8Chapter 15 - Apa Ini Sebuah Prank?
Fast Hunter day ten.
Ini sudah hari kesepuluh Fabio menjalani shooting film Fast Hunter di Amerika. Sedikit demi sedikit pekerjaannya mulai selesai. Meski kadang numpuk lagi. Gara-gara menerima tawaran shooting. Tanpa komfirmasi pada Niyya atau Fabio terlebih dahulu. Kadang ingin rasanya Fabio protes pada Mitha. Fabio sudah sangat lelah menjalani ini semua. Tapi saat Fabio melihat fansnya. Mereka selalu memberikan semangat pada Fabio. Baik di lokasi shooting maupun di sosial media.
Mereka sangat antusias menunggu karya selanjutnya Fabio. Bahkan ada fans yang sampai bela-belain ikut ke Amerika. Hanya demi melihat Fabio shooting di film Fast Hunter. Fabio salut sama mereka yang mau berkorban sampai segitunya pada Fabio. Padahal Fabio hanya seorang manusia. Sama seperti mereka. Cuma memang Fabio mempunyai bakat beracting di depan kamera. Hal itu yang membuat jatuh cinta pada Fabio Gunawan, sang aktor muda yang sangat hebat.
Fabio kembali take. Saat ini adalah adegan di mana Ashya sedang di sekap kembali.
Albert yang sudah pulih dari lukanya, kembali menyusun strategi untuk menemukan Ashya. Beruntung saat itu, polisi datang tepat waktu. Mereka langsung membawa Albert. Dua minggu lebih Albert mengalami koma. Semua itu di akibatkan, karena Albert telah kehilangan banyak darah. Untungnya semua itu belum terlambat, terlambat sekali sih. Albert masih bisa di selamatkan. Meski harus koma dulu selama dua minggu.
Albert mulai menjelaskan rencana penyergapan Defonzy pada anak buahnya. Kali ini Albert tidak mau gegabah. Strateginya harus tersusun rapih. Jangan sampai Defonzy kembali lolos. Apa lagi sampai membiarkan Ashya lebih lama di tangan para mafia itu.
Tim penyelidik telah berhasil melacak dan menemukan titik dimana Defonzy berada. Albert memerintahkan kepada anak buanya. Untuk menyerang Defonzy malam ini. Mafia-mafia di bawah pimpinan Defonzy pasti masih ada di sana. Mereka masih menyekap Ashya. Kasihan sekali, pasti Ashya saat ini sangat ketakutan bersama mafia-mafia itu. Albert harus segera meneyelamatakan Ashya. Ayahnya sudah sangat cemas. Sampai terus memohon pada Albert. Agar segera menyelamatkan Ashya. Tujuan utama mereka memang pejabat tinggi itu, ayahnya Ashya. Tapi Albert juga adalah incarannya. Mereka pasti sebal saat tau. Albert tidak mati saat itu. Ia masih hidup sampai detik ini. Malah akan merencanakan kembali menangkap mereka.
Albert sudah di depan rumah, yang di duga Defonzy dan anak buahnya ada di sini. Albert sudah siap dengan pistol di tangannya. Ia sangat berhati-hati dalam bertindak. Kemarin memang dia sedikit ceroboh. Kali ini jangan sampai ada yang terluka lagi.
Albert menyisir setiap ruangan di rumah itu. Namun nampaknya mereka telah pergi. Mungkin mereka tau, kalau Albert akan datang malam ini. Albert tidak mau menyerah. Kali ini dia sedang berada di balkon.
"Albert! Help me, please!" teriak Ashya dari bawah. Albert melihat Ashya di seret. Dia yang ada di balkon. Tidak berpikir panjang. Albert melompat dari balkon atas lantai tiga.
Byuar!
Untungnya Albert mendarat di kolam renang. Ia berenang untuk menepi. Albert langsung mengejar ke arah di mana Ashya di seret. Kali ini ia harus mendapatkan si bos mafia itu. Albert tidak akan membiarkan Defonzy lolos lagi, dari tangan Albert.
Anak buah Albert yang melihat Albert, melompat dari lantai tiga. Mereka langsung mengikuti Albert. Ternyata ini di luar rencana. Albert harus menyusun rencana kembali, untuk mendapatkan Ashya dari tangan Defonzy.
