilih untuk berwudhu di tempat lain dan lantas melaksan