Chapter 16 - Orang Dari Masa Lalu

3279 Kata
Chapter 16 - Orang Dari Masa Lalu "Ka.. Kamu..." ucap Merlin terbata-bata. Saat melihat sosok yang ia rindukan selama ini. Sosok yang pernah ada di dalam hatinya. Kini ada di hadapanya. Rasa sakit bercampur senang. Menyelimuti hatinya. Entah harus senang atau benci, saat ini ia hadir di depan mata Merlin. "Hai Mer!" sapanya saat muncul di depan Merlin. Rasanya sudah sangat familiar bagi Merlin. Dari suaranya sih memang diad. Dia orang yang ia sayangi. Orang yang lama tak ia jumpai. Merlin memdekatinya, Merlin harus meyakinkan. Bahwa yang ia lihat saat ini adalah orang itu. Bisa saja saking rindunya. Merlin jadi berhalusinasi, membayangkan dirinya hadir di depan mata Merlin. Dan benar saja, itu adalah dia. Dia orang yang pernah mengisi hatinya. "Leon.." Merlin berlari kearah cowok itu dan memeluknya. Seperti telah menemukan obatnya. Rasa rindunya terobati. Ada hubungan apakah Merlin dan Leon? Apa mereka pernah pacaran? Apa ini alasan Merlin belum juga menerima Fabio? Siapakah Leon sebenarnya? Bukankah Leon juga dulu adalah teman sekelas Fabio, di sekolah yang lama. Kenapa Merlin bisa kenal dengan Leon? Merlin melepaskan pelukannya dari Leon. Leon tersenyum manis padanya. Sepertinya Leon juga sama. Dia juga merindukan Merlin. "Ade aku yang cantik ini akhirnya jadi artis juga," Leon mengacak-acak rambut Merlin. Seketika Merlin memasang wajah cemberutnya. Leon memang tau, kalau Merlin sedang berjuang mati-matian. Untuk menjadi artis. Leon juga pernah mengantar Merlin ke lokasi chasting. Bahkan Leon juga pernah mencari PH yang membutuhkan figuran seperti Merlin. Bukan hanya peran figuran. Ia juga pernah ikutan seleksi jadi peran utama. Ya, memang dasarnya belum rezeki saja. Merlin tidak berhasil menjadi peran utama saat itu. "Enak aja! Sejak kapan lo jadi kakak gue? Sejak kapan juga nyokap gue ngelahirin lo? Ada-ada aja sih lo. Lo apa kabar? Kemana aja sih lo? Jahat banget selama dua tahun ini, engga ngabarin gue! Jadi pindah ke Jepang?" pertanyaan beruntun keluar dari mulut Merlin. "Buset dah itu petasan cabe. Oke bentar gue ada sesuatu buat lo," Leon mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ternyata sebuah gelang. Ia lingkarkan gelang itu di tangan kanan Merlin. "Lo masih inget gelang ini kan?" "Ya ampun! Ini kan gelang kesayangan gue. Selama ini gue cari-cari engga ada. Ternyata lo yang ngambil gelang gue! Rese banget sih!" Merlin memukul-mukul punggung Leon sebal. Leon lari dari Merlin. Mereka saling kejar-kejaran, rasanyanya kebahagiaan Merlin telah kembali. Leon adalah orang dari masa lalunya. Leonardo Avtiano, cowok keturuan California-Jepang ini mencoba menetap di Indonesia. Leon memang sedikit misterius. Sampai sekarang ia selalu menghilang tanpa sebab. Merlin jatuh cinta pada Leon. Tapi Leon hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Dulu Leon memang pernah satu sekolah bersama Merlin. Mereka sangat dekat. Karena mereka sama-sma menyukai negara bunga sakura.q Kebersamaan mereka hanya sekitar