Bab 6

1013 Kata
"Ah..." Daus tanpa sadar melangkahkan kakinya mundur, tatapan mata setajam elang itu membuatnya merasakan ketakutan. Jason masih menatap Daus, tak menyangkut pria tua itu dengan berani menyerang menggunakan tongkatnya. Andai dia tidak mendalami beberapa ilmu beladiri, sudah dapat dipastikan serangan itu akan menghantam kepalanya. Semua yang ada di sana tak sempat bereaksi, mereka juga tak menyangka jika Daus akan menyerang dengan tongkatnya. "Pak tua, kamu sangat tidak masuk akal. Bukankah kami sendiri yang bilang jika pria ini dapat memilih satu barang jika dia dapat membuktikan ucapannya, apakah kamu mau mangkir?!" Seorang wanita paruh baya menenteng tas sambil mengeluarkan makian. Daus melirik dan mendengus, dia sama sekali tidak menganggap ucapan orang lain. Sekarang dalam pikirannya penuh dengan kalung ruby di tangan Jason. "Ini adalah tokoku, barangku. Dia tidak dapat mengambil barang tanpa membelinya." Daus tetap bersikeras pada pendiriannya. Trink... Pintu terbuka, menampilkan dua pria berbeda usia. "Bukankah itu adalah Tuan Kawasaki? Sangat jarang bisa melihatnya, sekarang dia berada di depan mataku. Benar benar sosok yang mengagumkan." "Siapa pria di sampingnya, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi entah itu di mana." "Bukankah dia adalah CEO perusahaan JR group? Perusahaan yang digadang gadang akan menjadi pusat berkembangnya industri? Dia merupakan pria yang hebat." Orang orang mulai mengalihkan perhatian kepada dua orang yang baru datang. Bahkan tanpa diperintah mereka mulai membuka jalan. "Tuan Kawasaki, Tuan Robin. Sungguh kehormatan toko kecilku bisa membuat kalian dua tokoh besar datang." Daus tak lagi mempedulikan masalah kalung, dibandingkan dengan menyambut dua tokoh besar ini, puluhan milyar sama sekali tidak layak. Tuan Kawasaki serta Robin terus berjalan, tidak menghiraukan ucapan Daus. Jika bukan pak tua itu yang membuat mereka datang, lantas siapa? Semua mendapatkan pertanyaan serupa, tak terkecuali Daus yang sudah berdiri dengan wajah berkeringat. Ketika dua orang itu berhenti di depan Jason, mereka semua menyipitkan mata, bertanya tanya tentang identitas Jason sesungguhnya. "Tuan Jason..." "Bos..." Keduanya berseru serempak, membuat semua orang di dalam toko merasakan sesak nafas untuk beberapa saat. Siapa Jason ini, sampai membuat dia tokoh terkemuka menyapa dengan penuh penghormatan. Dan lagi, Seorang Robin Haase, CEO dari JR group menyebutnya 'bos'. Semua yang ada di sana sungguh tak mengira jika identitas Jason begitu tinggi. Sementara itu, wajah Daus begitu buruk sampai kerutan di wajahnya semakin jelas terlihat. "Tuan, Tuan. Kalung itu untukmu, bahkan jika perlu beberapa barang di sini juga bisa." Daus mengelap keringat yang terus mengucur tiada habisnya. Situasinya benar benar buruk, tak disangka yang dia lawan adalah sekarang bos besar, bos dari segala bos. Bagaimana seorang bos kecil sepertinya bisa menghadapi seorang seperti Jason, mungkin hidupnya akan hancur dalam hitungan jam. Hum... Jason melenggang pergi tanpa banyak berkata, di tangannya masih ada kalung yang sudah menjadi miliknya. Kalung ruby dalam pandangan Jason bukan sekedar sebagai uang, itu adalah lambang keindahan, sebagai bentuk penghargaan terhadap istri. "Istri?" Jason tersenyum kecut, dia mengingat jika dia sudah tidak ada lagi yang namanya istri. Namun senyum di wajahnya kembali tercipta ketika mengingat Linda. "Mungkin aku akan memberikannya kepada Linda setelah dia kembali." *** Jason kemudian pergi ke sebuah restoran, tentu saja bersama dengan Robin dan juga Tuan Kawasaki. Mereka bukan sekedar makan makan, melainkan