"Jalan ditutup, putar kembali atau mobil mewah mu akan kami hancurkan." Pria kejar berkepala plontos mengayunkan pipa besi di tangannya, menggeram sedikit biar terlihat menakutkan.
Jason tetap bergeming di dalam mobilnya, dia bahkan tidak ada niatan untuk kembali.
Jalan ini adalah jalur satu satunya jika hendak pergi ke Bar Silver Stone, orang orang ini menghalanginya, apakah dia harus mengurungkan niatnya dan pergi, tidak mungkin!
"b******n, apakah kau tidak punya telinga?!" Pria botak berteriak marah, meski dia tidak tahu ada berapa orang di dalam mobil.
Dalam kepala plontos nya, dia berpandangan jika mobil sekecil itu paling tidak hanya muat beberapa orang saja, sedang dia ada puluhan orang yang sudah siap dengan kayu dan pipa.
Brak...
Jason keluar tanpa membawa satupun barang di tangannya. Hal ini memancing keheranan pria botak. Apa yang akan dia lakukan, apakah dia berniat melawan? Dengan hanya seorang diri dan tanpa senjata? Benar benar cari mati!
"Apa kalian tahu ini wilayah siapa?" Jason berkata dengan sangat tenang, seolah dia tidak berada dalam tekanan puluhan orang membawa senjata.
Namun ketenangan itu membuat pria botak waspada, perlahan dia memutar kepala, mencari tahu apakah ada bala bantuan yang siap membantu pria di hadapannya.
Beberapa saat berlaku dan tidak ada tanda tanda siapapun kecuali mereka, pria botak tertawa. "Jangan berlagak seolah kau mempunyai bantuan, berhentilah membuang waktu."
Jason tetap bergeming di tempatnya. "Tak perlu bantuan untuk menghadapi semut semut seperti kalian, cukup aku saja sudah lebih dari cukup."
"k*****t!" Pria botak langsung menyerang, melayangkan pipa besi mengincar kepala Jason, tapi dengan mudah dihindari.
Tak sampai di sana, setelah merasa pipa besi tidak mengenai sasaran, pria botak menarik tangannya, ganti menyerang dengan tangan lainnya.
Jason tidak hanya diam, setelah berhasil mengelak dia berdiri tegap sambil menahan pukulan tangan kiri pria botak.
Plak!
Kepalan tangan menghujam telapak tangan Jason, saat pria botak akan menarik, tangannya seolah terjerat, tidak bisa lepas.
Pria botak dengan panik kembali mengayunkan pipa besi, tapi Jason dengan begitu entang menahan dengan tangan kirinya.
Pipa besi bahkan sampai bengkok akibat beradu dengan tangan Jason, tulangnya lebih keras dari pada besi itu sendiri.
Wajah pria botak berubah pucat, ingin menjauh tapi tangan kirinya masih tercekal oleh jemari Jason.
Jason menyeringai, tangannya yang mencekal kepalan tangan pria botak dia putar, membuat pria botak memekik kesakitan.
"Lepas, lepaskan -- "
Belum sempat pria botak mengatakan kalimat permohonan, Jason semakin mengeratkan tarikannya. Dalam sekali nafas Jason mengangkat kaki, melesatkan tendangan tepat di perut pria botak.
Pria botak setelah mendapatkan peringatan dari Jason enggan untuk pergi, dengan percaya diri dia kembali bangkit dan menantang Jason untuk kedua kalinya.
"Kau beruntung! Dan juga bagaimana jika kami semua bertarung melawanmu?!" Pria botak tertawa kesetanan, melampiaskan segala amarah dalam perkataannya.
Jason tak menggubris apapun yang dikatakan pria botak. Dia masih tebang walau puluhan orang sudah bersiap menyerangnya.
Bukannya sombong, tapi pelatihan keluarga Smith lebih dari sekedar menghadapi banyak orang sekaligus, dia yang saat itu baru menginjak usia lima belas tahun harus menghadapi induk harimau yang masih menyusui anaknya.
Di bandingkan dengan dengan harimau biasa, harimau dalam keadaan menyusui biasanya lebih agresif dan akan menyerang siapa saja yang berusaha mendekat ke habitatnya.
Meski begitu Jason sanggup mengalahkan harimau itu, dan kembali dengan selamat. Terluka, tentu dia mendapatkan luka.
"Kau akan menyesalinya, kemalangan adalah jalan yang telah kau pilih!" Pria botak merentangkan tangan, dan satu buah kayu sudah berada dalam cengkeramannya.
Serang!
Ketika pria botak berteriak, mereka sekitar dua puluh orang maju dan mengelilingi Jason.
Jason yang berada dalam kepungan sama sekali tidak gentar. Melihat ada bekas pipa besi di bawah kaki, dia pun merah dan memutuskannya menjadi dua bagian.
Trank!
Jason menahan dengan besi di tangan kiri, bersamaan dengan itu besi di tangan kanan menghempas ke tubuh berandalan yang menyerangnya.
Benar benar tak memberikan ampun, Jason bergerak seperti angin, benar benar lincah. Tangannya masih bergerak dan senantiasa memberikan ayunan besi yang menghantam tubuh berandalan.
Klang...
"Sampah!"
Jason melempar besi di tangannya, darah menetes membasahi tangannya, pakaiannya kacau akibat pertarungan dengan dua puluh orang itu.
Akan tetapi itu masih baik dibandingkan dengan dua puluh berandalan yang kini terbujur lemah di atas aspal jalan.
Wajah pria botak babak belur, giginya banyak yang copot. Melihat Jason yang memasuki mobil, matanya memperlihatkan ketakutan yang luar biasa, seolah dia telah berjumpa dengan seorang raja neraka.
Tin tin...
Jason membunyikan klakson, semua yang berada di tengah jalan dengan cepat menyingkirkan, entah itu merangkak ataupun menyeret tubuh sendiri, yang penting mereka dengan tergesa menepi ke pinggir.
Jason melajukan mobilnya ke Bar Silver Stone, dia berharap tidak terjadi suatu masalah di sana. Namun yang dia harapkan seolah hancur ketika melihat banyak pecahan kaca serta beberapa orang terduduk di lantai dengan memegangi bagian tubuh yang terluka.
Jack?!
Jason dengan cepat mencari dimana Jack berada, hubungannya dengan Jack tidak sederhana, jika sesuatu terjadi terhadap sahabatnya itu, dia tidak akan melepaskan pelaku ini dengan mudah.
"Jason?"
Jason membalikkan badan, dia bisa melihat Jack berdiri dengan tubuh tanpa luka, walau pakaiannya tidak baik baik saja.
"Woah, apa yang menimpamu kawan? Apakah kamu juga berhadapan dengan beberapa berandalan?" Jack menelisik pakaian Jason yang berantakan, bercak darah juga tidak terlewatkan.
"Ya begitulah, tapi bukan masalah besar." Jason mengalihkan perhatian, keadaan bar benar benar kacau, semua tempat di lantai pertama luluh lantah tak karuan.
"Siapa yang melakukannya?" Sorot nata Jason sangat tajam, Bar Silver Stone merupakan milik Linda, bagaimana bisa dia membiarkan seseorang mengacaukan bisnis wanitanya.
"Aku juga tidak tahu, yang jelas mereka merupakan berandalan kota yang selalu berbuat onar." Jack menghela nafas lemah, dia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga bar bahkan berandalan itu menghancurkan bar ketiak dia berada di sana.
"Ini tidak sederhana, kita tidak mempunyai masalah dengan mereka, tidak mungkin mereka menyerang tanpa alasan." Jason mengerutkan kening berpikir sambil menarik kursi di dekatnya.
"Maksudmu?!" Jack seolah mengerti dengan apa yang ada dalam kepala Jason.
"Pasti ada yang ingin mencari masalah," ucap Jason pelan, kemudian melanjutkan perkataan tanpa bersuara. "Ini pasti karena acara amal. Yang memiliki masalah denganku, hanya beberapa orang saja, keluarga Wijaya, serta Arya Wiguna ...."
" ... Keluarga Wijaya tidak mungkin bisa mengerahkan begitu banyak orang, mereka tidak memiliki kemampuan yang begitu besar sebagai keluarga tingkat kedua."
Mata Jason melebar dengan marah, jika bukan keluarga Wijaya maka sudah dapat dipastikan jika dia lah orangnya.
"Arya Wiguna!"