empat bulan saja. Tapi mereka sangat begitu dekat. Merlin mulai mempunyai perasaan yang berbeda untuk Leon. Sayangnya Leon tidak sama seperti Merlin. Ia tetap menjadi cowok misterius. Hingga pada saat itu, Leon memutuskan pindah ke Jepang. Katanya sih untuk tinggal bersama ayahnya. Tapi kok Leon masih di sini yah? Apa dia engga jadi ke Jepangnya? Kalo engga jadi, kenapa dia engga menghampiri Merlin? Kenapa baru sekarang ia temui Merlin? Padahal Merlin sudah rindu setengah mati pada Leon. Bisa-bisanya Leon membiarkan Merlin kesepian tanpa kabar. "Leon, kamu engga jadi pindah ke Jepang?" ulang Merlin. Leon menggeleng mantap. "Gue nyaman di Indonesia. Lagian bukannya lo yang pengen ke Jepang. Kesana yuk?" ajak Leon. "Kerjaan gue engga bisa di tinggal Leon. Lagian sekarang gue udah kelas tiga. Bentar lagi ujian. Paling entar deh abis kelulusan baru gue pikirin lagi." Tiba-tiba ponsel Merlin berbunyi. Tanda video call masuk dari Fabio. Merlin langsung menjauh dari Leon. Merlin takut, kalau sampai Leon tau soal Fabio. Apa yang terjadi pada Fabio? Apakah benar ia mengidap penyakit Hemofilia? Atau hanya sekedar acting saja? Apakah itu benar hanya sebuah prank? Merlin harus mendapatkan jawabannya sekarang. Merlin sudah sabar menunggu Fabio dari tadi. "Hai cewek keren! Maaf tadi siang sempet keputus!" sapa Fabio. "Kamu engga apa-apa kan Fabio? Tadi aku denger kamu..." Fabio memotong pembicaraan Merlin yang belum selesai. "Denger apa? Hayo kepo kamu!" Fabio malah bercanda. "Serius ih Fabio!" tukas Merlin. "Iya, iya, maaf. Ada apa Mer?" tanya Fabio. "Kamu engga beneran kena hemofillia kan?" tebak Merlin. "Engga ko," bohong Fabio sambil garu-garuk kepalanya yang tak gatal. Wajahnya tadi sempat terlihat kaget. Apa iya hal itu terjadi Fabio? "Boong. Kalo engga kenapa-napa. Terus kenapa coba elo garuk-garuk kepala?" cecar Merlin. Ia tahu betul Fabio jarang sekali berbohong. Sekalinya berbohong sangat ketahuan. Fabio selalu garuk-garuk kepala, kalau sedang berbohong. Di tambah lagi mimik wajah Fabio yang dengan mudah bisa Merlin tebak. "Emang kalo gatel ga boleh garuk-garuk apa? Engga kok Mer, aku baik-baik aja. Mama cuma belajar acting aja sama aku. Aku juga kena jebakan batmannya mama. Itu semua prank. Yang mama kasih ke aku itu. Bukan hasil tes yang sebenarnya. Bukan hasil tes punya aku. Itu hasil tes orang lain kok. Kamu pasti khawatir banget yah sama aku. Kamu takut aku mati yah? hahaha" Fabio tertawa terbahak-bahak. Fabio kalau engga mau di korek-korek. Pasti saja selalu bercanda demi mengalihkan perhatian. "Engga lucu Fabio serius!" tiba-tiba ponsel Merlin mati. "Sial! Tadi hape Fabio. Sekarang hape gue!" gerutu Merlin sambil marah-marah. Kenapa juga ponsel Merlin mati pada waktu yang engga tepat? Merlin kan masih kepo tentang kondisi Fabio saat ini. Merlin jadi semakin cemas. Belum lagi di sini ada Leon. Hati Merlin jadi dilema. "Jangan marah-marah terus bu, ntar cepet tua! Abis Video call sama siapa sih? Pacar lo yah?" goda Leon. Ia muncul dari belakang Merlin. Sontak Merlin