"CUT! Good job! Ok. Break time," ucap sutradara mengakhiri takenya. Sutradara selalu puas dengan hasil acting Fabio. Bahkan tadi Fabio sendiri yang meloncat dari lantai tiga ke kolam renang. Sampai-sampai Niyya terus membujuknya untuk membatalkan adegan itu. Karena adegannya terlalu berbahaya. Itu bukan pekerjaan Fabio. Ada figuran yang bisa melakukan hal itu. Tapi Fabio bersi kukuh untuk melakukan hal ekstrim itu. Karena tidak berhasil membujuk Fabio, untuk membatalkan adegan itu. Niya jadi harap-harap cemas saat Fabio melompat dari lantai tiga. Hampir saja jantungnya copot. Fabio memang selalu nekat orangnya. Tapi kan harus memikirkan resikonya juga. Gimana kalau saat Fabio lompat. Ternyata jatuhnya bukan ke kolam. Malah kena tanah gitu. Kan bisa berakibat fatal.
Niyya sebagai manager artisnya Fabio. Wajib memperhatikan keamanan aktornya. Tapi ini aktornya yang ngeyel, kalo di kasih tau. Totalitas sih totalitas. Jangan semua adegan di embat juga. Ini kan adegan ekstrim yang berbahaya.
"Fabio cukup buat gue jantungan! Elo engga apa-apa kan? Gila, elo berani banget lompat dari lantai tiga. Jantung gue ampir copot pas liat lo ngelompat tanpa pengaman apapun. Nanti kalo ada adegan kaya gini lagi. Gue mau lapor nyokap lo aja deh. Buat larang lo supaya engga ngelakuin hal berbahaya ini lagi. Biasanya elo nurut sama nyokap lo," rempet Niyya yang mulai bawel, karena khawatir pada Fabio.
"Eh jangan dong. Aku engga apa-apa kok. Jadi kamu engga usah lebay. Ini memacu adrenalin aku," tuh kan, gitu. Fabio selalu menanggap remeh sama adegan berbahaya itu.
"Pokoknya gue engga mau tau. Lo stop ngelakuin adegan yang ekstrim bahaya kaya tadi!" bentak Niyya.
Fabio malah melirik ponselnya. Ternyata ada video call dari Merlin. Fabio langsung cuek pada Niyya. Ia tak perduli dengan omelan Niyya mengenai adegan ekstrim tadi. Yang jelas. Saat ini Fabio ingin video callan dengan pujaan hatinya
"Hai cewek keren!" sapa Fabio.
"Lagi ngapain lo di sana? Basah kuyup lagi. Lagi take adegan kejebur yah lo? Tumben bisa angkat video call dari gue. Biasanya juga lo sibuk," tanya Merlin cablak.
"Enak aja adegan kejebur. Ini adegan ekstrim tau. Tadi aku lompat dari lantai tiga ke kolam renang," protes Fabio.
"Serius lo?" tanya Merlin tak percaya.
"Serius. Tanya aja Niyya. Ya kan Niyya aku lompat dari lantai tiga ke kolam renang?" tanya Fabio pada Niyya.
"Au ah!" jawab Niyya dengan wajah yang sebal pada Fabio. Niyya langsung meleos pergi dari hadapan Fabio.
"Lah kenapa kak Niyya?" tanya Merlin. Ia melihat wajah Niyya kusut banget di layar ponselnya.
"Dia ngambek. Gara-gara aku ngelakuin adegan ini. Padahal adegan itu berhasil memacu adrenalin aku," ucap Fabio santai tanpa rasa bersalah pada Niyya.
"Lo udah gila yah. Kenapa engga pake figuran aja? Kan bahaya, kalo kenapa-napa sama elo," rempet Merlin. Merlin sama cemasnya seperti Niyya.
"Buktinya aku engga apa-apa kan sekarang," Fabio malah nyengir kuda menyebalkan. Engga atau apa kalau Merlin dan Niyya itu cemas sekali.
"Kamu itu orang ternekad yang aku kenal, Fab. Jangan gila. Kalo sampe lo kenapa-napa. Elo engga akan ketemu gue lagi," ucap Merlin mulai sebal di buat Fabio.
"Iya deh. Nanti aku mulai sedikit berhati-hati. Udah dong jangan cemberut gini.
Merlin masih memasang wajah cemberutnya. Mungkin saja, kalau Merlin pura-pura ngambek kaya gini. Bisa membuat Fabio. Tidak melakukan adegan berbahaya itu.
Film Fast Hunter ini memang banyak adegan actionnya. Namanya juga pemburuan cepat. Mereka harus cepat dalam menyelesaikan kasus demi kasusnya. Selain detevtive dan polisi. Albert alias Fabio juga merangkap sebagai agen rahasia. Yang di tugaskan menyelamatkan si Ashya di film itu. Fabio terlihat keren saat menjadi Albert.
Di film Fast Hunter pertama. Albert malah berhadapan dengan polisi pengkhianat. Mereka dulu sebelumnya berteman. Entah kenapa temannya itu malah berkhianat. Di season pertama Albert juga sempat hampir mati beberapa kali. Adegan action di season pertama juga keren-keren. Semua Fabio lakukan tanpa figuran.
Ashya saat di season pertama belum ada. Peran utama di film Fast Hunter season pertama. Rebeca Hillton. Yang berperan sebagai Amanda. Amanda adalah cinta pertama Albert. Berkat Amanda, Albert bisa merasakan indahnya jatuh cinta bersama Amanda. Sayangnya dalam suatu misi. Amanda terbunuh oleh musuhnya. Awalnya Albert mengira itu perbuatan polisi pengkhianat itu. Ternyata itu perbuatan Defonzy bos mafia yang penasaran dengan Albert. Di ending season pertama Albert akan menuntut balas dendam, atas kematian Amanda. Memang sudah menjadi tugasnya juga, untuk meringkus bos mafia gombong n*****a seperti Defonzy.
Endingnya yang bikin penasaran dengan menghadirkan aktor tekenal asal Amerika yang berperan sebagai Defonzy. Membuat film ini laku keras. Malah sampai menembus box office deretan teratas selama, kurang lebih tiga bulan. Season pertama sukses besar. Semoga saja yang kedua sama suksesnya. Bahkan lebih dari yang pertama.
"Awas kalo lo macem-macem lagi. Gue bakalan nyuruh kak Niyya buat laporan setiap kegiatan yang elo lakuin tiap harinya," ancam Merlin.
"Cie kamu jadi posesif sama aku. Aku jadi seneng kamu perhatiin kaya gini. Aku jadi rindu. Rasanya ingin terbang kesana. Meski hanya sekadar memeluk kamu. Itu aja buat bikin aku tenang," Fabio mulai menggobal.
"Jangan terlalu banyak ngayal deh. Ini dunia nyata oy! Di film bisa aja lo terbang macam Lexi. Engga dengan di dunia nyata," semprot Merlin.
"Hahhaha masih keingetan si Lexi aja kamu. Belum bisa move on yah dari film debut pertama kamu itu," sindir Fabio. Katanya Merlin sebal sama perannya sebagai Debora. Tapi terus aja di bicarakan.
"Tau engga, Fab. Pas gue ikut premiernya. Gue engga nyangka aja bisa acting kaya gitu. Ini semua berkat kamu. Makasih yah. Lo udah wujudin cita-cita gue," cerita Merlin berapi-api.
"Udah jangan bilang makasih mulu. Kaya operator telepon aja kamu. Hahaha," Fabio malah tertawa senang.
"Yeh! Orang serius ngucapin makasih. Elonya malah bercanda. Pokoknya awas, kalo elo ngelakuin hal gila itu lagi. Perjanjian tigs bulan kita. BATAL!" ancam Merlin. Ancaman itu sontak membuat Fabio melotot
Jujur saja. Sebetulnya Fabio juga tadi sedikit takut, saat akan melompat. Fabio takut ia mendarat di tempat lain, selain kolam renang. Auto mati. Kalau Fabio mendarat di lantai atau tanah. Beruntungnya one take, one shoot. Jadi Fabio tidak perlu mengulang adegan ekstream berbahaya tadi.
"Iya, iya. Gue janji. Tapi jangan di batalin yah?" Fabio terlihat ketakutan. Merlin berhasil mengancam Fabio. Jurus itu paling ampuh ternyata.
"Fabio!" teriak Mitha mamanya Fabio sambil berlari. Kemudian memeluk Fabio. Ponsel Fabio terjatuh. Tapi video call mereka masih terhubung.
