"Renata, sebenarnya apa yang membuatmu memutuskan pernikahan kalian. Aku tahu kamu bukan wanita seperti itu." Karen menatap lekat mata hitam legam di hadapannya, dia berkata tapi tak bersuara.
"Aku harap kamu tidak menyesali apa yang telah terjadi." Karen meninggalkan Renata yang termenung di tempatnya, terlihat wanita berusia dua puluh lima tahun itu tengah dirundung kegelisahan.
Sementara Jason yang berada di ruangan pesta beranjak keluar ketika acara sudah akan berakhir. Jam di tangannya menunjuk angka sepuluh yang berarti sekarang sudah jam sepuluh malam.
Jason memantik rokok, berjalan sambil menyesap rokok beraroma mint. Itu bukan rokok yang mahal, Jason membelinya dengan harga dua puluh ribu, itupun sudah mendapat 16 rokok salam satu kemasan.
Di parkiran, Jason yang tengah menunggu kedatangan Robin melirik mobil Land Rover yang tak asing, plat serta bemper yang sangat dikenalnya. Tak salah lagi, itu adalah kendaraan Renata.
Entah ada perasaan apa, Jason berjalan mendekatinya. Namun sejurus kemudian pria itu sadar, dia pun kembali ke tempat semula.
Renata melempar surat cerai kepadanya, itu sudah menghancurkan kepercayaan terhadap wanita yang sempat menjadi istrinya selama dua tahun itu, terlebih terakhir kali melihatnya berjalan bersama dengan Arya, tuan muda Wiguna.
Jason berpikir hubungan mereka sudah sangat dekat, tidak baik mengacaukan hubungan orang lain.
Perlahan tapi pasti Jason melangkah, tapi ketika matanya melihat seorang wanita duduk lemas di sebuah kursi taman, seketika kakinya melangkah mendekat.
"Renata?"
Jason baru saja berniat untuk meninggalkan wanita itu ketika tahu bahwa dia adalah Renata. Namun sebagai seorang pria dia tidak bisa meninggalkan seorang wanita sendirian dalam kondisi mabuk seperti itu.
Jason meraba tas Renata, mengambil ponsel. Ketika melihat layar kunci masih terpasang, iseng pria itu mencoba. Alangkah terkejutnya ketika dia dapat membuka kunci ponsel dengan sandi yang diingatnya.
Untuk sesaat Jason termenung, sandi ponsel Renata masih sama, itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi mengapa masih tetap sama, apakah wanita ini masih memiliki rasa kepadanya?
Itu tidak mungkin, jika begitu kenapa harus melemparkan surat cerai. Mungkin karena dia terlalu sibuk dan tak sempat untuk menggantinya.
Jason kemudian mencari ke tumpukan kontak yang tersimpan, melihat nomornya tersimpan dengan nama 'suami ku' membuat sekali lagi kepalanya harus bertanya tanya.
Jason mencoba tidak menghiraukan apa yang telah dia lihat, mencari nama kontak Karen dengan mengirimkannya sebuah pesan.
Jason tak langsung pergi, dia mengamati sampai Karen datang dan membawa Renata ke dalam.
"Renata, sebenarnya apa maksudmu?" Jason memandang kepergian Karen yang memapah Renata.
"Renata?"
Mendengar gumaman seorang wanita, Jason menolehkan pandangan ke belakang, dia melihat Linda yang kini berdiri mengenakan kalung ruby pemberiannya.
"Linda, kamu sangat cantik mengenakan kalung itu."
Linda memalingkan wajahnya. "Aku tidak tahu apakah itu keluar dari hatimu, atau dari mulutmu yang memang sangat licin itu."
Jason memandang Linda, tanpa memberikan kesempatan untuk berpaling lebih lama, Jason melumat bibir Linda dengan hikmat.
Linda tidak melawan, memberikan sebuah balasan yang membuat Jason menaikkan tangan menekan kepala Linda untuk memperdalam ciuman.
Untuk beberapa waktu mereka melancarkan pergulatan lidah, saat Jason akan melakukan lebih, sekali lagi Linda menahan tangannya.
"Jangan bilang kamu mempermainkanku lagi. Linda, kamu -- "
Linda tak membiarkan Jason untuk berkata lebih, dia membekap dengan sebelah tangan, mendekatkan wajahnya di telinga Jason.