terkejut. Kira-kira tadi Leon mendengarkan percakapan antara Merlin dan Fabio engga yah? Semoga saja tidak. "Bukan ko! Gue engga punya pacar!" tukas Merlin. Ya, benar. Fabio hanya sekadar bucinnya Merlin. Status mereka masih menggantung. Belum jelas pacar atau bukannya. "Masa sih? Udah cantik begini kaga punya pacar. Jangan boong deh. Lo tau kan. Elo paling engga bisa boong sama gue. Selalu ketebak. Kalo dulu masih kaya kambing sih, wajar elo ga punya cowok. Sekarang kan kambingnya udah cantik Hahaha," ledek Leon. Enggak Fabio engga Leon, pasti paling suka meledek Merlin. "Rese lo yah! Sini-sini mau gue timpuk!" Merlin mengacungkan tangannya. Leon malah memeletkan lidahnya. Mereka berlari-larian kecil lagi. Leon memang paling suka dengan ekspesi Merlin yang berlebihan. Mereka memang seperti anak kecil. Masih suka bercanda sambil kejar-kejaran. "Udah. Udah gue cape!" Leon menghentikan kejar-kejarannya dengan Merlin. BUK! Merlin berhasil menimpuk Leon. Rasanya puas setelah menimpuk Leon yang super jail. "Makanya jangan ngeselin," mereka berdua ngos-ngosan. Mereka saling mengatur napasnya masing-masing. "Elo kenapa engga jadi ke Jepang? Pertanyaan itu belum di jawab loh! Nyaman di Indonesia aja, lo bilang? Itu bukan jawaban Leon. Padahal yang gue tau, lo sama gue sama-sama suka negara itu. Lo sih enak ada turunan Jepangnya," Merlin memdelik penasaran. Memang di Indonesia lebih nyaman sih. Karena tanah kelahiran. Tapi kan Leon di sana ada ayahnya. Leon masih mencoba ngatur napasnya yang ngos-ngosan. "Bentar!" "Payah lu! Makanya jangan berani-beraninya kejar-kejaran sama gue! Keok kan lo! Lagian jadi cowok tuh rajin olahraga, biar engga dikit-dikit cape. Kaya gue dong ikutan karate! Keren kan gue," timpal Merlin. Sambil membanggakan dirinya. "Iya bawel! Jadi kok, gue ke Jepangnya, cuma seminggu aja. Nengok bokap. Terus balik lagi ke Indo. Lo rese juga yah kalo bawel! Udah bawel nambah bawel aja. Sekarang malah tambah nyebelin," ledek Leon sambil mengacak-ngacak rambut Merlin lagi. "Mulai lagi deh! Kusut tau! Lagian gue bukan kambing lagi sekarang! Nih liat muka gue cantik kan?" Merlin menganggkat dagunya agar Leon bisa melihat kecantikannya yang sekarang. Merlin yang sekarang sudah lebih bisa mementingkan penampilannya. Tidak seperti Merlin yang dulu. Yang anti sama make up. Kecuali kalo di make upin saat mau shooting. "Cantik kok cantik. Kambing gue udah jadi princess," sindir Leon lagi. Dulu saat satu kelas. Merlin memang di juki kambing. Bau badanya engga nahan. Cuma Leon yang betah di samping Merlin yang bau. Leon selalu memberi Merlin minyak wangi. Dan peralatan kecantikan untuk cewek lainya. Maksud Leon, agar Merlin tidak di bully lagi oleh teman-temannya. Tapi Merlin kukeh tak mau dandan. Leon terus memaksanya. Sampai julukan si kambing. Hilang dari Merlin. "Rese lo! Gue emang princess kali. Terus selama dua tahun. Kenapa engga ngabarin gue?" tukasnya. "Emm gue..." belum juga Leon menjawab. Laras datang dengan terburu-buru. "Merlin!" panggil Laras. "Iya Ma!" Merlin mengampiri Laras dan dibuntuti Leon. "Makan malam dulu sana! Dua jam lagi kita pemotretan lagi!" ujar Laras. Gile udah larut malam gini masih aja ada pemotretan. Pemotertan apa coba? Kadang Laras suka main terima-terima job aja. Padahal belum tentu Merlin setuju. Duh mana harus pemotretan malem-malem. Mungkin pemotretan untuk iklan sebuah prodak. Engga bisa besok aja apa? "Duh bu, aku cape banget. Apa engga bisa besok aja?" keluh Merlin. Ia memang sudah sangat lelah hari ini. "Besok kan kamu sibuk shooting. Pemotretan ini lumayan loh. Jadi jangan membantah kamu!" tegas Laras. Merlin nyesel deh memilih ibunya sebagai managernya. Laras memperhatikan wajah Leon. Sepertinya Laras kenal dengan Leon. "Leon? Kamu Leon kan? Kemana aja kamu? Tante engga pernah lihat," tanya Laras. "Ada kok tante, kemarin ada perlu dulu ke Jepang. Pas pulang lagi ke Indonesia. Hape aku kecopetan. Jadi ga sempet hubungi Merlin. Tante," jawab Leon. Setengah ngarang. "Tapi kan elo bisa ke rusun. Masa lo lupa sama rusun gue!" Merlin cemberut. Leon hanya tersenyum kecut saja. "Oh ya, Leon gabung aja makan malamnya. Kayanya Merlin seneng tuh, kalo kamu yang temenin," pinta Laras. Hal itu langsung mendapatkan pelototan dari Merlin. "Oh engga tante, aku tadi udah makan. Lagian aku engga lama. Cuma mau nengok Merlin aja. Aku pamit pulang dulu yah." Leon terlihat sangat santun pada Laras. "Eh bentar!" cegah Merlin. "Gue minta nomor lo dong. Sekarang lo tinggal dimana?" Leon tersenyum samar, "Bye! See you!" setelah itu Leon berlalu. Dia pergi begitu saja. Sampai detik ini, Merlin tidak pernah tahu Leon tinggal di mana. Dengan siapa. Atau punya kakak atau adik. Leon hanya bercerita kalau dia keturunan California-Jepang. Ayahnya dari Jepang, ibunya California. Dan Leon lahir di Australia. Tapi tinggal di Indonesia. Hehehe aneh bisa beda-beda gitu. Dia sangat misterius, dan Merlin suka itu. Nomornya saja tidak Leon berikan pada Merlin. Semisterius itukah Leon? ******** Merlin mencoba makan malam. Dengan porsi makanan yang sudah di atue oleh Laras. Merlin melihatnya tidak begitu nafsu, karena sangat sedikit sekali. Mana kenyang makan segitu. Porsi Merlinkan biasanya dua sampai tiga mangkok penuh. Ini hanya setengah piring kayanya. Matanya Merlin sudah sangat mengantuk. Ia ingin sekali tidur dengan pulas. Tapi masih ada satu kerjaannya lagi yang harus Merlin kerjakan. Malam ini juga. Merlin mendorong makanannya. Ia lipat kedua tangannya di meja. Merlin jadikan tangannya sebagai alas kepalanya. Tak lama Merlin tertidur di meja. Sebetulnya itu sudah jadi resiko dari sebuah pekerjaan yang Merlin tekuni. Apa lagi ini cita-cita Merlin. Impian Merlin ingin menjadi artis. Makannya sesuda jadi artis. Merlin engga boleh banyak mengeluh. Nikmati saja prosesnya. Bukakan itu keinginannya? "Mer.. Merlin.. Bangun.. Cewek keren bangun!" Hidung Merlin terasa di kuel-kuel. Merlin langsung membuka matanya. "Fabio! Ini beneran elo! Kapan elo nyampenya ke Indonesia? Bukannya elo tadi video callan sama gue. Elonya masih di Amerika. Kok