"Sayang kamu baik-baik aja kan? Mama khawatir sama kamu," terlihat sekali raut kekhawatiran di wajah Mitha. "Sayang, kamu harus baca ini. Udah saatnya kamu tahu," Mitha menyerahkan sesuatu pada Fabio. Sudah saatnya kata Mitha? Memang ada apa yang harus Fabio ketahui? Sampai Mitha harus berteriak nama Fabio dan memeluknya. Bukannya selama ini, mamanya paling cuek dengan Fabio. Fabio merasa ada hal yang di tutupi mamanya.
"Apa ini mah?" untuk apa Mitha memberikan sebuah amplop coklat itu? Amplop berwarna coklat itu sangat misterius. Membuat jantung Fabio berdegup kencang. Apa sebenarnya isi amplop itu? Amplop yang belum jelas apa isinya. Fabio sangat penasaran sekali dengan isinya. Perlahan Fabio membukanya. Deretan huruf dan angka berjejer rapih. Ia perhatikan satu demi satu huruf yang terpotret oleh matanya. "Hemofilia? Aku?" tanya Fabio dengan bibir bergetar. Rasanya belum percaya dengan apa yang ia lihat. Kenapa di sana tertera, kalau Fabio Gunawan. Positif terkena hemofilia. Padahal Fabio merasa baik-baik saja. Tidak seperti orang sakit. Malah lebih sehat dari yang di lihat.
Mitha menangguk, kemudian perlahan air matanya mulai membasahi pipinya. "Ini enggak mungkin kan mah. Aku sehat-sehat aja. Kecelakaan kemarin. Darah aku masih bisa membeku kok. Kenapa tiba-tiba aku kena hemofilia? Ini engga masuk akal? Kalo aku kena hemofilia. Aku bakalan mati karena pendaran yang engga berhenti-henti. Mama ngeprank aku kan?" Fabio masih berharap. Kalau semua itu tidak nyata. Pasalnya, sampai detik ini. Ia merasa baik-baik saja. Tanpa gejala yang terlihat intens. Untuk orang yang sakit hemofilia.
Mitha memeluk anak kesayangannya dengan penuh kasih sayang. Mitha tahu, Fabio pasti akan terpukul. Tapi cepat atau lambat Fabio harus mengetahui hal ini. "Maaf, maafkan mama baru ngasih tahu sekarang Fab," Fabio melepaskan pelukannya dari Mitha. Fabio marah pada Mitha. Kenapa bisa Mitha merahasiakan penyakitnya dari Fabio. Fabio mengambil ponselnya yang terjatuh tadi. Ponselnya yang tergeletak di lantai langsung ia matikan. Kemudian Fabio pergi meninggalkan Mitha.
Sementara Merlin terbelalak tidak percaya. Apa mungkin ponselnya error? Apa mungkin juga Merlin salah dengar? Ataukah itu hanya acting belaka? Apa itu benar-benar hanya prank? Seperti yang Fabio bilang terakhir tadi. Tuhan ada apa ini? Merlin kembali mencoba menghubungi Fabio. Tapi hanya operator yang menjawab, kalau teleponnya sedang tidak aktif. Merlin mulai geram. Sekali lagi ia mencoba menghubungi Fabio. Namun, nihil ponselnya masih tidak aktif.
"Fabio, kamu engga apa-apa kan? Semoga itu semua cuma bohong," ucap Merlin sambil meneteskan air mata. Jika itu benar. Berarti Fabio sedang sakit keras. Meski Merlin tidak tau, hemofilia itu penyakit jenis apa. Yang jelas, Merlin hanya tau. Itu jenis penyakit menyakut soal darah. Merlin segera melihat google. Ia akan mencari tahu soal penyakit hemofilia.
"Merlin, abis ini ada pemotretan yah. Dua jam lagi!" ujar Laras pada anaknya. Sekarang Laras bukan hanya ibu bagi Merlin. Tapi Laras juga sudah menjadi managernya Merlin. Semua schadule dan persetujuan kontrak Merlin, Laras yang urus. "Loh kok kamu malah nangis. Make up kamu nanti berantakan loh! Kamu lagi dalemin karakter?"
Merlin menggeleng. Ia bingung harus jawab apa. Tidak mungkin Merlin memberitahukan ini pada Laras. Merlin dan ibunya memang tidak terlalu dekat. Kedekatanya hanya sebatas anak dan ibu. Manager dan artisnya. Itu saja. Merlin tidak pernah curhat, apalagi bermanja-manjaan pada ibunya. "Merlin engga apa-apa kok. Oh ya! Bu, kalo aku ke Amerika ibu engga keberatan?" pikiran nekat mulai terbesit di dalam otak Merlin.
"Ke Amerika? Kamu mau liburan? Dapet endors dari mana? Mama mau dong, mama juga belum pernah kesana," cerocos Laras bersemangat. Dia juga pengen menikmati liburan di luar negeri. Laras dan Merlin kan bulum pernah jalan-jalan ke luar negeri. Jangankan keluar negeri. Jalan-jalan keluar kota saja. Tidak pernah. Mengingat kondisi ekonominya yang sangat minim pada saat itu.
"Aku mau nyusul Fabio bu," potong Merlin.
"Oh jadi di biayain sama Fabio. Boleh-boleh atur aja. Biar ibu atur jadwal kamu juga," ucap Laras bersemangat. Ini saatnya liburan. Setelah hampir satu bulan setengah menjadi manager artisnya Merlin. Merlin mulai mendapatkan tawaran jadi bintang iklan. Bahkan sebagian iklanya sudah tayang di tv. Nama Merlin mulai di kenal di mana-mana. Merlin juga sudah mulai banyak fans dan hatersnya.
"Ibu! Aku sendiri yang mau kesana. Aku khwatir sama Fabio," ujarnya lirih. Merlin benar-benar ingin nekat menyusul Fabio ke Amerika. Perasaanya mulai tak enak, semenjak tadi mendengarkan pervakapan. Antara Fabio dan Mitha.
Kening Laras berkerut aneh. "Emang Fabio kenapa?"
"Engga apa-apa. Aku pengen aja ke sana," ujar Merlin. Padahal dari tadi hati Merlin ketar ketir. Karena belum juga ada kabar mengenai Fabio.
"Kamu kenapa, Mer?" tanya laras.
Belum sempat Merlin menjawab pertanyaan Laras. Merlin melihat sosok yang ia kenal. Ia berlari mengikuti orang itu. Merlin mengedarkan pandangannya kesetiap sudut. Namun sosok orang itu, belum ia temukan juga batang hidungnya. Apakah Merlin salah lihat? Rasa rindu mulai menyelusup kerelung hatinya. Rasa kehilangan yang dulu pernah Merlin alami. Kembali menyesakan d**a Merlin. Dimanakah dia?
"Merlin! Ngapain kamu lari-lari kamu cari siapa?" bentak Laras. Sambil mengejar Merlin yang tiba-tiba lari, seperti sedang mengejar sesuatu yang penting. "Inget dua jam lagi kamu pemotretan. Kamu jangan kemana-mana. Apalagi sampe macem-macem," omel Laras memberi peringatan pada Merlin yang mulai membandal.
"Aku kaya liat dia. Apa aku salah liat? Padahal jelas-jelas aku melihatnya," Merlin malah berbicara sendiri. Tanpa menghiraukan omelan dari Laras. Siapakah sosok yang sebenarnya ia lihat? Apakah itu Fabio? Atau orang lain?
********
Malam sudah semakin larut. Merlin baru saja selesai shooting film ke duanya. Sampai saat ini hape Fabio masih tidak aktif. Merlin benar-benar takut terjadi sesuatu pada Fabio.
Fabio kan bukan youtuber yang kerjaannya ngeprank orang. Masa iya, mamanya ngeprank Fabio seperti itu?
"Belum pulang Mer?" tanya Rieno yang menjadi lawan mainnya sekarang. Selama beberapa hari terakhir ini. Memang Rieno terlihat terus mendekati Merlin. Dia memang aktor yang sudah lama di dunia entertainment. Tapi engga begitu terkenal seperti Fabio. Dia selalu menjadi cameo di sebuah film. Ini film pertamanya sebagai peran utama bersama Merlin.
"Belum. Gue nunggu nyokap masih meeting sama PH," sahut Merlin agak jutek.
"Jutek amet, Mer. Oh iya, di luar film. Gue boleh kan deket sama lo? Biar bisa memperdalam chemistery anatara kita," pinta Reino.
"Maaf yah Reino yang terhormat. Sebaiknya kita profesional aja deh. Engga usah pake deket-deketan kita. Hubungan kita cukup sebagai partner kerja aja cukup," tegas Merlin.
Hal itu membuat harga diri Reino merasa tehina sebagai cowok. "Sok jual mahal banget sih lo! Siapa juga yang mau sama artis serabutan macam lo. Lo itu cuma gembel naik kelas, berkat film lo sama Fabio. Itu yang ngebuat lo sekarag jadi artis. Asal elo tau aja. Itu semua karena pengaruh Fabio. Mana ada yang mau pake gembel macem lo!" hina Reino. Memang kalo orang tidak mendapatkan yang dia inginkan. Kadang sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Plak!
Merlin menampar Reino. Ia tidak terima di hina seperti itu. Pake bawa status sosialnya pula. Hatinya terasa tercabik oleh mulut Reino yang tak bisa di jaga itu.
"Lo nampar gue! Awas lo yah!" Reino tidak terima dia di tampar oleh Merlin. Reino akan balas menampar Reino. Sayangnya Merlin lebih kalah cepat. Ia memelintir tangan Reino kebelakang. Ini adalah jurus andalan Merlin yang paling ampuh. Untuk menjaga dirinya.
"Heh! Artis cameo macem lo aja bangga! Denger yah! Gue emang miskin! Tapi bukan berarti lo bisa hina gue senaknya aja sama gue! Status gue itu lebih baik dari pada elo yang nyogok produser buat jadiin lo sebagai peran utama. Gue engga percaya sebelumnya. Tapi setelah tau sifat lo kaya gini. Gue makin yakin gosip yang beredar selama ini, itu semua bener. Elo emang busuk Reino! Awas aja kalo elo macem-macem sama gue lagi! Gue ga segan-segan matahin tangan lo!" ancam Merlin tegas. Ia benar sakit hati dengan hinaan Reino.
Setelah puas membalikan perkataannya pada Reino. Merlin melepas Reino. Reino langsung pergi ketakutan.
"Awas ya lo!" ancam Reino.
Merlin malah melotot pada Reino. Ia tidak takut acaman dari Reino. Merlin yakin kalau Reino tidak berani seperti dirinya. Rasanya menyesal menerima tawaran menjadi lawan main Reino. Sifatnya yang baik hanya pencitraan saja di depan media dan para fansnya. Mulutnya ternyata sangat busuk. Sampai berhasil menyakiti hati Merlin.
Merlin terduduk, ia mulai menangis sesegukan. Rasanya mungkin sebagian orang. Menganggap Merlin sama seperti anggapan Reino. Sedih rasanya mendengar langsung dari mulut Reino. Kalau di sosial media. Merlin bisa menahannya. Tapi kalo ada orangnya di hadapan Merlin. Ia tidak terima. Merlin merasa di injak-injak. Apa salah kalau ia di lahirkan miskin? Kalau bisa meminta. Ia juga ingin di lahirkan dari rahim orang kaya. Tapi mana bisa. Semua itu sudah di takdirkan Tuhan. Merlin harus bisa menerima semua itu.
Merlin mulai ingat Fabio lagi. Hari ini Merlin benar-benar sedih. Rasanya Merlin ingin sekali pergi ke Amerika. Untuk memastikan Fabio baik-baik saja. Merlin lebih nyaman Fabio ada di sisinya. Dari pada harus berjauhan seperti ini. Merlin mulai merindukan sosok Fabio yang penyayang. Yang selalu menggoda Merlin. Meski Merlin tidak suka di goda Fabio. Tapi tetap saja. Itu selalu mengundang tawa Merlin.
Merlin menyeka sisa air matanya. Ia melihat sosok yang ia kenal lagi. Sepertinya tadi siang ia benar-benar melihat orang itu. Merlin tidak salah liat. Memang benar dia orangnya.Merlin mengejar orang itu. Merlin tidak mau sampai kehilangan jejaknya lagi. Dan..
"Ka.. Kamu..." ucap Merlin terbata-bata. Saat melihat sosok yang ia rindukan selama ini. Sosok yang pernah ada di dalam hatinya. Kini ada di hadapanya. Rasa sakit bercampur senang. Menyelimuti hatinya. Entah harus senang atau benci, saat ini ia hadir di depan mata Merlin.
Siapakah orang yang bertemu dengan Merlin? Orang itu sangat misterius. Kenapa Merlin begitu mengenal sosok itu?