"Di sini sangat tidak nyaman ~ " Linda berbisik dengan suara lemah, itu seolah mengundang Jason untuk membawanya pulang.
Jason membawa Linda ke hotel tempat dia menginap, tak membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.
"Jason, kamu harus ingat!"
Jason menghentikan aksinya, menatap Linda yang kini sudah terbaring di bawah tubuhnya.
"Kamu tidak diperbolehkan untuk meninggalkan ku setelah malam ini berlalu."
Mendengar perkataan Linda, Jason mengangguk dengan yakin, dia menyusupkan wajahnya ke tulang selangka Linda memberikan beberapa tanda di sana.
"Aku akan menikahimu." Jason menyatakan dengan sangat yakin, tapi Linda terlihat tidak menjawab.
Beberapa saat Linda hanya diam, menikmati sentuhan Jason. "Aku tidak bisa menerima itu, aku hanya ingin selalu bersamamu. Itu saja sudah cukup."
Jason tak lagi peduli dengan apa yang Linda katakan, tangannya mulai melepas dress hitam panjang yang membalut tubuh Linda. Tak ketinggalan Dian juga melepas pakaiannya, menyisakan beberapa helai yang masih terpasang.
Jason mengelus betis Linda yang terasa bak giok berharga, sangat halus nan lembut. Perlahan tangannya naik, dan sampai pada titik utama.
Keduanya untuk sesaat saling pandang, menyiratkan sebuah hasrat terpendam.
"Linda, mulai sekarang kamu adalah milikku."
Malam yang panjang berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, saat Jason terbangun, dia tidak lagi mendapati Linda dalam dekapannya. Mencari di seluruh ruangan, dia pun juga tak menemukannya.
Jason bangkit dari ranjang dan memakai pakaiannya, saat hendak keluar, dia melihat secarik kertas menempel di pintu.
"Linda, kamu memang sangat pandai." Jason menyambar kertas itu, perlahan matanya bergerak membaca isi surat yang ditinggalkan oleh Linda.
"Cukup memuaskan? Sepertinya aku harus bekerja keras untuk memuaskanmu di kesempatan yang akan datang." Jason hendak melemparkan kertas di tangannya, tapi di baliknya masih ada pesan yang tersisa.
"Aku akan kembali, tunggu aku di Kota Levanya." Membaca pesan ini, Jason tersenyum.
"Linda, kamu harus kembali."
***
Di saat bersamaan, Renata yang bermalam di ruangan Karen bangun dengan kepala pusing, mungkin itu adalah efek samping terlalu banyak minum.
"Karen, kenapa kamu berada di sini?" Renata beranjak dari tempat tidur, tangan kanannya masih memegangi kepala yang terasa berdenyut.
Karen yang masih tidur mendengar suara Renata seketika terbangun. "Ini adalah kamarku, kamu bermalam di tempat ku."
Renata menyipitkan mata, kemudian mengambil segelas air putih di meja dekat tempat tidur.
Renata seolah mengingat sesuatu, perlahan wajahnya tidak lagi bingung.
"Kemarin malam, kamu mengirimiku pesan, aku langsung bergegas ketika mengetahui bahwa kamu berada di area taman. Namun saat aku datang, kamu dalam keadaan tak sadarkan diri." Karen beranjak dari tempat tidur, dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Tunggu, aku tidak mengirim pesan kepadanya." Renata mengambil ponselnya, melihat memang benar ada pesan yang terkirim ke kontak Karen.
Namun itu bukan yang mengirim, lantas siapa, tidak ada yang tahu tentang kata sandi ponselnya, itu adalah Jason.
Mata Renata terbuka lebar, dia bertanya tanya, apakah memang Jason yang membantunya memanggil Karen.
Jason!
"Karen, apakah kami tahu di mana Jason tinggal?" Renata mengira Jason datang karena diundang Karen, sama sepertinya, jadi merasa bahwa Karen juga telah menyiapkan ruangan untuknya.
Karen dari dalam kamar mandi berkata. "Dia berada di hotel Mal Plaza, nomor ruangannya adalah A001."
Jangan bertanya dari mana Karen mendapatkan informasi itu, tentu saja berdasarkan percakapan antara ayahnya dengan Jason sendiri.
Renata dengan cepat mengambil tasnya, pergi mencari Jason untuk memastikan apakah benar dia yang telah memanggil Karen untuknya.