serang elo ada di sini?" rempet pertanyaan dari Merlin. Merlin masih setengah sadar. Karena baru saja bangun tidur. Apa Merlin sedang bermimpi. Fabio tersenyum. "Ini kamu makan dulu, kasian kamu kelaparan. Mana kenyang kamu makan segini. Kucing aja engga kenyang. Kalo makan cuma segini," ucap Fabio ngaco. Masa iya, nyama-nyamain Merlin sama kucing. Di hadapannya sekarang. Tepatnya di meja. Sudah ada banyak makanan tertengger di sana. Ada martabak, dimsum, pizza, berger dan makanan jung food lainnya. Mata Merlin langsung melek lebar. Seketika nafsu makannya menjadi menggila. "Tau aja gue lagi laper," Merlin langsung melahap Pizza, setelah itu Merlin memakan dimsum. Lanjut berger, terus martabak. Dan camilan lainnya. Perut Merlin itu memang karet yah. Bisa banyak memuat makan dengan sebanyak itu. Tapi anehnya, makan banyak engga gendut-gendut. Merlin cacingan deh kayanya? Hihi "Pelan pelan makannya. Nanti keselek loh!" ujar Fabio. Merlin tidak perduli. Yang penting sekarang Merlin harus makan banyak. Engga perduli juga, kalau nanti ketahuan oleh Laras. Merlin udah engga mau diet, diet lagi. Laras menyuruh Merlin diet. Karena demi kesehatan tubunya Merlin, katanya. Tapi malah menyiksa Merlin. Karena Merlin tidak terbiasa makan. Makanan yang sedikit. Hanya dengan Fabio Merlin bebas makan sepuasnya. "Kenyyaaaaangg," ucap Merlin setelah memakan. Makanan yang di bawakan Fabio habis, tanpa sisa. Daebak! "Beneran udah kenyang?" tanya Fabio. Biasanya Merlin bisa menghabiskam lebih dari itu. Fabio takut Merlin masih lapar. "Iya, Fab. Gue kenyang banget. Makasih yah, elo selalu ngerti apa yang gue mau. Lo sampe bela-belain bawain makanan sama minuman sebanyak ini. Gue laper. Tapi engga nafsu pas liat makanan, yang di kasih nyokap gue. Abis dikit amet. Selama lo di Amerika gue di paksa diet sama ibu," keluh Merlin pada Fabio. Ia curahkan rasa sebalnya pada Fabio. Selama engga ada Fabio. Merlin tidak pernah curhat pada siapapun. Termasuk pada Gloria dan Novia sahabatnya. Entah kenapa, sekarang Merlin lebih nyaman pada Fabio. Rasanya Fabio lebih tau yang Merlin inginkan. Fabio juga lebih mengerti Merlin di banding Gloria dan Novia. Mereka memang masih menjadi sahabatnya Merlin. Tapi Merlin memang tidak mau saja curhat pada si kembar. "Kan aku udah pernah bilang. Jangan pake acara diet, diet segala. Asalkan jaga pola makan yang baik itu aja udah cukup, Mer. Ini semua bakalan nyiksa kamu. Kalo kamu maksain diet. Engga diet juga tetep kurus kok. Kamu tetep engga gemuk-gemuk, meskipun banyak makan. Kamu udah seramping ini. Masih aja mau paksain diet. Mau sekurus apa lagi kamu? " Fabio sudah sering memperingatkan Merlin. Soal diet ini. Tapi memang mungkin Laras ingin menjaga anaknya agar tetap ramping. Larasa tidak mau berat badan Merlin naik, karena Merlin terlalu banyak makan. "Iya, iya. Gue juga tau kok. Semua ini ibu yang minta. Gue sih sebenernya ogah. Eh elo belum jawab pertanyaan gue. Kapan elo ke Indonesia? Perasaan baru aja beberajam yang lalu kita video callan. Dan elo