juga membahas perencanaan. "Tuan Jason, berkat suntikan dana yang ada keluarkan. Pembangunan kontruksi perusahaan Japanese Company mungkin akan selesai dalam beberapa bulan." Tuan Kawasaki berkata sambil menatap Jason, itu adalah bentuk penghormatannya. Jason mengangguk, dia tahu jika pembangunan cabang perusahaan Japanese company sudah menyentuh enam puluh persen, dengan modal yang dia berikan, mungkin akan rampung pada tiga empat bulanan. Dua triliun itu akan menjadi sokongan besar bagi Japanese company. Dalam dua sampai tiga tahun, modal akan kembali sepenuhnya. Dan setelah itu Jason hanya akan menyisakan sepuluh persen saham, dan dari sana dia akan mendapatkan benefit setiap tahunnya. Jason sangat berpandangan jauh, perusahaan Japanese company bukan tidak mungkin akan menjadi industri otomotif paling sukses Di Kota Levanya, mengikuti jejak cabang cabang di kota lain yang sudah terlebih dahulu berdiri. Makan siang berlalu dengan cepat, tak terasa hari sudah berganti malam. Acara kemeriahan di hotel J Red sudah mulai terlihat. Banyak orang yang datang, rata rata menaiki mobil mewah dengan pakaian bernilai puluhan juta. Benar benar pesta kelas atas. Jason yang memilih untuk datang sendiri, tidak bersama dengan Robin dan juga Tuan Kawasaki berjalan kaki karena tempatnya berada tidak jauh dari Hotel J Red. Dengan pakaian formal yang terlihat simpel Jason berjalan melewati pagar halaman hotel yang nampak menawan. Tin... "Hei, orang kampung! Jangan berdiri di tengah jalan." Seorang pria berteriak dari dalam mobil berjenis sport, itu adalah Gallardo. Jason menyipitkan mata, memandang pria berpenampilan nyentrik yang sudah berdiri menampilkan wajah geram. "Sampah! Bagaimana bisa kamu berkeliaran sembarangan?!" Pria itu berjalan mendekati Jason melemparkan kata kata makian tanpa kenal sungkan. Namun Jason tetap tidak menghiraukan membuat pria itu marah semarah marahnya. "b******n, sampah! " Pria itu menggeram, memaki sambil mendorong Jason agar menyingkir, tapi tubuh Jason terlalu tegap, tidak dapat tergoyahkan walau seberapa kuat pria itu mencoba. "Sialan!" Pria itu mendesis sambil mengelap keringat di dahinya. Jason sama sekali tidak menghiraukannya, dia pergi dengan wajah tanpa dosa. Hal ini membuat pria yang berusia dua puluh tujuh tahun itu menyipitkan mata. "Jangan pergi! Siapa kamu, apakah kamu tamu undangan? Jangan harap bisa masuk setelah menyinggungku." "Namaku adalah Matsushima, Tuan Kawasaki adalah paman kedua ku." Pria itu memperkenalkan diri dengan bangga, dia tidak tahu siapa Jason yang sesungguhnya. Andai tahu, dia tidak akan melakukan apa yang dia lakukan sekarang. Tuan Kawasaki sendiri tidak akan pernah berpikir untuk menyinggung nya, tapi pria ini yang mengaku sebagai keponakan malah dengan lantang memaki nya, bahkan mengancam untuk melarang masuk ke dalam. "Matsushima kan? Aku peringatkan agar tidak berbuat berlebihan." Jason berhenti, tidak jadi pergi. Matsushita menyipitkan mata, membalas dengan percaya diri. "Memangnya kenapa, apakah kamu pikir dapat mengancam ku? Aku adalah keponakan Tuan Kawasaki, hotel ini adalah milik nya." Hem... Jason membalikkan badan, hendak pergi meninggalkan Matsushima. Namun sebuah mobil berjenis Ferrari datang dengan suara khasnya. Pintu terbuka, menampilkan seorang pria muda dengan penampilan elegan, rambut klimis dengan kacamata hitam menyempurnakan penampilannya. Dengan sepatu bermerek nya dia mulai menapakkan kaki mendekat, pandangannya senantiasa tertuju kepada Matsushima yang tengah membelakanginya. "Tuan muda Matsushima, kenapa tidak masuk?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN