"Takdir sudah menjawabnya dengan jelas bukan? Jika kamu yang memang takdir pilihkan untukku." Rafli melangkah, semakin dekat hingga aku bisa mencium wangi tubuhnya yang menguar. Wajah tampan tersebut memandangku lekat, tidak sedikitpun mengalihkan perhatiannya dariku di saat kini kembali kami menjadi tontonan. Diraihnya tanganku, membawanya kedalam genggaman tangan yang begitu erat, dan tidak kuduga, tanpa mengalihkan tatapan matanya, dia memberikan kecupan untuk tangan yang sedang dia genggam. "Apa kamu yakin ingin memulai satu hubungan dengan perempuan yang belum mencintaimu?" Rafli mengangguk, membuat satu beban terangkat dari bahuku karena rasa pening membayangkan tekanan yang akan kuterima dan harus membalas cintanya dengan cepat menghilang seiring dengan jawabannya. "Kamu punya