masih di Amerika. Sekarang elo malah ada di sini. Ini beneran elo kan? Bukan hantu atau semacamnya? " tanya Merlin penasaran. Gara-gara ketiduran di meja. Merlin masih mengumpulkan nyawanya. Yang belum pulih sepenuhnya. Ia takut kalau semua ini hanya mimpi baginya. "Merlin, Merlin. Iya kok ini aku. Bukan hantu. Masa iya hantu seganteng ini," sahut Fabio sambil bercanda. "Engga masalahnya tadi kan gue baru aja video call sama elo. Eh elo udah ada di sini aja," Merlin masih terheran-heran dengan kehadiran Fabio sekarang. Mungkin saja memang tadi Fabio sudaj ada di Indonesia. Dia lagi shooting di Indonesia. Merlin terus berpikir positif tentang Fabio. "Terus kenapa tadi video callnya malah mati?" Fabio malah balik nanya. Bukanya mejawab pertanyaan dari Merlin. Yang penasaran atas kedatangannya. "Hape gue mati tadi, Fab. Gue masih penasaran. Apa bener lo sakit hemofilia? Apa bener itu prank dari nyolap lo? Buat apa? Elo kan bukan youtuber yang kerjaannya ngeprank orang. Meskipun tadinya mengarah ke atas langit. Tapi gue masih bisa denger suara cemas nyokap lo. Itu semua engga mungkin di buat, buat, Fab. Gue masih engga percaya. Abis lo tadi keliatan bohong," Merlin sangat cemas pada Fabio. Fabio memegang tangan Merlin. Perlahan Fabio langsung mendekati Merlin. Mata Fabio menatap dalam kedua bola mata Merlin. Fabio mengusap-usap punggung tangan Merlin. "Mer, aku beneran sakit. Aku sakit, Mer. Benar-benar sakit. Engga tau kenapa aku bisa sakit kaya gitu. Kalo aku sakit. Kamu masih mau kan jadi pacar aku? Kamu masih mau kan?" mata Fabio mulai berkaca-kaca. Sebelum Fabio ke Amerika. Merlin memang bertekad akan mengakui perasaannya pada Fabio. Merlin akan menerima cintanya Fabio. Fabio selama ini sudah terlalu lama menunggu. Jadi Merlin akan menerimanya. Merlin tidak menyangka sama sekali. Malah kabar buruk ini yang ia dengar dari Fabio. Bagaimanapun, Merlin harus menepati janjinya, untuk menerima cinta Fabio. Jangan sampai penyakit itu Merlin jadikan alasan, untuk menolak Fabio. Jahat banget rasanya, kalau Merlin melakukan hal itu pada Fabio. Orang sakit malah di PHPin alias pemberi harapan palsu. "Kamu jangan sedih, Fab. Aku sayang sama kamu kok. Apapun yang terjadi. Aku akan selalu ada di samping kamu. Kamu jangan takut. Kamu harus tetep semangat. Kita berjuang sama-sama buat lawan penyakit kamu. Aku yakin, kamu bisa sembuh, Fabio. Aku yakin kamu pasti kuat," ucap Merlin menguatkan Fabio. Pasti saat ini Fabio sangat terpukul. Bagaimana tidak, penyakit ini terjadi secara tiba-tiba. Di saat namanya semakin bersinar. Hati Fabio berdesir. Jantungnya pun muali berdegup tak menentu. Itu artinya Merlin telah menerima cintanya. Bahasanya juga sudah kembali menggunakan aku kamu. Fabio tak salah memilih untuk pulang, karena ternyata Merlin memberikan jawaban yang selama ini. Ia tunggu selama sebulan lebih. Hati Fabio menghangat. Fabio senang karena Merlin akhirnya mau membuka hatinya, untuk Fabio. Ternyata Merlin tidak menjadikan penyakit Fabio sebagai halangan cinta mereka. "Kamu beneran terima cinta aku?" tanya Fabio lagi. Karena ia tidak begitu yakin. Semua ini seakan mimpi bagi Fabio. Merlin mengangguk. Mereka berdua terhanyut dalam cinta. Fabio mulai medekat. Merlin juga mendekat. Wajah mereka saling berhadapan. Jaraknya sudah sangat dekat. Dan.. "Mer, ini. Aku bawa makanan. Kayanya kamu laper deh," ujar Leon yang baru saja kembali. Loh bukannya tadi dia pamit untuk pulang? Kenapa dia masih ada di sini? Leon datang pada saat posisi Merlin dan Fabio yang terlihat tidak wajar. Leon mengagalkan ciuman pertama Merlin dan Fabio. Merlin langsung menjauh dari Fabio. "Eh elo Leon. Bukannya elo udah pulang tadi. Kenapa baik lagi? Ada yang ke tinggalan?" Merlin malah salah tingkah di buatnya. "Gue emang tadinya mau pergi. Tapi tadi di jalan gue liat banyak makanan ke sukaan elo. Ya udah aja gue beliin dan balik lagi. Sekalian gue mau ada yang gue bicaraain," ucap Leon. Kenapa semuanya jadi kacau begini? Leon datang pada saat yang tidak tepat. Baru saja ia menerima cinta Fabio. Kenapa Leon harus datang sih? Kan Merlin jadi galau. "Aduh. Makasih banget Leon. A.. Apa sih yang mau lo bicarain. Oh iya, Leon. Kenalin ini Fabio. Dia partner kerja gue pas di film Lexi," ucap Merlin tergagap. What? Partner kerja? Bukannya tadi Merlin sudah menerima cintanya Fabio. Kenapa di depan Leon, status mereka berubah lagi? Apa karena Merlin belum bisa move on dari Leon? Fabio dan Leon saling berjabat tangan. Rasanya Fabio sakit hati, saat bilang pada Leon. Kalau Fabio dan Merlin hanya sebagai partner kerja. Padahal baru beberapa menit yang lalu. Merlin resmi menerima Fabio sebagai kekasihnya. "Gue cinta sama lo, Mer. Gue sayang sama lo," ucap Leon tiba-tiba. Merlin terkejut dengan ucapan Leon. Pasalnya di sini juga masih ada Fabio. Merlin harus gimana nih? Situasinya sekarang ini sangat membingungkan. Kenapa juga dua orang yang Merlin sayangi, harus datang barengan? Merlin jadi bingung kan. Tapi ia harus tetap memilih. "Engga bisa Merlin milik aku," ucap Fabio tegas. Fabio memegang tangan Merlin. "Enak aja. Yang pantes jadi cowoknya Merlin itu gue. Elo siapa? Lo kan baru kenal belum lama sama Merlin. Gue udah kenal jauh lebih lama, dari pada elo," balas Leon tak kalah tegasnya. Leon juga memegang tangan Merlin yang satunya. "Engga! Aku yang lebih berhak!" teriak Fabio. "Gue!" Leon mulai garang. "Aku! "Gue! "Aku!" "Stop! Stop! Stop!" Merlin membuka matanya. Ternyata di depannya tidak ada siapa-siapa? "Sial! Ternyata gue tadi mimpi. Padahal terasa nyata banget. Tapi masa iya, Fabio bisa pulang secepat itu dari Amerika. Dan kenapa juga Leon, tiba-tiba nyatain cinta. Merlin jadi senyam senyum sendiri. Bingung juga kalau tadi benar-benar terjadi. "Hahahahhaa, lucu banget mimpi gue. Udah ah. Gue mau makan dulu," Merlin tertawa terbahak-bahak. Mengingat mimpi anehnya. Merlin langsung makan makanan yang sudah di siapkan Laras tadi. Meskipun sedikit. Engga apa-apa. Dari pada tidak makan sama sekali. Auto demo perutnya Merlin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN